Skip to main content
Akademi Militer

Mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia Gelar Diskusi Dengan Dosen dan Taruna Tingkat III di Akmil

Dibaca: 450 Oleh 08 Mei 2014Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Lembah Tidar (6/5). Bertempat di Ruang Rapat Subijakto Akademi Militer Mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia melaksanakan diskusi dengan para Dosen dan Taruna Akmil tingkat III. Diskusi tersebut mengambil tema ”Kebangkitan Kuasa Ketentaraan Laut China: Satu Analisis” yang dipaparkan oleh Noraini salah satu Mahasiswi S-3 Unversiti Kebangsaan Malaysia. Dalam diskusi dipimpin langsung olehProfesor Dr. Zarina Othman, didampingi Wakil Gubernur Akmil Brigjen TNI Sumedy, S.E., M.M., turut hadir Profesor Dr. Sity Daud dan Dr. Sri Mulyati, M.Si, 25 Mahasiswa S-2 dan S-3 Universiti Kebangsaan Malaysia, Para Pejabat Distribusi Akademi Militer, Para Dosen, serta 10 Taruna Akmil tingkat III.

Sebelum acara diskusi dimulai, Wakil Gubernur Akmil membacakan sambutan Gubernur Akmil Mayjen TNI Sumardi, bahwa seluruh Civitas Akademika Akademi Militer mengucapkan “Terima kasih” dan “penghargaan yang tulus” kepada Prof. Dr. Zarina Othman beserta staf dan para mahasiswa S-2 dan S-3 Universiti Kebangsaan Malaysia, atas kesediaan Profesor beserta para mahasiswa meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan dosen dan  para Taruna Akademi Militer.Kita pahami bersama bahwa hubungan bilateral Indonesia dengan Malaysia tidak saja antar pemerintah tetapi juga kerja sama antar militer yang menjadi kunci penguatan hubungan kedua negara tetangga. Pertemuan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 19 Desember 2013 yang lalu menekankan, “we will be friends forever”. Bukan hanya sebagai presiden dan perdana menteri, tetapi terkait dengan hubungan yang intim dari kedua negara. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Malaysia dan Indonesia merupakan negara serumpun yang tidak saja membangun hubungan militer ke militer di bidang perbatasan, dan percepatan negosiasi batas darat maupun maritim kedua negara, tetapi juga joint exercise dan joint border comitee dalam bidang pendidikan.

Baca juga:  ORGANIK AKMIL PERINGATI HARI KESAKTIAN PANCASILA

Keharmonisan tersebut, kini semakin lengkap dengan kehadiran Prof. Dr. Zarina Othman bersama ke-25 orang mahasiswa S-2 dan S-3 dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Gubernur Akmil sangat menghargai sekali usaha Profesor Othman untuk membangun khasana berpikir melalui forum diskusi tentang ”Kebangkitan Kuasa Ketentaraan Laut China: Satu Analisis” yang sangat berguna kepada Taruna Akmil. Gubernur yakin, bahwa program ini akan dapat menciptakan visi yang sama di antara kedua negara khususnya Akademi Militer dan Universiti Kebangsaan Malaysia dalam menyikapi berbagai perkembangan isu, baik secara regional maupun global.

Diskusi ini tentunya memiliki nilai strategis bagi para Taruna Akmil, karena mendapat pengarahan langsung dari Profesor Othman dan Tim dalam menyikapi Kebangkitan Kuasa Ketentaraan Laut China: Satu Analisis, sehingga dapat dijadikan bekal, referensi dan pedoman pengetahuan dalam menghadapi penugasan kedepan.

Dari diskusi yang sangat menarik tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut; Pembangunan kekuatan Angkatan Laut China memang ditujukan untuk menuju blue water navy sebagai realisasi strategi Offshore Defense. Namun demikian, kemampuan Angkatan Laut China untuk beroperasi jauh dari wilayahnya masih terbatas, sebab terdapat beberapa isu kritis yang hingga kini belum mampu dipecahkan oleh China. Dengan begitu, diperkirakan masih butuh waktu minimal 20 tahun kedepan bagi negara itu untuk mampu mengendalikan Sea Lines of Communication (SLOC)-nya yang ditengarai menjadi faktor pendorong utama pembangunan kekuatan laut China.

Baca juga:  Kodam Jaya Cek Awal Calon Taruna Akmil TA 2014

Memperhatikan pola pembangunan kekuatan Angkatan Laut China, secara kualitas memang terdapat peningkatan yang tercermin pada sistem senjata. Namun titik krusialnya berada pada kualitas sumber daya manusia, khususnya pada tingkatan wajib militer yang mengawaki sistem senjata. Perlu ada keseimbangan antara penambahan kekuatan sistem senjata dengan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan aspirasi blue water navy.

Dengan struktur kekuatan seperti saat ini, pembangunan kekuatan laut China sebenarnya belum mampu untuk menimbulkan instabilitas di kawasan. Masih perlu waktu yang panjang, minimal dua dekade, bagi Angkatan Laut China untuk menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kawasan, sekaligus sebagai blue water navy. Itu pun dengan asumsi bahwa tidak ada hambatan eksternal maupun internal dalam pembangunan kekuatan laut China kedepan.

Apabila ada hambatan, maka diperlukan waktu yang jauh lebih lama untuk mewujudkan hal tersebut. Atau bukan tidak mungkin kekuatan laut China hanya menjadi kekuatan laut regional dan bukan pemain global. Salah satu faktor eksternal yang bisa mempengaruhi pembangunan Angkatan Laut China adalah ekonomi. Oleh karena itu, apa yang sudah didiskusikan hari ini kiranya menjadi attensi yang besar di antara kedua Negara Indonesia dan Malaysia dalam menyikapi dan menghadapi berbagai dampak yang ditimbulkan dari kebangkitan ketentaraan Laut China bagi Negara-negara Asean.

Baca juga:  Akmil Memperingati Hari Kesaktian Pancasila

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel