Menyusul keberhasilan program teritorial “TNI AD Manunggal Air” di wilayah NTT, NTB, dan Bali, satuan jajaran TNI AD di wilayah lain juga mulai menggalakkan program yang bertujuan meningkatkan taraf hidup, ekonomi serta kesejahteraan masyarakat pedesaan ini. Usai pencanangan secara nasional oleh Kasad, program yang dilatarbelakangi kepedulian dan keprihatinan prajurit Kartika Eka Paksi atas fenomena kelangkaan air ini, sekarang menjadi harapan rakyat yang sehari-harinya kesulitan mendapatkan air bersih. Kabupaten Sampang adalah salah satu wilayah baru yang menjadi pilot project program tersebut di wilayah Madura, Jawa Timur. Di sana, sumur bor menjadi senjata TNI AD untuk menghadirkan air bersih guna memenuhi kebutuhan air minum, sanitasi, serta pertanian masyarakat.
Dandim 0828/Sampang, Letkol Czi Suprobo Harjo Subroto, S.E., M.Han mengatakan secara geografis Kabupaten Sampang terbagi menjadi wilayah lautan, daratan, perbukitan dan kepulauan. Sementara secara demografi masyarakatnya termasuk menengah ke bawah, rata-rata berprofesi sebagai nelayan, bertani atau berkebun. Kesulitan air bersih terutama dirasakan oleh warga yang berdomisili di wilayah bagian tengah hingga utara. Terutama jika memasuki musim kemarau, kala sungai-sungai mengering, warga Sampang akan semakin kesulitan mendapatkan air. Untuk itu, menurut Dandim, memilih titik lokasi yang akan dijadikan percontohan program TNI AD Manunggal Air di Pulau Madura harus dilakukan secara cermat dan akurat.
“Yang paling memungkinkan di Sampang ialah dibangun sumur bor. Sebab, tidak ada sumber air di sini. Masyarakat selama ini mendapatkan air untuk hidup sehari-hari dari tadah hujan, itu di musim penghujan. Jika musim kemarau, mereka terpaksa harus membeli air, satu tangki kurang lebih 150 ribu rupiah. Itu pun hanya bisa mencukupi kebutuhan satu keluarga sekitar seminggu saja. Karena mereka juga gunakan airnya untuk berbagi dengan hewan ternak mereka. Jadi kebutuhan akan air memang sangat tinggi di sini,” terang Letkol Suprobo menjelaskan sulitnya kehidupan 500 jiwa warga Desa Taman, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, yang terpilih sebagai lokasi percontohan sumur bor program TNI AD Manunggal Air.
Lebih lanjut Dandim mengungkap bahwa dirinya sempat merasa pesimis di awal pelaksanaan program. Pasalnya sebagai mantan Komandan Batalyon Zeni Tempur (Danyonzipur) V, yang notabene sering mengoperasionalkan alat bor, ia paham betul tingkat kesulitan pengeboran sangatlah tinggi, keberhasilannya pun belum pasti.
“Tapi setelah berkoordinasi dengan berbagai elemen masyarakat, saya menjadi optimis. Kami semua di sini bersinergi, bergotong royong. Pemkab, Polres, BPPD, PLN, Dinas Lingkungan Hidup, sampai masyarakat semua turun membantu sesuai kapasitasnya. Ada yang mendukung logistik/konsumsi, tangki air, karena untuk pengeboran itu membutuhkan banyak air, minimal bisa 10 tangki air per hari. PLN memasang kabel besar agar voltase di sini stabil, sehingga pompa sumur bor tidak cepat rusak. Alat bor dan pengoperasiannya didukung Yonzipur. Berkat sinergi tersebut, target 45 hari pengerjaan, bisa kami selesaikan hanya dalam tujuh hari saja,” ujar Perwira Menengah yang menyebut bahwa sumur bor tersebut nantinya bukan milik perorangan, dan pemilik lahan yang menjadi lokasi sumur bor juga telah menandatangani MoU sebagai tanda persetujuan. Dandim juga menyebut bahwa Bupati Sampang telah memiliki wacana untuk pipanisasi ke rumah-rumah warga, serta pengelolaannya nanti melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), termasuk biaya pemeliharaan, pembayaran pulsa listrik, dan lain-lain.
Jasuli, pemilik lahan lokasi sumur bor mengatakan, dirinya ikhlas sumur bor dibangun di lahan miliknya. Yang terpenting baginya, dia beserta keluarga dan 135 kepala keluarga lainnya terbebas dari sulitnya mencari air untuk hidup sehari-hari. Jasuli bahkan menyebut sebelumnya ia pernah tiga kali mencoba membuat sumur bor di lahannya itu dengan memanggil jasa pengeboran swasta, tapi selalu gagal. Itulah mengapa ia menyambut baik kala Kodim 0828/Sampang berniat untuk melaksanakan program TNI AD Manunggal Air berupa sumur bor di lahannya. Ia pribadi bahkan menyumbang satu tangki air saat proses pengeboran berlangsung.
“Karena masyarakat selama ini kalau musim hujan harus kerja keras menampung air. Kalau kemarau beli air tangki. Saya pas ada rezeki panggil (jasa pengeboran), tapi gagal terus. Sudah habis puluhan juta. Tapi Pak Tentara yang ngebor, alhamdulillah berhasil, dan sekarang masyarakat sudah punya air bersih. Sebentar lagi masuk kemarau, tapi kami sudah tenang,” tuturnya gembira.
Awalnya Jasuli juga menyimpan kekhawatiran, tentang bagaimana biaya perawatan dan listrik untuk sumur bor di lahannya tersebut. Namun, kekhawatirannya ditepis oleh Fadoli, Pjs Kades Taman, yang mengatakan bahwa pihaknya siap bertanggung jawab untuk pemeliharaan sumur bor tersebut melalui pengelolaan Bumdes. Ia meyakinkan bahwa pulsa listrik, penggantian pipa/sparepart pompa, hingga proyeksi pipanisasi penyaluran air dari penampungan ke rumah-rumah warga akan dikelola oleh Desa, dan tidak lagi membebani Jasuli secara perorangan sebagai pemilik lahan.
“Rasanya mau selamatan Bu, waktu dengar di desa kami akan dibantu program Bapak Kasad ini. Sekarang sudah berhasil, warga senang semua. Beritanya juga sudah menyebar kemana-mana. Banyak dari desa-desa lain bertanya sama saya bagaimana kalau mau ngebor kaya gitu? Saya sebagai Kades berterima kasih sekali kepada bapak-bapak TNI, terutama Dandim Sampang. Tanpa beliau, mungkin masyarakat saya ini tidak dapat air bersih,” tandas Fadoli senang bukan kepalang. (Medtak Dispenad)