Delapan helikopter Apache akan melengkapi kekuatan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) Skadron 11/Serbu Semarang. Tiga unit sudah datang akhir Desember 2017, sisanya 5 unit segera datang. Sebelumnya Skadron ini sudah menyiagakan heli jenis lain, yakni Bell 412. Dengan tibanya pengiriman gelombang perdana AH-64E Apache Guardian, menjadikan Indonesia sebagai pengguna helikopter tempur Apache di kawasan Asia Tenggara.
Sebelumnya Singapura terlebih dahulu melengkapi angkatan bersenjatanya dengan 20 unit AH-64D Apache Longbow sejak tahun 2006. Indonesia yang masih pemula sebagai pengguna Apache, mempunyai seri helikopter yang lebih baru dan punya kemampuan lebih dibanding Apache kepunyaan Singapura. Meski unit Apache yang diakuisisi hanya delapan unit, Apache Puspenerbad adalah jenis AH-64E Guardian. Sebagai informasi, sejatinya AH-64E adalah seri AH-64D Apache Longbow Block III, yang kemudian oleh Boeing diberi kode sebagai AH-64E Apache Guardian dan dirilis perdana pada tahun 2012.
Apa yang baru dari AH-64E Apache Guardian? yang paling kentara adalah adopsi mesin baru, yakni digunakan sepasang mesin T700-GE-701D dari General Electric, yang punya kekuatan lebih besar dari mesin AH-64D, yakni 1.994 shp (1.487 kw). Transmisi mesin pun diubah menjadi coupe dengan tenaga ekstra. Alhasil kecepatan maksimum AH-64E bisa mencapai 300 km/jam, sementara AH-64D kecepatan maskimumnya 293 km jam. Meningkatnya kecepatan pada AH-64E diketahui juga berkat penggunaan material komposit baru pada pada baling-baling. Pada AH-64E, Boeing menyematkan sistem datalink MUM-TX lansiran L-3 Communications.
Keunggulan dari datalink ini memungkinkan awak helikopter untuk dapat mengendalikan drone (UAV) lewat frekuensi C, D, L, dan Ku-band. Yang baru lainnya, Boeing melakukan perbaikan pada elemen landing gear. Selain memproduksi AH-64E full gress alias baru, khusus melayani Angkatan Darat Amerika Serikat, Boeing tengah melakukan program upgrade dari AH-64D ke AH-64E, program ini telah berjalan sejak akhir 2012 untuk 634 unit AH-64D.
AH-64 Apache adalah tipe helikopter militer dari jenis penyerbu/ penempur yang bisa diterbangkan dalam berbagai keadaan cuaca. Helikopter serbu ini dikendalikan oleh dua orang crew dan persenjataan utamanya terdiri dari sebuah senapan mesin M230 kaliber 30 mm yang terletak di bawah hidung AH-64 Apache. Helikopter ini juga bisa membawa gabungan persenjataan lain seperti AGM-114 Hellfire dan pod roket Hydra 70 di empat hard point pada pangkal sayap. AH-64 Apache merupakan helikopter penyerang utama bagi Angkatan Darat Amerika Serikat dan merupakan pengganti helikopter serbu AH-1 Cobra.
Helikopter tersebut telah teruji dalam mengemban tugas di berbagai medan operasi di belahan dunia. Ketangguhannya dalam melibas lawan di berbagai medan pertempuran nyaris tak tersaingi, sebagaimana dikisahkan oleh Mayjen TNI Benny Susianto, mantan Danpuspenerbad, sebagai berikut: Pada suatu malam yang gelap pekat di padang gurun Irak, satu kompi helikopter serang dari Batalyon Penerbangan 3-1 terbang melintasi Brigade Kavaleri 1-1 tanpa lampu sama sekali. Mereka dapat melihat tank Bradley dengan jelas melalui kamera FLIR (Forward Looking Infra-red). Komandan Kompi Helikopter Serang yang melintas memastikan tidak ada pasukan kawan di depan mereka.
Beberapa saat kemudian, mereka mendeteksi sejumlah titik panas pada kamera FLIR yang berada beberapa kilometer di depan formasi tank Bradley dari Brigade 1-1 tersebut. Komandan Kompi Helikopter Serang segera memerintahkan kompinya mengambil posisi bertempur dengan terbang hover 50 kaki di atas permukaan tanah dengan separasi antar helikopter 100-150 meter.
