
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya mengakui, alutsista yang dimiliki TNI saat ini tidak memadai, baik dari sisi jumlah maupun kesiapannnya. Bahkan, alutsista yang tersedia pun tidak semuanya siap untuk dipergunakan. Jatuhnya pesawat Hercules pekan lalu, ujar dia, menunjukkan alutsista TNI memang belum memadai, karena masih banyak pesawat buatan tahun 1960 yang masih dioperasikan. Kedepannya, Tantowi meminta TNI lebih terbuka terkait kelayakan dan keamanan alutsista.
Dari sisi anggaran jika dibandingkan tugas pokok dan fungsi TNI dalam menjamin keutuhan NKRI tentunya tidaklah ideal, ujar Tantowi kepada Suara Karya di Jakarta, kemarin. Menurut politisi Partai Golkar versi munas Bali ini, kebutuhan ideal TNI untuk pengadaan alutsista saat ini minimal dua kali. Minimum Essential Force kita sekarang atau sekitar Rp 600 triliun.
Hal ini, sesuai dengan doktrin pertahanan kita, yakni pertahanan semesta dengan TNI sebagai komponen utama dibantu komponen pendukung dan komponen cadangan. Ini yang membuat kita disegani oleh dunia. Kita memang tidak mau tergantung ke satu negara, ujar Tantowi. Ketidaktersedian dana bagi alutsista ini, katanya, mengakibatkan TNI hingga kini belum bisa membeli amunisi, karena pembelian pesawat dan amunisi dilakukan secara terpisah.
Terkait jatuhnya Hercules TNI AU di Medan, Tantowi menandaskan, harus jadi momentum untuk mengubah banyak hal, di antaranya, penentuan postur pertahanan dan pengganggaran, terutama karena ancaman itu nyata, seperti ancaman dari garis batas negara dengan negara tetangga.
Tantowi juga memaparkan, antara sistem penentuan anggaran dan postur pertahanan negara terjadi anomali. Jika di negara lain ancaman itu ditentukan baru kemudian dirumuskan doktrin, postur pertahanan dan sistem persenjataannya. Setelah itu ditentukan berapa dana yang diperlukan. Sementara kita tidak, tentukan dulu jumlah uangnya, baru diatur apa saja senjata dan sistemnya yang bisa dibeli. Ini pekerjaan rumah yang harus kita ubah, ujarnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha mengatakan, TNI sebagai satu-satunya organisasi tentara di dunia yang tidak mempunyai satelit untuk militer. Karena untuk mendapatkan itu, kita harus mendapat persetujuan dari Amerika Serikat, yang prosesnya cukup rumit. Pesawat Sukhoi yang dibeli dari Rusia pun, ternyata juga tidak ada amunisinya. Karena itu, kuat tidaknya TNI tergantung Presiden Jokowi.
Helikopter Malaysia mendarat di Sebatik, Hercules jatuh dan sebagainya, ini menunjukkan bahwa TNI kita memang lemah. Karena itu, harus diperkuat dengan menaikkan anggaran alutsista. Dari anggaran Rp 105 triliun (Kemenhan APBN 2015) menjadi Rp 200 triliun untuk APBN 2016, tegas Syaifullah Tamliha. (Sumber: HU Suara Karya)