Kekurangan tenaga pengajar dirasakan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di pedalaman. Tenaga pengajar atau guru merupakan komponen terpenting yang harus ada di dalam proses belajar-mengajar di sekolah selain siswa itu sendiri. Tidak jarang saat siswa sudah semangat datang ke sekolah, mereka harus kecewa karena tidak ada guru yang datang.
Perbandingan guru antara pedalaman dengan perkotaan memang sangat jauh berbeda, kalau di perkotaan kelebihan tenaga guru, di pedalaman tenaga guru masih sangat kurang.
Seperti yang terjadi di SD Inpres Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Siswa SD Inpres yang sudah bersemangat untuk datang belajar di sekolah, namun setibanya di dalam kelas, tidak ada guru yang datang untuk mengajar. Melihat hal tersebut, saat melintas di depan SD Inpres Distrik Senggi, Babinsa Koramil 1701-06/Senggi Kopda Mustakim berkoordinasi dengan guru SD Inpres lainnya untuk membantu memberikan pelajaran terhadap siswa-siswi yang tidak ada gurunya, Selasa (14/3/2017).
Dengan dibekali buku petunjuk dari guru lainnya, Kopda Mustakim memberikan materi pelajaran sesuai dengan buku petunjuk yang diberikan agar tidak keluar jalur dari materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa-siswi SD Inpres Senggi.
Menurut Kopda Mustakim bahwa keadaan siswa-siswi di sekolah pedalaman sangat jauh berbeda dengan siswa-siswi di perkotaan. Ini adalah potret umum siswa-siswi di pedalaman yang memang sangat memprihatinkan. Mereka umumnya hanya mempunyai satu atau dua buku tulis dengan satu pensil atau pulpen yang disimpan dalam tas kresek, mereka tidak memakai sepatu tetapi bersandal jepit atau malah kadang bertelanjang kaki. Seragam pun tidak setiap hari bisa dipakai oleh semua siswa-siswi yang datang ke sekolah. Walaupun demikian semangat mereka untuk menimba ilmu di bangku sekolah tak kalah besar jika dibandingkan dengan para pelajar yang ada di kota.