Skip to main content
Kodam V/Brawijaya

Danramil Pare Beri Wawasan Kebangsaan Kepada Siswa/Siswi SMK Bhakti Mulya Pare Kediri

Dibaca: 28 Oleh 23 Okt 2015Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat
Pluralisme yang merupakan pengertian dari keragaman memang merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia. Semakin banyak keragaman pada bangsa ini, semakin banyak pula budaya dan keindahan yang Indonesia miliki. Tetapi bukan berarti keragaman yang bangsa Indonesia miliki nilai negatif dimata masyarakat. Koramil 11/Pare bekerjasama dengan UPTD Pare mengadakan wawasan kebangsaan bertajuk “Kemajemukan dalam Pluralisme” di Aula SMK Bhakti Mulya Pare Kediri, Kamis (22/10).

“Nilai-nilai kearifan pluralisme yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, di mana semangat untuk menghormati orang lain merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat kita. Manusia pada hakikatnya akan hidup membutuhkan orang lain, Tarzan saja legendanya hidup dilindungi dan dinaungi hewan yang dianggap induknya. Manusia yang hendak mengasingkan diri dengan manusia lainnya apakah masih manusia” kata Danramil Pare Kapten Arh Ajir, Kamis 22 Oktober 2015.
Pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun, yang dimaksud pluralisme adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. “Pluralisme agama dan budaya dapat dijumpai di mana-mana. Tapi seseorang baru dapat dikatakan menyandang sifat tersebut apabila ia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan kata lain, pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk agama dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan, dalam kemajemukan” jelas Kapten Arh Ajir, dihadapan sekitar 200 siswa/siswi SMK Bhakti Mulya Pare.
Kejadian demi kejadian yang cenderung pada rusaknya nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika di bumi Nusantara ini, menjadikan dasar Koramil Pare menjabarkan secara jelas makna dari segala perbedaan itu sendiri, sehingga kelak ketika mereka (siswa/siswi) keluar dari bangku sekolah, mereka (siswa/siswi) memiliki dasar pola pikir melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. 
 
“Salah satu gempuran negatif yang berpotensi merusak kearifan Bhineka Tunggal Ika adalah Radikalisme. Bahaya Radikalisme memang sudah lama di Indonesia, bahkan telah ada sejak awal-awal kemerdekaan. Namun, yang menjadikan potensi Radikalisme saat ini lebih mengkhawatirkan adalah karena tingkat jangkauan propagandanya bersifat global, bukan lagi sebatas tujuan separatisme sebagaimana yg banyak muncul dalam sejarah negeri ini. Karena konteks propagandanya yang bersifat global, maka isu radikalisme pun menjelma menjadi problematika yang kompleks bagi Indonesia” pungkas Kapten Arh Ajir diakhir pemberian Wawasan Kebangsaan kepada siswa/siswi SMK Bhakti Mulya Pare Kediri. (Penrem 082)
Baca juga:  Babinsa Kluet Tengah Optimalkan Penyiapan Lahan Sawah

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel