Skip to main content
Kodam V/Brawijaya

Seminar Hari Lahir Pancasila Di Kota Madiun

Dibaca: 1 Oleh 02 Jun 2016Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Madiun, GP Ansor Kota Madiun, Bamag Kota Madiun dan Gusdurian Madiun menyelenggarakan seminar Hari Lahir Pancasila oleh, Tema “Penguatan kerukunan antar pelajar / pemuda umat beragama dalam memperkokoh Pancasila dan NKRI”. bertempat di Gedung Ramayana Jln. Pahlawan No. 57 Kota Madiun diikuti sekitar 150 orang peserta dan undangan. Rabu (1/6/16)

Kegiatan tersebut Ketuai oleh Drs. Samar Sedhano, M.Pd. dengan Nara Sumber Prof Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si / Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Ketua Umum Bamag LKK – Indonesia Ir. Agus Susanto Hadir dalam acara itu antara lain Pabung Kodim 0803 Madiun Kapten Inf Suharno, Kasat Intelkam Polres Madiun Kota AKP Sumono, SH, Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si, Ketua Umum Bamag LKK – Indonesia Ir. Agus Susanto, Heri Purwantoro, SE dari Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kota Madiun, Ketua GP Ansor Kota Madiun Sofwan, Wakil Ketua DPRD Kota Madiun Sukoyo, Munawir dari Kementrian Agama Kota Madiun, Perwakilan Pelajar SMA/SMK Kota Madiun, Perwakilan Mahasiswa Perguruan Tinggi di Kota Madiun, PMII Komisariat IKIP PGRI Madiun dan Tokoh Lintas Agama Kota Madiun

Ketua Panitia Drs. Samar Sedhano, M.Pd. dalam laporannya mengatakan hari ini adalah hari yang sangat Istimewa karena merupakan Hari Lahirnya Pancasila. Saat ini Pancasila sudah final dan tidak perlu di perdebatkan lagi, Pancasila adalah harga diri Bangsa dan Dasar Negara. Acara ini di gagas oleh GP Ansor Kota Madiun, Bamag Kota Madiun dan Gusdurian Madiun yang bertujuan agar para peserta seminar / generasi muda memiliki wawasan dasar negara dan mengetahui serta memahami tentang sejarah Bangsa Indonesia. Kata Drs. Samar Sedhano, M.Pd.

Baca juga:  Babinsa Kodim 0803 Madiun Perbaiki Jalan

Sambutan Heri Purwantoro, SE dari Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kota Madiun menyampaikan bahwa era globalisasi menuntut banyaknya perubahan, sehingga warga negara dituntut untuk memiliki bekal, salah satunya dengan diberikan nilai-nilai Pancasila. Bangsa Indonesia dapat merdeka setelah melalui perjuangan yang panjang dengan pengorbanan yang sangat besar, puncak perjuangan kemerdekaan terjadi pada 17 Agustus 1945 dan sehari setelahnya menyepakati Pancasila sebagai Dasar Negara. Ujar Heri Purwantoro, SE

Kegiatan dilanjutkan Pembukaan Seminar Hari Lahirnya Pancasila oleh Heri Purwantoro, SE dari Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kota Madiun yang ditandai dengan pemukulan Gong.

Selanjutnya pemberian materi oleh Ketua Umum Bamag LKK – Indonesia Ir. Agus Susanto dengan Tema “Pancasila Tonggak, melahirkan, merawat dan menjaga Indonesia” yang Intinya yaitu Kemerdekaan suatu bangsa hanya dapat terjadi melalui dua hal, yaitu pemberian/hadiah dan perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Bangsa Indonesia dapat merdeka setelah melalui perjuangan yang panjang. Sejak zaman kolonial Belanda, upaya-upaya untuk merdeka terus diperjuangkan di daerah-daerah oleh semua lapisan tanpa melihat agama, suku dan ras. Di Ambon seorang yang bernama Patimura dan beragama Kristen, berjuang melawan kolonial Belanda yang beragama kristen. Di Bali I Gusti Ngurah Rai juga berjuang melawan penjajah dan di pulau Jawa Pangeran Diponegoro berjuang memporak porandakan kolonial Belanda diseluruh pulau Jawa. Itulah bukti bahwa Indonesia adalah bangsa yang berdaulat dan bermartabat karena sepanjang masa penjajahan, sepanjang itu pula bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kemerdekaan

Baca juga:  Babinsa Desa Klumpit Bersama Warga Laksanakan Pembersihkan Parit

Ketika BPUPKI / Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang dibentuk oleh Pemerintah Jepang pada 29 April 1945 mulai bersidang, persoalan mendasar yang mengemuka adalah dasar Negara. Kalangan Nasional yang dimotori Soekarno dan kalangan Nasionalis Islam yang dimotori oleh Ki Bagus Hadi Kusumo berdebat sengit tentang dasar Negara. Ketika UUD 1945 disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh PPKI, yang merupakan titik temu dalam membangun konstitusi, tentu tidak berhenti dengan disepakatinya dasar Negara. Seperangkat Undang-Undang Dasar diperlukan untuk menata administrasi Negara yang hendak dibangun. Sikap kebersamaan untuk Indonesia yang bersatu lebih mereka kedepankan, dalam waktu bersamaan mereka menimbulkan perbedaan Cuplikan peran tokoh lintas agama merupakan bagian dari 50 tokoh anggota BPUPKI yang sangat paham arti sebuah toleransi demi keharmonisan bersama dalam rumah bernama Indonesia Menyiapkan generasi emas yang cerdas adalah langkah awal dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang dicita-citakan dalam amanat pembukaan UUD 1945. Jika tugas para pendiri Republik ini adalah menentukan UUD sebagai rujukan untuk berpijak dan melangkah, maka generasi berikutnya untuk merawat dan menjaga. Ir. Agus Susanto

Pada pukul 10.50 WIB pemberian materi oleh Prof Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya, Tema “Agama, NKRI, dan Deradikalisasi dari kerukunan menuju Transformasi” Intinya adalah Abad ke 21 ini datang ditandai oleh suatu paradoks besar dalam peradaban manusia, mereka menenggelamkan diri dalam dunia materi yang memang sangat ijo royo-royo, namun sebagian lagi justru memasuki alam kesadaran Beragama adalah pilihan individual yang bersifat fitri, yang merupakan hak privasi setiap individu yang total. Bangsa Indonesia tidak seperti umumnya masyarakat barat yang memiliki stigma sejarah perang atas nama agama. Sejarah Eropa adalah salah satu bukti bahwa mereka pernah mengalami apa yang dinamakan “War of religion”. “Deradikalisasi” Tema ini jangan dimaknai sebagai peminggiran ajaran Agama, karena agama tidak dianggap sakral lagi. Ia adalah upaya membuka kembali secara substantif ruang kesadaran kita terhadap pemahaman agama. Jangan-jangan agama yang selama ini kita anggap sakral, sesungguhnya adalah sebuah konstruk sosial dari interpretasi seseorang terhadap ajaran agamanya. Kesalahan ini akan berimplikasi sangat fatal karena implikasinya adalah claim-claim interpretasi yang dianggap paling benar, apalagi saat ini sudah waktunya kita meninggalkan paradigma kerukunan untuk berpindah ke paradigma transformatif dalam konteks relasi antar agama, bahkan kita harus membuang jauh-jauh paradigma apologi dan paradigma fenomenologi. Dalam konteks Deradikalisasi ini agamawan juga harus hati-hati merespon persentuhan agama dengan politik dan ekonomi. Kata Prof Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si

Baca juga:  Koramil 0815/16 Pacet Bersama BPBD Kab. Mojokerto di Bantu Warga bersihkan material longsor

Selesai pemberian materi oleh narasumber kegiatan dilanjutkan dengan seasion tanya jawab dan selanjutnya pemberian hadiah kepada peserta “Penanya terbaik” dari PMII Komisariat IKIP PGRI Madiun. Pada pukul 12.45 WIB acara ramah tamah, Pukul 13.00 WIB rangkaian kegiatan usai.(Tim/Penrem081)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel