Skip to main content
Artikel

TMMD Lilin Dalam Kegelapan

Dibaca: 6 Oleh 15 Apr 2017Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

KEBERADAAN lilin memiliki manfaat  yang sangat besar bagi masyarakat. Tidak hanya menjadi penerang di dalam kegelapan, lilin juga rela membakar dirinya secara perlahan hanya untuk kepentingan orang lain. Lilin inilah perumpamaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di Kutim.

Eksistensinya juga turut ditunggu-tunggu oleh masyarakat. TMMD Kutim cukup memberikan sumbangsih besar bagi daerah terlebih masyarakat. Bahkan tak ubahnya lilin, mereka berani mengorbankan diri demi kepentingan orang banyak.

Siap ditempatkan di pedalaman yang jauh dari keramaian. Tak segan membanting tulang serta rela menahan lapar dan dahaga. Yang terpenting, satu niat, satu tujuan dan perbuatan dapat terwujud tanpa harap imbalan.

Sikap ini sejalan dengan pemahaman agama. Agama mengajarkan, sebaik-baik manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Berbuat ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Hal inilah yang dilakukan TMMD saat ini. Memang bukan nilai sempurna, akan tetapi sudah mewakili manifestasi dari perbuatan Tuhan.

Cukup banyak program TMMD yang langsung menyentuh hati masyarakat. Seperti halnya membangun jalan pendekat baru, renovasi bangunan seperti rumah, tempat ibadah, serta memberi penyuluhan terkait isu yang sedang berkembang di masyarakat. Mulai dari masalah narkoba, pergaulan bebas, serta keamanan dan ketertiban. Tak luput, program bakti sosial seperti memberikan pendidikan anak, kesehatan serta kebutuhan lainnya.

Baca juga:  Sakit Itu Anugerah

Ini semua merupakan salah satu contoh kerja nyata TMMD kepada masyarakat. Meskipun anggaran kecil dan tak jarang mengeluarkan dana pribadi, namun kerena niat dan mengharapkan ridho sang Pemberi Hidup, maka mimpi untuk menjadikan masyarakat tersenyum dan bahagia akan ditempuh meskipun harus bergelut dengan penderitaan serta mengeluarkan darah sampai titik penghabisan.

Dengan pengorbanan yang kuat itulah, maka wajar masyarakat selalu menanti dan mendambakan kehadiran TMMD di desa mereka masing-masing. Rakyat rela berbagi makan, minum dan tidur hanya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada dewa harapan. TMMD dianggap sebagai satu kesatuan dan keniscayaan yang tidak terpisahkan dengan rakyat. Terbingkai dalam satu suara, perjuangan, pengorbanan dan kesejahteraan.

Uniknya, tidak hanya masyarakat saja yang membutuhkan jasa pahlawan perubahan ini, akan tetapi tak sedikit pemerintah turut membutuhkan bantuannya. Salah satunya dalam pembuatan jalan penghubung antara satu lokasi dengan yang lainnya. Seperti yang dilakukan Pemkab Kutim. Dikabarkan jika Pemkab Kutim membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan masalah jalan penghubung pelabuhan Kenyamukan. TMMD dipilih lantaran dianggap fasih, tepat dan berpengalaman untuk fokus dan menuntaskan permasalahan tersebut.

Baca juga:  Penyuluhan Tmmd Nonfisik Di Desa Buaran Bambu Ajak Orang Tua Awasi Pergaulan Anak

Dari aksi tersebut, maka patut kiranya masyarakat Indonesia khususnya Kutim bersyukur kepada  Jenderal Muhammad Jusuf pada tahun 1980 karena sudah mencetuskan ide cemerlang tersebut hingga berkibar sampai saat ini. Memang, pada masanya bukan bernama TMMD, akan tetapi ABRI Masuk Desa (AMD). Hanya saja pada subtansinya, baik niat, tujuan dan perbuatan tak ada ubahnya.

Untuk diketahui, sejarah hadirnya TMMD (eks. AMD) bermula  sejak Tahun 1980-1998 pasca Orde Lama. Pada saat itu, Indonesia harus menghadapi kenyataan bahwa sistem politik dan perekonomian Indonesia berada dalam keadaan kritis. Sudah menjadi tanggungjawab pemerintah Orde Baru untuk mengembalikan stabilitas nasional agar negara tetap bisa bertahan, yaitu dengan melaksanakan pembangunan nasional.

Pembangunan merupakan suatu perubahan sosial, sedangkan pembangunan nasional diartikan sebagai pembangunan masyarakat seutuhnya. Pembangunan pada masa Orde Baru juga difokuskan pada pembangunan desa. Pembangunan desa mempunyai arti penting karena sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di desa. Bersama dengan ABRI, pembangunan di desa-desa kemudian dikenal sebagai program ABRI Masuk Desa (AMD).

Baca juga:  Kodam II/Sriwijaya Gelar Kegiatan Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

Program ABRI Masuk Desa ini dicetuskan oleh Jenderal M. Jusuf pada tahun 1980. Tujuan dari dilaksanakannya program ABRI Masuk Desa (AMD) adalah untuk membantu masyarakat desa dalam menyelesaikan setiap permasalahannya. Selain itu, program ABRI Masuk Desa juga membantu memaksimalkan potensi desa. Karena desa merupakan sumber penyuplai bahan-bahan baku pangan nasional serta sebagai sumber ketenagakerjaan. (dy) (sumber: http://bontang.prokal.co/read/news/11250-tmmd-lilin-dalam-kegelapan)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel