Skip to main content
Berita Satuan

Transkrip Panglima TNI pada Acara Symposium Menyelamatkan Pancasila Di Balai Kartini, Kamis 2 Juni 2016

Dibaca: 5 Oleh 03 Jun 2016Maret 30th, 2020Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Media : pak setelah deklarasi PKI ?

Panglima TNI : Jadi begini kenapa saya datang kesini, yang punya ide kan senior senior saya para purnawirawan, tetapi mereka masih punya jiwa patriot dan kesatria untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila. Kedua, saya datang kesini untuk mengajak kita bersyukur bahwa Presiden melalui keputusan Presiden nomor 24 tanggal 1 juni 2016, ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila, diperingati dan libur nasional, di Indonesia hanya 2 yang 3 ini, satu hari proklamasi kemerdekaan, dan pancasila.

Dengan demikian maka pancasila sebagai dasar falsafah  Negara  Indonesia dan sebagai sumber hukum dari segala hukum, jadi  semua hukum di Indonesia itu harus sama dengan pancasila, tidak boleh bertentangan dengan pancasila, ini.

Nah sekarang kita tanya komunis, ya kan, komunis kan sudah di larang oleh TAP MPRS No 25 tahun 1966, lembaga mana yang bisa membubarkan MPR?, TAP MPRS ini, TAP MPRS saat itu adalah lembaga tertinggi, sekarang adalah lembaga tinggi, jadi ga bisa, ga usah kuatir ga akan bisa, apalagi dengan ditetapkan sebagai pancasila pada tanggal 1 juni. Ini udah final, kan gitu, nah kemudian saya juga mengingatkan disini, ya kebangkitan PKI itu bukan hanya dilihat di permukaan, tetapi di bawah permukaan, yang lebih berbahaya lagi, PKI berbahaya, yang lebih bahaya lagi neo kapitalisme, neoliberalisme, sudah ada contoh, saya tidak bicara masalah agama, tetapi di Belanda, Denmark, Perancis itu sekarang gereja sudah mulai di jual, karena kosong, ini adalah proses, lama-lama orang jadi atheis, nanti masuk jadi komunis, maka kita harus waspada itu semuanya gitu .

Baca juga:  Studi Banding Sistem Pertahanan, NDU Pakistan Kunjungi Mabesad

Media : Panglima tadi kan bicara tentang kemungkinan apa kita ini harus kuatir kita ini punya kekayaan luar biasa, nah untuk mengamankan kekayaan Indonesia kalau dari Panglima sendiri seperti apa sih?

Panglima TNI : Jadi begini, kita sudah diingatkan oleh Presiden Soekarno, Pancasila kalau dipres lagi menjadi tiga, kalau di pres lagi gotong royong. Gotong royong ini tidak ada di negara lain, kenapa, karena semua bangsa Indonesia siapapun itu mempunyai gen/keturunan sebagai patriotisme dan seorang kesatria, tidak ada satu suku pun, tidak punya tarian perang dan ciri khas senjata. Nah itu artinya kita selalu bekerjasama, menganggap kekeluargaan semuanya, mengajarkan semuanya dengan cara gotong royong, kita merdeka pun dengan cara gotong royong semua daerah, nah gotong royong inilah yang akan dihilangkan dengan menghilangkan publik area, pasal-pasal diganti dan sebagainya, maka Presiden mengatakan hidupkan kembali pasar tradisional karena tempat berkumpul semuanya, itu untuk merekatkan persaudara disitu.

Media : ini bagian staf khusus bapak Sigit ?

Panglima TNI : Saya selama menjadi Panglima TNI tidak pernah mengangkat orang sipil baik Staf Ahli maupun staf Khusus.

Baca juga:  Mendagri, Panglima TNI dan Pangdam IM Tinjau Lokasi Gempa di Pidie Jaya

Media : Sigit sendiri dapat arahan dari bapak ?

Panglima TNI : Tanya pak Sigit sendiri jangan tanya ke saya, apa hubungannya dengan dia.

Media : Jadi tidak ada kaitannya Munas di Golkar pak ya ?

Panglima TNI : Tanya sama Golkar

Media : Bagaimana

Panglima TNI : Siapa, pemerintah mana yang minta maaf tidak ada. Jadi saya ingatkan, jangan mengatakan bahwa pemerintah akan meminta maaf, pemerintah mana, itu isu, itu penghianat pemerintah, tidak akan pemerintah meminta maaf, tidak pernah keluar dari Presiden Jokowi meminta maaf.

Media : Apa hasil Simposium ini, kan hasilnya akan mengarah menolak ….

Panglima TNI : Jadi Simposium siapa yang mengadakan, pemerintah bukan kan, kenapa mengatasnamakan pemerintah, itu saja poinnya.

Media : Pak terkait Kavlin Zen, PKI mau deklarasi bagaimana pak ?

Panglima TNI : Ya tanya pak  Kavlin Zen dong.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel