
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, tidak takut di-reshuffle karena menolak impor beras. Pasalnya, kebijakan menolak impor beras, banyak pihak yang terganggu sehingga mendorong Presiden Jokowi untuk mereshuffle-nya.
Hal itu dikatakan Amran saat membuka acara panen raya padi serentak di Cilacap, Jawa Tengah, kemarin, 29 Februari 2016.
Masalah reshuffle kabinet itu merupakan hak prerogratif presiden. Yang penting bagi kami kerja, kerja dan kerja, ujar Amran.
Terkait impor beras, Mentan mengakui, sudah ada lobi-lobi dari negara tetangga kepada pemerintah terkait impor beras tahun ini. Namun Amran tegaskan, permintaan impor itu sudah ditolak. Saya dihubungi Menteri dari Thailand, ditanya kok permintaan impor sepi. Saya jawab tidak perlu impor karena itu rugikan petani, kata Amran.
Tak hanya itu, kata Amran, impor berasj hanya akan merepotkan petani lokal. Saya bilang, kalau kami impor itu sama dengan menyakiti petani kami, berarti sama saja menyakiti saya, tegas Amran.
Panen raya padi ini digelar di tujuh provinsi, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Turut hadir dalam acara tersebut. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Mulyono, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, Direktur Pelayanan Publik Bulog Wahyu Suparyono, Perwakilan Mabes Polri, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), dan petani di Jawa Tengah.
Kegiatan panen raya ini sebagai gong penanda, bahwa saat ini Indonesia tengah memasuki masa panen sehingga beberapa bulan ke depan persediaan beras nasional aman, katanya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, dengan panen raya stok pangan terjamin. Sebab, pada panen raya nanti Gabah Kering Giling (GKG) yang akan dipanen diperkirakan mencapai lima juta ton. Bahkan selama Maret akan terkumpul 12,5 juta ton gabah dari hasil panen rakyat, tutur Amran.
Amran mengatakan, produksi padi awal tahun ini meningkat walau mengalami kemunduran waktu tanam akibat El nino dan lainnya. Namun pemerintah sudah mengantisipasi musim kering berkepanjangan sejak dini.
Kita antisipasi melalui penyaluran pompa air, pembangunan rehabilitasi embung, Jong storage, dan rehabilitasi jaringan irigasi. Kami bisa melewati el nino terbesar ini, papar Amran.
Dalam kesempatan tersebut, Amran juga menuding ada pihak yang memainkan harga beras dengan tujuan ingin mendapat keuntungan sebesar-besarnya yang justru malah merugikan masyarakat. Pihak tersebut, kata Amran, merupakan pedagang perantara atau middle men yang selalu mencari kesempatan menyimpan dan melepas beras ke pasar di saat situasi perberasan sedang sulit.
Para pedagang perantara ini tidak memiliki niat baik dalam upaya menstabilkan harga beras karena hanya mau melepas di saat harga kebutuhan pokok itu mengalami kenaikan. Tapi di saat harga beras stabil dalam posisi tak terlalu tinggi, mereka justru melepas, ke pasar, tuturnya.
Kondisi yang terjadi saat ini, kata Amran, menunjukkan adanya pemasukan beras secara besar-besaran di sentra pasar beras. Hal ini mengakibatkan stok beras di pasar melimpah. Harga beras minggu pertama Februari Rp 13.344 per kilogram dan di minggu kedua turun merijadi Rp 7.500 – Rp 10.000 per kilogram.
Ini anomali yang tak pernah terjadi dalam lima sampai 10 tahun. Ini juga menunjukkan kalau produksi beras nasional meningkat, pungkas Amran. (Sumber: HU Rakyat Merdeka)