Skip to main content
Kostrad

Lestarikan Budaya Lokal, Satgas Yonif 303 dan 600 Warga Gelar Menuba

Dibaca: 10 Oleh 25 Sep 2019Tidak ada komentar
Lestarikan Budaya Lokal, Satgas Yonif 303 dan 600 Warga Gelar Menuba
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

 

JAKARTA, tniad.mil.id – Selain menjaga wilayah perbatasan negara, Satgsa Pamtas RI-Malaysia Yonif Raider 303/SSM juga ikut melestarikan budaya, Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 303/SSM bersama sekitar 600 warga Kecamatan Pujungan menggelar tradisi adat Menuba.

 

Hal tersebut disampaikan Dansatgas Yonif Raider 303/SSM Letkol Inf Taufik Ismail, S.Sos. M.I.Pol.,dalam rilis tertulisnya di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Selasa (24/9/2019).

 

Dikatakannya, tinggal di pedalaman dengan akses jalan dan akses komunikasi yang sulit, kebersamaan dan kekompakan menjadi yang paling utama bagi warga Kecamatan Pujungan, salah satu cara untuk memupuk kebersamaan yaitu dengan melaksanakan acara adat menuba bersama dengan masyarakat.

 

“Nuba adalah acara tradisional di kalangan masyarakat Dayak dan dilakukan setiap akhir panen untuk mencari lauk pauk dalam persiapan pesta panen,” jelasnya.

 

Acara tradisi ini, imbuhnya, tidak setiap saat terjadi, hanya dapat disaksikan setelah masa panen saja. Ada yang membawa tombak, jaring ikan atau tangguk untuk menangkap ikan yang dikenal dengan istilah nuba bagi warga suku dayak ini.

Baca juga:  Pembuatan Lubang Resapan Biopori Satuan Yonarmed 8/1/2 Kostrad

 

Terpisah, Komandan SSK II Satgas Yonif 303/SSM Kapten Inf Dofi Saputra mengatakan, tidak hanya dari anggota Satgas yang hadir, melainkan Camat Kecamatan Pujungan, kepala adat besar Kecamatan Pujungan, kepala adat desa Se-kecamatan Pujungan, kepala desa, seluruh tokoh masyarakat serta seluruh masyarakat Long Pujungan.

 

“ lebih dari 600 orang yang mengikuti pelaksanaan menuba kali ini yang dilaksanakan di Sungai Pujungan yang berlokasi di Desa Long Pujungan Kecamatan Pujungan Kabupaten Malinau ini, “ tuturnya.

 

Acara Menuba atau menangkap ikan secara beramai-ramai ini, merupakan tradisi para leluhur Suku Dayak. Hal ini, diperkuat dengan penjelasan dari Kepala Adat Besar Kecamatan Pujungan, Saul Jalung (60).

 

Menuba menurutnya, merupakan kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan jaring dengan menggunakan ramuan akar tanaman tradisional yang ditabur di sungai yang menjadikan ikan lemas. Ramuan ini tidak mengakibatkan pencemaran dan polusi bagi air sungai tersebut, karena tidak mengandung zat berbahaya sebagaimana yang kerap dilakukan di laut dengan menggunakan bahan kimia.

Baca juga:  Susuri Sungai dan Hutan, Satgas Yonif R 509 Jaga Stabilitas Papua

 

 

“Acara nuba kali ini, dilaksanakan dalam waktu satu hari satu malam pada saat air sungai kecil pasca panen. Sebab, tinggi air sungai saat menuba hanya setinggi pinggang orang dewasa. Kalau air mulai besar, nuba selesai sudah,” ujar Saul jalung.

 

Sebelum menuba dimulai, seluruh anggota Satgas Pamtas Yonif Raider 303/SSM Kostrad beserta para pemuda dan pemudi serta seluruh peserta lainnya wajib mengikuti tumbuk tuba yang dilakukan di sungai. Peserta juga diharuskan tidur dan bermalam di lokasi sungai, sehingga suasana malam tumbuk tuba seperti berada di pasar malam, karena begitu ramainya warga yang turut serta.

 

Pada kesempatan tersebut Saul Jalung selaku Kepala Adat Besar Kecamatan Pujungan merasa bersyukur, walau dirasakannya tradisi leluhur ini semakin tergerus waktu dan perkembangan zaman, tetapi masyarakat tetap antusias dan bersemangat saat nuba digelar. Personel Satgas Pamtas ikut berbaur bersama warga Kecamatan Pujungan yang menikmati acara tradisi tersebut.

 

“Tak ada jarak dan batas, warga di satu kecamatn ini menikmati santapan yang disajikan. Sebab, jika zaman dan waktu terus menggerus tradisi peninggalan leluhur ini, maka warga akan menunggu lima tahun mendatang baru dapat menikmati sajian khas ini, ” pungkas Saul Jalung. (Dispenad)

Baca juga:  Peringati Hut Ke 55 Tahun 2016, Kostrad Gelar Bakti Sosial

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel