
JAKARTA, tniad.mil.id – Komandan Korem 102/Pjg Brigjen TNI Bayu Permana melaksanakan Ibadah Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah/2023 Masehi yang diselenggarakan oleh Korem 102/Pjg, bertindak selaku Imam dan Khatib, Ustadz H. Muhdianor Hadi, S Ap, M.Ap. dengan mengangkat tema, “Memaknai ibadah puasa Ramadhan untuk meningkatkan disiplin diri dan etos kerja Prajurit TNI AD.” bertempat di Lapangan depan Makorem 102/Pjg Jl. Imam Bonjol No. 05 kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Sabtu (22/4/2023).
Shalat Idul Fitri merupakan shalat yang dilaksanakan pada saat hari Raya Idul Fitri (lebaran). Bahwa Shalat tesebut hanya dilaksanakan atau lakukan setelah melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh oleh umat Islam. Adapun tujuan perayaan Idul Fitri, yakni guna merayakan berakhirnya ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh, berterima kasih kepada Allah SWT atas turunnya ayat-ayat Al Quran yang pertama diungkapkan menjelang akhir Ramadhan, bersyukur atas kekuatan yg diberikan Allah SWT sehinga mereka mampu meningkatkan disiplin diri dan etos kerja selama bulan puasa dalam mencapai tujuan Ramadhan, memohon ampunan kepada Allah atas dosa dan kesalahan-kesalahannya, berterima kasih kepada Allah dan mengingat berkah-Nya serta melakukan amal terhadap orang miskin dan yang membutuhkan melalui zakat fitrah.
Dalam Ceramah agama yang disampaikan oleh ustadz H. Muhdianor, S.Ap, M.Ap., Alhamdulillahirabbilalamin menjadi kalimat yang paling tepat kita ucapkan pada momentum mulia di pagi hari ini. Pasalnya, Allah SWT masih terus mengalirkan nikmat yang tidak bisa kita hitung satu persatu di antaranya nikmat kesehatan sehingga kita bisa hadir dan menikmati kebahagiaan Idul Fitri bersama orang-orang yang kita cintai. Banyak dari saudara-saudara kita yang tidak bisa merasakan aura dan kebahagiaan lebaran karena sakit atau sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Allah SWT untuk menghadap-Nya.
Semua ini harus kita syukuri agar kita tidak termasuk dalam golongan orang yang kufur atas nikmat dan juga menjadi orang-orang yang . menyesal karena nikmat-nikmat ini dicabut oleh Allah SWT. Kita mampu merasakan terpenting dan manisnya nikmat Allah, ketika nikmat itu sudah tidak lagi bersama kita. Seperti anugerah kesehatan yang kita rasakan saat ini, akan semakin terasa nikmatnya ketika sakit sudah menghampiri kita. Pada kesempatan kali ini, mari kita juga terus menguatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT yang merupakan tujuan utama sekaligus buah dari perintah puasa di bulan Ramadhan dengan iman dan kepasrahan diri kepada Allah, maka sikap-sikap ketakwaan sudah seharusnya bersemayam dalam diri kita.
Sikap itu di antaranya adalah keteguhan hati untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Momentum Idul Fitri kali ini juga menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk mengumandangkan takbir sebagai wujud mengagungkan Allah SWT. Allah lah dzat yang paling besar. Tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Allah lah yang paling berhak atas segala apa yang terjadi di alam semesta, termasuk apapun yang terjadi pada diri kita. Kita adalah makhluk-Nya yang lemah tiada daya.
Makhluk yg diciptakan dari tanah yg proses penciptaannya memberikan pelajaran mendalam bagi kesadaran tentang siapa kita, dimana kita dan akan kemana kita. Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah. Tiga (3) ayat ini menyadarkan kita untuk kembali merenungkan betapa agung-Nya Allah SWT dan betapa lemahnya kita. Jika kesadaran ini kita tanamkan dalam jiwa kita, maka bisa dipastikan kita akan senantiasa patuh dan takut karena cinta kepada Allah SWT.
Dari 3 ayat ini kita harus menyadari bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Kita berawal dari kondisi yang lemah dan akan kembali menjadi lemah. Kita akan melewati sebuah siklus yang berasal dari tidak ada dan akan kembali kepada ketiadaan kembali. Takbir, tahmid, dan tahlil yang kita kumandangkan dari lisan kita di hari yang fitri ini harus kita tancapkan juga dalam hati kita. Takbir yang membesarkan nama Allah, harus serta merta mengecilkan nafsu dan kesombongan kita. Takbir tanda kebahagiaan Idul Fitri, harus serta merta menjadi tanda perubahan untuk menjaga kesucian ini. Takbir di Idul Fitri ini harus tumbuh dari dalam hati untuk menjadi pujian terbaik bagi penguasa alam semesta.
Takbir tanda kebahagiaan Idul Fitri, harus serta merta menjadi tanda perubahan untuk menjaga kesucian ini. Takbir di Idul Fitri ini harus tumbuh dari dalam hati untuk menjadi pujian terbaik bagi penguasa alam semesta. Mari jadikan Idul Fitri kali ini sebagai renungan suci akan kebesaran Allah swt sekaligus tekad untuk menjaga kesucian diri. Setelah melalui kawah candradimuka perjuangan dan pendidikan di bulan Ramadhan, kita harus mampu menjadi pribadi yang paripurna setelah gemblengan puasa satu bulan penuh. Dalam puasa, kita diajarkan menahan diri untuk tidak makan dan minum, sehingga setelah puasa jangan lagi kita memakan yang bukan hak kita. Dalam puasa kita terbiasa dengan bibir kering karena kehausan, mata kita sayu karena keletihan, dan perut kita kosong menahan lapar, sehingga jangan sampai ke depan tangan tangan kita kotor karena berbuat zalim kepada orang lain. Pada Ramadhan kita yang bisa khusyuk dalam shalat, sehingga jangan lagi setelah Ramadhan kita juga khusyuk merampas hak orang lain. Pada Ramadhan, kita lihai membaca ayat-ayat Al Quran, sehingga jangan sampai kita juga lihai menipu orang lain.
Dalam puasa kita diajarkan disiplin kapan waktu kita mulai berpuasa dan kapan berbuka sehingga ketika usia Ramadhan maka disiplin kerja kita semakin meningkat. Mari jadikan Idul Fitri kali ini, Idul Fitri kita yang terbaik, karena kita tidak akan tahu apakah kita akan bisa bertemu dengan Idul Fitri di masa yang akan datang atau tidak. Mari kita saling memaafkan dengan sesama atas segala dosa yang telah kita lakukan untuk semakin menguatkan kesucian kita. Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita yang telah melahirkan kita ke dunia. Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua. Mereka adalah jimat yang harus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia. Bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, bukan berarti selesai bakti kita kepada mereka.
Ziarahilah makamnya. Berdoalah kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan menerima amal ibadahnya. Bukan harta, jabatan, dan materi dunia yang mereka harapkan dari anak-anaknya. Namun untaian doa dan kebaikan para penerusnya lah yang mereka nanti-nantikan di alam kuburnya. Semoga Allah swt menerima doa-doa kita untuk orang tua kita. Aamiin. Demikian khutbah Idul Fitri yang mudah mudahan bisa menjadi renungan suci kita di hari yang fitri ini. Semoga amal ibadah kita selama Ramadhan dan hari-hari selanjutnya akan senantiasa diterima oleh Allah SWT Semoga kita dijadikan golongan orang-orang yang kembali suci dan meraih ketakwaan, Aamiin YRA.
Hadir pada acara tersebut Danrem 102/Pjg Brigjen TNI Bayu Permana, Para Kasi Kasrem 102/Pjg, Dandim 1016/Plk, Dan/Ka Balak Ajurem 102/Pjg, Ketua Persit KCK Koorcabrem 102 PD XII/Tpr beserta pengurus, Imam dan Khotib, Ustadz H. Muhdianor, Hadi, S.Ap, M.Ap (Kemenag Kalteng), Personel TNI dan PNS Se-Garnisun Plk dan Masyarakat sekitar Jumlah hadir ± 500 orang, (Dispenad).
- Antusias Masyarakat Sholat Idul Fitri Dihalaman Markas Korem 102/ Panju Panjung
- Antusias Masyarakat Sholat Idul Fitri Dihalaman Markas Korem 102/ Panju Panjung
- Antusias Masyarakat Sholat Idul Fitri Dihalaman Markas Korem 102/ Panju Panjung
- Antusias Masyarakat Sholat Idul Fitri Dihalaman Markas Korem 102/ Panju Panjung