BENGKAYANG, tniad.mil.id – Taktik Perang Gerilya merupakan taktik peperangan. Sepenggal dari taktik tersebut adalah tentang cara menyerang secara cepat dan tiba-tiba, serta merebut sasaran tanpa diketahui/diduga oleh musuh. Hal ini terbukti ampuh digunakan para pejuang terdahulu untuk memenangkan pertempuran pada perang kemerdekaan.
Hal ini diungkapkan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura (Tpr), Mayjen TNI Achmad Supriyadi dalam amanatnya tertulisnya yang dibacakan Komandan Brigade Infanteri (Danbrigif) 19/Khatulistiwa, pada penutupan kegiatan Penataran Pertempuran Hutan Tersebar Tahun Anggaran (TA) 2018, yang bertempat di daerah latihan (Rahlat) Capkala, Rabu (12/9/2018).
Diungkapkan Pangdam, sejarah keberhasilan pelaksanaan tugas TNI AD dalam melakukan pertempuran hutan, tidak hanya ditentukan oleh tersedianya alat peralatan pertempuran modern, akan tetapi juga ditentukan oleh kemampuan taktik gerilya yang dimiliki, militansi, dan tingkat profesionalisme prajurit, baik secara perorangan maupun dalam hubungan satuan.
“Oleh karena itu, lanjutnya, pertempuran dalam hutan harus senantiasa tetap dipelihara dan ditingkatkan untuk menjadi prajurit yang tangguh dan dapat diandalkan,” ujar Mayjen Achmad Supriyadi.
Diakhir amanatnya, ia memberikan penekanan kepada mantan peserta penataran agar mereka memantapkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai landasan moral dalam setiap pelaksanaan tugas. Kemudian, dipesankan juga agar selalu memedomani seluruh materi dalam penyelenggaraan latihan pertempuran hutan yang sudah didapatkan.
“Sekembalinya kalian ke kesatuan masing-masing, latihlah dengan benar agar prajuritmu mendapatkan hasil latihan yang optimal, sehingga dapat diaplikasikan secara benar guna mendukung tugas pokok satuan,” pesan Pangdam.
“Pelihara kemantapan postur tubuh, kesegaran, dan ketangkasan jasmani yang telah dimiliki, guna mendukung kemampuan personel dalam menghadapi pertempuran hutan,” sambungnya.
Penataran Pertempuran Hutan Tersebar ini dilaksanakan selama 21 hari dan diikuti 75 Prajurit pilihan dari jajaran Kodam XII/Tpr. Adapun daerah yang digunakan untuk latihan adalah di hutan dan gunung di Kecamatan Capkala, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar).