Skip to main content
Berita Satuan

Terkurung Di Gunung Biru

Dibaca: 22 Oleh 15 Mar 2016Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Medan pegunungan berhutan lebat menyulitkan tim gabungan Kepolisian-TNI menangkap Santoso. Operasi pengejaran diperpanjang.

Sebanyak 2.200 perso­nel gabungan Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia disebar di kawasan Gunung Biru, Kabupaten Poso, Sula­wesi Tengah, sepanjang pekan lalu. Berla­bel Operasi Tinombala, mereka menyisir wilayah pegunungan seluas 2.400 hektare yang membentang dari kawasan Napu di Kabupaten Poso hingga Sausu di Kabupa­ten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Tu­juannya menangkap Santoso, buron kelas wahid Indonesia.

Untuk mempersempit pergerakan San­toso, tim Operasi Tinombala membagi em­pat daerah pengejaran, yakni wilayah Ka­bupaten Parigi Moutong, Poso Pesisir Uta­ra, Poso Pesisir Selatan, dan wilayah Napu. Ada sekitar 500 personel di tiap daerah. Kepala Operasi Tinombala Komisaris Be­sar Leo Bona Lubis mengatakan strategi itu berhasil membuat Santoso dan kelompok­nya angkat kaki dari basis kekuasaan me­reka di Gunung Biru menuju wilayah Lem­bah Napu, Kabupaten Poso. Mereka sudah bergeser dari wilayahnya, ujar Wakil Ke­pala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah itu, Selasa pekan lalu.

Santoso kian terpojok lantaran satu per satu anggotanya ditangkap tim operasi. Tercatat satu orang berinisial JY yang di­duga anggotanya ditangkap saat opera­si perburuan berlangsung. Tim pemburu juga menembak mati lima orang lain da­lam kontak senjata di Uwe Pokaihaa, Desa Torire, Kecamatan Lore Piore, Kabupaten Poso, Ahad tiga pekan lalu.

Baca juga:  Kodim 0504/JS berikan bantuan sembako kepada korban banjir

Juru bicara Operasi Tinombala, Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto, mengata­kan D alias T, salah seorang yang ditembak mati, adalah ahli peta kelompok Santoso. Dari tangannya, tim operasi menemukan 25 peta koordinat wilayah Gunung Biru. Se­lain itu, dari enam orang yang diduga ang­gota kelompok Santoso, tim operasi menyi­ta dua senjata jenis pistol dan revolver, em­pat senjata rakitan laras panjang, serta pu­luhan bom rakitan. Menurut Hari, langkah tim operasi sedikit banyak mempengaruhi kekuatan kelompok Santoso. Ia menyata­kan hanya sekitar 30 orang yang kini ikut bergerilya bersama Santoso. Posisi mere­ka semakin lemah.

Meski begitu, hingga Kamis pekan lalu, tim operasi tak juga berhasil menangkap Santoso. Padahal hari itu adalah tenggat yang dipasang Kepala  Kepolisian RI  Jen­deral Polisi Badrodin Haiti untuk menumpas ke­lompok Santoso. Pada pekan kedua Januari lalu, ketika Operasi Tinombala baru dimu­lai, Badrodin berjanji meringkus Santoso dalam kondisi hidup atau mati dalam wak­tu dua bulan. Kami kejar terus dan kami persempit ruang geraknya, ujar Badro­din. Sayangnya, dua bulan berlalu, target itu tak tercapai.

Baca juga:  Panglima TNI : Program Prioritas TNI Kedepan adalah Pengembangan SDM

Santoso menjadi orang yang paling dica­ri di Indonesia. Ia adalah pemimpin Muja­hidin Indonesia Timur satu-satunya ke­lompok di Indonesia yang berbaiat kepa­da Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Santoso dan kelompoknya bergerilya di wi­layah Gunung Biru sejak Desember 2012.

Menurut Leo Bona Lubis, kondisi me­dan pengejaran yang berat dan luas mem­buat Santoso tak mudah ditangkap. Ia me­ngatakan wilayah Gunung Biru masih be­rupa hutan lebat dengan vegetasi tumbuh­an yang   rapat.     Selain itu,   kata    Leo, kontur  di wilayah   itu    tergolong       ekstrem,      yakni     be­rupa perbukitan-perbukitan dan tebing-te­bing curam. Itu yang menjadi kendala pe­ngejaran, katanya.

Tim operasi juga kesulitan lantaran San­toso dan kelompoknya hafal betul wilayah Gunung Biru. Menurut Hari Suprapto, si­tuasi ini membuat pergerakan kelompok Santoso di hutan sangat dinamis. Mereka empat tahun menguasai medan, ujarnya. Ia mengatakan penguasaan medan diman­faatkan Santoso dkk untuk berkomunika­si dengan anggota mereka yang menyuplai kebutuhan gerilya.

Baca juga:  Sambut HUT Ke-68, Kodam V/Brawijaya Gandeng Yayasan Sosial Abdihusada Utama Gelar Operasi Katarak

Belum tertangkapnya Santoso memak­sa Badrodin Haiti memperpanjang Opera­si Tinombala hingga dua bulan mendatang.    Adapun Hari  Suprapto yakin timnya bisa  segera  menangkap  Santoso lantaran posi­sinya sudah terjepit. Tinggal menunggu waktu saja. (Sumber: Majalah Tempo)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel