JAKARTA, tniad.mil.id – Guna membentuk karakter muda bangsa bermental kuat dan berdisplin, Babinsa Koramil 1608-04/Woha latih anak-anak Desa Penapali Kec. Woha, Bima, NTB olahraga Karate.
Tersebut disampaikan Dandim 1608/Bima Letkol Inf Bambang Kurnia Eka Putra, dalam rilis tertulisnya di Bima, Jumat (4/5/2019).
Diungkapkan Bambang, anak-anak mulai dari pelajar SD, SMP sampai SMA yang tinggal di Desa tersebut di latih olahraga karate oleh Babinsa Penapali bernama Serma H. Furqon.
“Babinsa Penapali Serma H. Furqon, melatih kareta kepada anak-anak Desa Penapali setiap hari Sabtu dan Minggu,” katanya.
Selain melatih karate, katanya, kegiatan ini juga sebagai salah satu sarana komunikasi sosial (Komsos) pihaknya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat di wilayah binaannya, serta untuk mencetak bibit-bibit atlet karate muda.
“Anak didik dari Serma Furqon telah beberapa kali meraih prestasi diberbagai event tingkat Kab/Kota Bima, Tingkat NTB dan bahkan ada yang berhasil meraih medali pada OSN 2018 lalu,” kata Dandim.
Selanjutnya Dandim Mamaparkan bahwa latihan, bertujuan untuk melatih anak agar memiliki karater pemberani, dengan kata lain berani dalam menghadapi segala sesuatu rintangan hidup, berkata jujur, bertindak benar, berani berinisiatif dan lain sebagainya.
“Melalui latihan ini, kita ingin membangun karekter anak yang pemberani, jujur, berinisiatif dan lain sebagainya,” ungkap Dandim.
Seperti saat anak- anak berlatih, tentu akan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang. Yaitu pelatih, siswa lain, pengurus, bahkan mungkin orangtuanya sehingga mental dan kedisiplinan anak – anak harus kuat dan kokoh.
Dengan begitu, ungkap Dandim, interaksi anak jadi lebih terbuka sehingga ia bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasinya.
“Beberapa anak mungkin malu-malu, tugas kita lah membangun keberaniannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik,” ujarnya.
Ia pun menjelaskan bahwa berlatih karate bukan saja melatih jurus-jurus tetapi juga mentalnya.
Berlatih karate adalah salah satu cara mengeluarkan energi negatifnya dengan cara positif. Ia bisa memukul bantalan karet, berguling di atas matras, melompat, berteriak, berlari dan lainnya. Jika emosi negatifnya tersalurkan dengan baik, maka secara emosi anak – anak akan merasa lebih nyaman dan emosinya pun bisa lebih stabil.
Karate atau sejenis olahraga lainnya jangan dimaknai dengan hal-hal negatif, namun harus dimaknai dengan hal positif. Karena kata Dandim, setiap olahraga selain dapat membangun komunikasi sosial masyarakat juga sebagai proses awal anak -anak dalam membentuk karakternya untuk bangsa dan negara. (Dispenad).