JAKARTA, tniad.mil.id,- Aplikasi pompa hidrolik Kartika mekanisme tolak balik meriam buatannya mampu mengatasi masalah kekeringan yang melanda wilayah Gunung Kidul.
Hal tersebut disampaikan Kepala Peralatan Kodam (Kapaldam) Jaya/Jayakarta, Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi, dalam rilis tertulisnya di Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Diungkapkan Kapaldam Jaya, Gunungkidul merupakan wilayah yang rentan terhadap pasokan air apalagi di musin kemarau seperti saat ini. Mendapatkan air dibutuhkan alat untuk mengangkatnya dari sumber mata air bawah tanah yang ada di gua Pulejajar, Desa Jepitu.
“Pompa hidrolik ini memanfaatkan mekanisme tolak balik meriam yang diaplikasikan untuk mendorong air melawan gravitasi, sehingga mampu mengatasi kekeringan di wilayah Gunungkidul,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, pompa air hidrolik ini cukup efektif, efesien dan tepat guna untuk menaikkan air dari lembah-lembah ke pegunungan tanpa menggunakan bahan bakar dan listrik, sehingga hemat energi dan mudah perawatan.
“Berkat alat ini, air dari jurang sedalam 100 meter sudah berhasil kita angkat dan harapannya dapat mengatasi persoalan air di sekitar gua Rancang Kencana Gunung Kidul,” ucapnya.
Menurut alumni Akmi Magelang 1996 ini, pemikiran pembuatan pompa ini berawal dari keprihatinan ketika dirinya menjabat sebagai Dandenpal “B”09-12-03 Kupang, melihat banyak masyarakat NTT yang kesulitan mendapatkan air, khususnya musim kemarau.
“Berkat kerja keras diiringi kesungguhan dan kegigihan untuk membantu kesulitan masyarakat dalam mendapatkan air bersih, saya berhasil membuat sebuah alat pompa hidrolik, yang mengaplikasikan mekanika fluida hukum Paskal, Archimedes, dan kontinyuitas benoli sebagai dasar pembuatan pompa hidrolik,” jelasnya.
“Sebenarnya ide itu muncul dari mekanisme tolak balik meriam. Kebetulan bidang penugasan saya sebagai Korps Peralatan Angkatan Darat, sering dihadapkan dengan teknologi-teknologi yang modern. Jika ditelaah sepertinya tidak nyambung, tapi itulah realitanya,” ungkap suami dari Ester Meilany Siregar sambil tersenyum.
Setidaknya dengan pompa ini diharapkan mampu dijadikan acuan di wilayah lain, karena di Kabupaten Gunungkidul banyak ditemukan sumber air di bawah tanah yang hingga kini belum dapat dieksploitasi.
Menyinggung eksplorasi air sungai bawah tanah, Perwira Peralatan TNI AD bekerjasama dengan Kodim Gunungkidul telah berhasil mengeluarkan juga sekitar 4 liter per detik dari kedalaman 22 meter pada jarak 1.200 meter dari mulut Gua Pulejajar dengan sistem gravitasi, sehingga diharapkan dapat mengatasi kekeringan untuk 8 desa di Kecamatan Girisubo.
“Cukup banyak potensi air di bawah tanah yang hingga kini belum dapat ditangani untuk mengatasi kekeringan dan persoalan air,” imbuhnya.
Menurut bapak lima anak ini, dalam upaya mengangkat air dari dalam goa ini, pihaknya hanya menghadirkan pompa hidrolik. Sedangkan untuk material terdapat bantuan dari Kasum TNI, sementara yang lainnya jajaran Kodim Gunungkidul bekerjasama dengan pihak terkait.
“Sesuai dengan rencana, setelah air ini berhasil diangkat segera akan dipasang instalasi dengan menggunakan sistem gravitasi, agar dapat menyumplai pasokan air masyarakat,” tandasnya.
Dirinya berharap, nantinya segera dapat dipasang sarana khususnya mesin pompa untuk menaikkan air dari dalam tanah.
“Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah Gunungkidul dan Propinsi DIY agar sejumlah wilayah yang memiliki potensi air bawah tanah bisa digarap untuk mengatasi masalah air bersih,” tuturnya.
Pria yang pernah berdinas di Dislitbangad ini mengatakan, selama ini banyak proyek atau program pengairan di lapangan mengalami kendala sumber tenaga. Karenanya, teknologi tepat guna ini dapat menjadi salah satu alternatif pendekatan TNI AD dengan rakyat dalam rangka mengatasi kesulitan masyarakat.
“Orang boleh lupa berbicara tentang peran TNI Angkatan Darat, tetapi biarlkanlah air kehidupan akan terus bercerita tentang TNI AD,” pungkasnya. (Dispenad)