Permasalahan didaerah setiap harinya terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Saat ini yang sedang dialami oleh Kabupaten Wonosobo adalah masalah radikalisme dan terorisme; munculnya kembali faham komunisme dan yang tidak kalah penting adalah konflik sosial. Permasalahan tersebut dibahas dalam rapat Forkominda di Polres Wonosobo yang dihadiri Bupati Wonosobo, Dandim, Kapolres dan unsur intelejen daerah lainnya. Rabu (3/8).
Radikalisme dan terorisme kedua kata tersebut memang sudah terkenal jelek dalam pandangan masyarakat, baik masyarakat kalangan bawah maupun atas seakan semuanya telah mengenalnya sebagai kata yang tidak baik dan perlu dihindari karena berbahaya. Radikalisme bisa diartikan sebagai paham yang atau aliran agama yang menginginkan perubahan baik sosial maupun politik secara drastis dengan kekerasan.
Sementara terorisme merupakan serangan yang terkoordinasi yang bertujuan untuk menimbulkan teror atau perasaan takut dan menimbulkan korban dengan melakukan hal-hal yang membahayakan seperti bom bunuh diri. Terorisme dan radikalisme sebenarnya tidak beda jauh, keduanya sama-sama menggunakan kekerasan, tindakan yang ekstrim serta berusaha untuk mengubah keadaan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dengan cara yang cepat.
Secara umum, Pengertian Konflik Sosial (Pertentangan) adalah sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Kapolres AKBP Aziz Ardiansyah menyampaikan Keamanan bukanlah anugrah dari Tuhan, akan tetapi harus mampu kita ciptakan. Sebagai aparat negara fungsi Intelijen harus bekerja sama, sehingga hasil yang di capai akan maksimal. Sebab apabila terjadi konflik sosial dan tidak mampu menangani kita sebagai aparat negara bisa di pidanakan. Maka perlu di bentuknya tim terpadu sampai tingkat paling bawah yaitu desa. Menghadapi permasalahan masyarakat yang semakin komplek memerlukan pemecahan persoalan yang melibatkan semua unsur atau lembaga pemerintah. Karena di sinyalir bibit permusuhan antar kampung sudah mulai muncul, seperti yang terjadi pada saat lebaran kemarin. Makanya permasalahan seperti itu harus segera di selesaikan, agar tidak merambah ke daerah lain. Sebagai aparat negara kita harus mampu menciptakan kondusifitas keamanan sesuai tanggung jawab kita, jelas Kapolres.
Dandim 0707/Wonosobo Letkol Czi Dwi Hariyono bangsa indonesia mempunyai kultur yang bermacam-macam, akan tetapi pihak luar ingin mengganggu stabilitas keamanan di Negara kita. Di harapkan kita jangan sampai terjadi seperti apa yang di alami di Timur Tengah, tiada hari tanpa konflik. Saat ini Wonosobo sudah kedatangan 118 CSR(Corporate Social Responsibility) di mana BUMN atau Perusahaan bertanggung jawab terhadap Sosial dan Lingkungan di mana Perusahaan itu tinggal yang bertujuan menciptakan Kesejahteraan rakyatnya. Sehingga konflik sosial bisa di hindarkan, tinggal bagaimana kita mampu untuk mengelolanya apa tidak. Dengan kata lain jika kemakmuran terjadi di masyarakat akan sulit masuknya provokasi negatif dari pihak lain yang mempunyai kepentingan. Masuknya imigran China dengan kedok pencari kerja harus di waspadai kita bersama.
Bupati Eko Purnomo S.E,MM menyampaikan ternyata walau sudah ada himbauan dari Transportasi Udara tetapi ternyata Balon udara masih banyak di dapati di Wonosobo. Permasalahan ini juga menjadi pekerjaan rumah kita bersama, maka mari kita mencari solusi yang terbaik yang tidak menimbulkan permasalahan lain. Terima kasih kepada Polres yang sudah menangkap Curanmor di wilayah Wonosobo. Konflik Nasional yang terjadi jangan sampai merembet ke Wonosobo, untuk itu perlu adanya pemetaan daerah rawan konflik. Galian C ternyata masih marak terbukti kurang lebih 180 truk tiap hari keluar Wonosobo membawa material, sedang dampak dari galian sudah kita rasakan seperti jarangnya sumber mata air.