Skip to main content
Berita Satuan

Operasi kemanusiaan: Petani prajurit, dan saluran air Mekarsakti

Dibaca: 38 Oleh 24 Agu 2015Agustus 25th, 2015Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Herman (50), warga RT 001/001 Dusun Cidahon Girang, Desa Mekarsakti, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kini tetap bisa mengolah sawahnya meski musim kemarau membu­at hujan tak kunjung turun. Pipa saluran air sepanjang 4 ki­lometer dari Sungai Ciletuh yang dikenakan prajurit Ko­mando Cadangan Strategis Ten­tara Nasional Indonesia Angkat­an Darat (Kostrad) bersama ma­syarakat mampu mengairi sa­wah warga Mekarsakti.

Saluran yang dikerjakan bu­lan Februari-Maret lalu meng­akhiri penderitaan warga Me­karsakti saat musim kemarau. Sawah dengan saluran irigasi, yang 12 tahun ditinggalkan pemborong, kini tak lagi me­nanti hujan turun untuk dita­nami.

Sekarang kami bisa nyawah tiga kali setahun. Sekarang saja sudah bersiap-siap menanam. Padahal, biasanya kami baru mulai lagi menanam  bulan  No­vember,  kata  Herman di Me­karsakti,  Rabu, 19 Agustus 2015.

Herman memiliki sawah se­luas 2.500 meter persegi yang menghasilkan 1,5 ton gabah ke­ring panen (GKP) dan menjadi andalannya untuk menghidupi keluarga Berkat pipa air terse­but, Herman bisa terus meng­olah sawahnya dan tidak perlu lagi bekerja serabutan saat musim kering seperti tahun-ta­hun sebelumnya

Ketua RT 001/006 Dusun Ba­bakan Jati, Mekarsakti, Rusdi (37), yang memiliki sawah 1 hektar, menambahkan, produk­tivitas sawah pun akan mening­kat. Pada musim tanam pertama dalam musim hujan, Rusdi biasa mendapatkan 8 ton GKP setiap panen dan menurun jadi 5 ton GKP pada musim tanam kedua karena hujan mulai jarang.

Baca juga:  Tradisi Pembaretan dan Penyematan Brevet " Yudha Wastu Pramuka" Awal Sahnya Bergabung Dalam Keluarga Besar Korps Infanteri

Berkat pipa air yang diba­ngun bapak-bapak TNI, kini ka­mi bisa menanam padi tiga kali setahun, kata Rusdi, yang di­sambut anggukan tetangganya, Amun (50).

Infrastruktur tertinggal

Desa Mekarsakti berada di sekitar areal latihan Kostrad di Cibenda, Kecamatan Ciemas. Kondisi infrastruktur desa ini termasuk tertinggal

Bayangkan, berkendara mobil sejauh sekitar 60 kilometer dari Palabuhanratu   ke   Mekarsakti    membutuhkan     waktu   3     jam. Coba  bandingkan dengan perjalanan Jakarta-Bandung melalui Jalan
Tol Cipularang sejauh 146 kilometer.

Aspal jalan ke Mekarsakti su­dah terkelupas di sana-sini se­hingga pengemudi harus mam­pu bermanuver memilih jalan yang bisa dilalui dengan aman.

Pasalnya, sebagian badan jalan sudah tergerus akibat longsor sehingga pengemudi harus ha­ti-hati mengendalikan mobil agar tidak terperosok ke dalam lubang atau terguling ke jurang.

Areal persawahan yang ter­bentang luaspun terlihat kering. Memang ada warga yang mem­buat sumur sedalam 5 meter dan menyedot airnya dengan mesin pompa listrik untuk mengairi sawah pada musim ke­marau.

Namun, lebih banyak warga yang pasrah tidak menanami sa­wahnya karena tidak mampu membeli mesin pompa listrik. Petani pun terpaksa bekerja serabutan. Ada yang tetap di se­kitar desa atau merantau ke kota yang lebih ramai menjadi tu­kang bangunan.

Baca juga:  Armed 12/Kostrad Karya Bakti Bersihkan Masjid Baitul Muttaqin di Ngawi

Begitu miskin perhatian pe­merintah daerah terhadap desa tersebut sehingga warga seperti tidak memiliki pilihan apa pun selain terpaksa menerima nasib. Sesungguhnya, Mekarsakti ma­sih memiliki sumber air pada musim kemarau sekalipun.

Sungai Ciletuh yang berada di perbukitan di sebelah timur Mekarsakti sangat prospektif menjadi sumber air  Sayang, ti­dak ada saluran air dari Sungai Ciletuh ke Mekarsakti.

Atas permintaan masyarakat, Panglima Kostrad Letnan Jen­deral TNI Mulyono dalam rapat pimpinan TNI AD pada Januari 2015 mengusulkan kepada Menteri Pertanian untuk men­dukung, pembangunan saluran irigasi dan pipanisasi sepanjang 4 kilometer dari Sungai Ciletuh ke Mekarsakti. Usul tersebut di­setujui sehingga prajurit Kostrad pun mengerjakannya bersama rakyat selama dua bu­lan. Saluran air itu kini mengairi 1.200 hektar sawah tadah hujan dan 400 hektar padi huma (darat).

Mulyono, yang kini menyan­dang pangkat jenderal setelah menjabat Kepala Staf TNI AD, bertekad meneruskan kegiatan tersebut.

Mulyono, yang  akrab   dengan    saluran   air   awah   sejak   kecil ka­rena ayahnya mantri air di desanya, tidak ingin ada lagi sawah telantar hanya karena tidak ada saluran air.

Baca juga:  Satgas Yonif Para Raider 432/Kostrad Amankan Border Trade Fair di Perbatasan

Bersama rakyat

Program revitalisasi saluran air di Kecamatan Ciemas ter­sebut akan terus berlanjut. Saat ini, TNI AD dan Kementerian Pertanian menanti masyarakat menghibahkan lahan seluas 15 hektar untuk dijadikan waduk membendung Sungai Ciletuh. Apabila program ini berjalan, akan ada sawah seluas 4.000 hektar yang mendapat aliran aii1 sehingga bisa ditanami saat musim kemarau.

Tentara turun ke sawah tidak ada maksud apa-apa. Kepentingan tentara hanya satu, ikut menyejahterakan masyara­kat, kata Mulyono sebelum menanam padi dengan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Gatot Irianto di Mekarsakti, Rabu, 19 Agustus 2015.

Kehadiran TNI AD memban­tu petani agar lebih produktif merupakan   bentuk   kemanung­galan   bersama   rakyat   untuk me­wujudkan program swasembada pangan Presiden Joko Widodo. Tentu saja dukungan kemente­rian terkait dalam program TNI AD tersebut sebagai wujud ke­hadiran negara pun sangat dibutuhkan. (Sumber: Kompas)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel