Skip to main content
Kodam XVI/Pattimura

Malaikat Perdamaian Berwujud Bhakti Sosial Kesehatan

Dibaca: 4 Oleh 21 Sep 2016Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Ibu Fatma Payapo (57) warga Desa Luhu tidak tahan menahan tangisnya setelah bertemu saudaranya yang sudah 5 tahun tidak berjumpa, Hasan Sawala (63) warga Desa Lha. Pertemuan dua saudara tersebut menyita perhatian para petugas medis yang melakukan Bhakti Sosial Kesehatan (Baksos Kes) yang diadakan Kodam XVI/Pattimura pada 17 September 2016 di perbatasan Desa Lha dan Luhu, Kecamatan Huamual di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).

Pertemuan tersebut mengingatkan kembali konflik yang berkepanjangan yang terjadi antara Desa Lha dan Desa Luhu sampai saat ini. Korban jiwa dan harta benda selalu berjatuhan bila perang terjadi. Terakhir Agustus 2014, 6 orang tewas dan 42 orang luka berat dan ringan menjadi korban dari konflik yang berkepanjangan itu. Penyelesaian konflik yang sudah diupayakan kedua belah pihak difasilitasi oleh pemerintah daerah belum dapat menyurutkan dendam diantara warga kedua desa tersebut yang masih memiliki ikatan gandong.

Ibu Fatwa dan Hasan salah satu keluarga yang ingin konflik segera berakhir, “Katong ingin kedua negeri ini damai agar kami bisa ketemu kapan saja”, sebagaimana yg diucapkan Fatwa disela sela menunggu giliran untuk berobat. Baksos kesehatan yang sering diadakan Kodam untuk membantu dan melayani kesehatan masyarakat khususnya di wilayah terpencil dan dilanda konflik merupakan salah satu upaya selain di bidang kesehatan juga menjadi ajang silaturahmi bagi masyarakat desa yang bertikai. Pemilihan lokasi pengobatan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam upaya mempertemukan warga desa yang bertikai karena kesehatan bersifat universal dan kemanusiaan yang tidak mengenal usia, jenis kelamin dan status atau suku dan agama.

Baca juga:  Cek Kualitas Materiel , Dislitbangad Gelar Uji Coba Prototipe Body Armour dan Body Vest

Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, dalam mengatasi dan menyingkapi karakteristik dan konflik yang terjadi di wilayah Maluku dan Maluku Utara selalu menggunakan smart power dengan mengedepankan pendekatan “Kesejahteraan” dari pada keamanan. Lokasi wilayah perbatasan kedua desa tersebut selalu menjadi saksi bisu bersimbahnya darah antar sesama saudara yang harus dirubah menjadi saksi dari pertemuan sebagai umat sesama makhluk Tuhan yang saling mengasihi dan menyayangi.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel