
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjabat sebagai Panglima TNI menggantikan posisi Jenderal TNI Moeldoko yang akan memasuki usia pensiun pada 1 Agustus 2015.
Sebelum dilantik menjadi Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo telah menjalani uji kelayakan dan kepatutan di DPR. Penunjukan Gatot sebagai calon tunggal Panglima TNI itu diserahkan oleh pemerintah kepada DPR pada 9 Juni 2015 lalu.
Penunjukan Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI mengejutkan banyak pihak. Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna yang digembar gemborkan akan memegang tongkat komando pucuk pimpinan TNI pun meleset.
Begitu juga, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi yang concem terhadap visi dan misi pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Setelah menjalani uji kelayakan dan kepatutan di DPR, akhirnya 10 Fraksi di Komisi I DPR RI setuju mengangkat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI dan juga menyetujui pemberhentian Jenderal Moeldoko dari jabatan Panglima TNI.
Kemudian, dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-36 di masa sidang ke IV memberikan persetujuan kepada Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI pada Jumat 3 Juli 2015.
Komisi I DPR pada Rabu 1 Juli 2015 lalu, menyetujui pencalonan Gatot sebagai Panglima TNI berdasarkan tiga pertimbangan.
Pertimbangan pertama adalah persyaratan administrasi dari seluruh penelaahan tidak ada masalah.
Kedua, paparan visi, misi, dan program Gatot menunjukkan hal penting yaitu menggambarkan dan mencerminkan pengetahuan .tentang aspek geopolitik dan geostrategis kawasan global yang menjadi tren perubahan.
Ketiga, pandangan Gatot yang dinilai dapat melakukan konsolidasi secara institusi seperti personel doktrin dan alat utama sistem senjata (alutsista).
Penyandang Dan IV Karate ini berkomitmen akan melakukan modernisasi alutsista TNI dengan pembangunan minimum essensial forees (MEF) hingga tahun 2024.
Gatot menjelaskan modernisasi itu dilakukan dengan pembelian alutsista baru dan optimalisasi alutsista lama serta mengutamakan kemandirian industri pertahanan nasional. Lalu konsolidasi dalam hal pembenahan doktrin, dilakukan secara terus menerus untuk menjaga validitas dan relevansi doktrin, tuturnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Olahraga KarateDo Indonesia (PB FORKI) ini mengatakan konsolidasi dalam peningkatan pembinaan satuan melalui peningkatan kemampuandasar prajurit. Hal itu, menurut dia, dilakukan agar prajurit menguasai teknologi, mahir menembak, dan beladiri militer.
Kedua, menurut Gatot, melakukan interoperabilitas melalui efisiensi penggunaan sumber daya dan keterpaduan antar angkatan. Lalu prioritas pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI untuk mendukung kebijakan pembangunan poros maritim dunia, ujarnya
Ia menjelaskan gagasan utama yang ketiga terkait kedekatan TNI dengan rakyat agar TNI harus sadar bahwa TNI lahir dari rakyat. Menurut dia rakyat merupakan ibu kandung TNI dan berjuang bersama rakyat untuk mencapai tujuan nasional. Lalu melakukan serbuan teritorial. Serbuan yaitu saat kritis dan menentukan harus mengerahkan semua daya dan kemampuan untuk menang, tukasnya.
Dia menegaskan TNI berkomitmen untuk merebut hati dan pikiran rakyat untuk bersama-sama mencintai dan membangun bangsa Indonesia. Gatot mengatakan TNI mengarah pada suatu cara berpikir yang sederhana, namun menyentuh dan terpengaruh nyata terhadap percepatan pembangunan TNI dan menjaga keutuhan NKRI.
Modernisasi Alutsista Ia mengatakan akan melakukan modernisasi alat utama sistem senjata dengan dukungan pemerintah yang meningkatkan anggaran untuk langkah tersebut. Langkah itu sesuai dengan asumsi kekuatan ideal dan sejalan dengan Kabinet Kerja yang meningkatkan anggaran untuk alutsista 1,5 persen dari PDB, papar Gatot Nurmantyo.
Dia mengatakan dalam rangka pemenuhan alutsista modern itu maka TNI akan membeli produk baru bukan barang bekas atau hibah. Menurut dia, pembelian itu agar memenuhi standar alutsista dunia dan memenuhi industri dalam negeri. Saya akan memastikan semua alutsista siap secara proporsional, ujarnya.
Ia juga berjanji lebih mengutamakan produk alutsista dalam negeri . Menurut dia, pembelian alutsista dari luar negeri dilakukan ketikaIndonesia belum mampu memproduksi sesuai dengan standar yang diperlukan. Pembelian alutsista ini juga harus dilakukan dengan transfer teknologi dan transfer pengetahuan, kata jenderal berbintang empat itu.
Menurut dia, modernisasi alutsista dengan doktrin sebagai pembangunan TNI. Gatot mengatakan di negara mana pun pengembangan militer diperlukan meskipun kondisi ekonomi lemah. Melalui angkatan yang tangguh maka roda ekonomi akan terjalan karena akan mengatasi segala macam gangguan yang berpotensi mengganggu kegiatan ekonomi, tutur mantan Pangdam V/Brawijaya ini.
Gatot yang merupakan salah satu jenderal terbaik yang dimiliki TNI saat ini. Dia juga merupakan sosok prajurit profesional dan intelektual dengan pandangan dan wawasan luas terhadap pembangunan pertahanan nasional. Selain itu, cepat memahami tentang ancaman serangan terkait perang.
Mantan Pangkostrad yang merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1982’memiliki karier yang cukup moncer di dunia militer. Dia ditempatkan dalam kesatuan infantri baret hijau Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), (Sumber: HU Pelita)