Mereka kemudian menembaki sasaran yang tidak terlihat oleh mata telanjang yang berada lebih dari 5 km di depan mereka. Setelah 45 menit menembaki sasaran, Kompi tersebut kembali ke titik bekal ulang depan (FARP = Forward Arming and Refueling Point) dan digantikan oleh Kompi C 3-1. Di pihak musuh, mereka masih tidak menyadari apa yang menembaki dan menyebabkan kerusakan pada kendaraan tempur dan tank mereka. Aksi ini berlanjut sampai dengan pukul tiga pagi. Serangan ini dapat melindungi Brigade Kavaleri 1-1 dan menyebabkan kehancuran Brigade Tank (T-72) Divisi Adnan dari Garda Republik Irak dalam satu malam. Menurut sebuah sumber, hal ini pertama kalinya satu brigade dihancurkan dengan mengerahkan hanya unsur Helikopter Serang.
Tetapi bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Helikopter Serang jenis apakah yang digunakan?
Batalyon Penerbangan 3-1 merupakan satuan yang dilengkapi dengan alutsista helikopter serang jenis AH-64 Apache. Helikopter serang Apache ini dilengkapi dengan berbagai teknologi sistem senjata yang modern sehingga dapat mengidentifikasi musuh (terutama tank) pada jarak yang jauh tanpa terdeteksi oleh musuh. Persenjataan dan peluru kendali yang diusungnya pun memiliki daya jangkau yang jauh melebihi daya jangkau tembakan tank musuh (T72).
Berdasarkan pertimbangan yang matang, TNI AD dalam program modernisasi persenjataannya memilih untuk membeli helikopter serang Apache untuk dioperasikan oleh Satuan Penerbangan Angkatan Darat. Melalui mekanisme FMS (Foreign Military Sale), Pemerintah Amerika Serikat dan Republik Indonesia mengadakan perjanjian kerjasama pembelian helikopter Apache varian terbaru (AH-64E Longbow). Pada gelaran Hari Jadi TNI ke 72 di Cilegon Serang 5 Oktober 2017 kemarin, terlihat beberapa helikopter serang jenis AH-64 Apache turut bermanuver dengan gagahnya, yang memberikan kesan betapa hebatnya kekuatan bersenjata kita.
Fitur Andalan Helikopter Serang Apache
Helikopter Serang adalah Helikopter yang dirancang dan dibuat secara khusus serta dilengkapi dengan sistem persenjataan sehingga mampu menyerang, mengikat dan menghancurkan musuh atau sasaran di darat. Helikopter AH-64E Apache adalah helikopter yang berfungsi sepenuhnya sebagai Helikopter Serang (Attack Helicopter), dengan kemampuan sesuai peruntukannya.
Helikopter ini memiliki daya angkut yang besar untuk mengusung berbagai macam persenjataan dengan teknologi mutakhir. Persenjataan yang mampu diusungnya yaitu Kanon M230, Roket Hydra 70 (FFAR), peluru kendali AGM-114 Hellfire, AIM-92 Stinger dan AIM-9 Sidewinder. Selain itu, helikopter Apache telah menggunakan teknologi Avionics yang termutakhir seperti radar Longbow dan MTADS.
Radar Longbow adalah sistem radar yang dipasang di atas baling-baling utama helikopter apache yang terdiri dari perangkat AN/APG-78 Fire Control Radar (Radar Kendali Tembak) dan AN/APR- 48 Radar Frequency Inferometer (Radar Identifikasi Frekuensi). Kedua perangkat tersebut akan memberikan masukan bagi sistem MTADS dalam memberikan informasi tentang sasaran dan pasukan kawan. Selain itu, perangkat ini dilengkapi dengan pendeteksi infra merah dari sumber luar untuk menghindari ancaman tembakan rudal darat-udara dan udara-udara. Kemampuan deteksi radar ini dapat mencapai 10 km pada kondisi yang cerah. Radar akan mendeteksi pesawat terbang, helikopter, senjata arhanud, rudal darat-udara, tank, AFV, truk, dan kendaraan lainnya. Sedangkan MTADS atau Multi Target Acquisition and Designation System adalah bagian dari sistem senjata yang bertugas mencari dan mengenali sasaran serta memberikan informasi untuk pilot di kokpit.
Selanjutnya sistem tersebut akan menentukan sasaran yang paling berbahaya atau yang mengancam helikopter untuk ditembak terlebih dahulu. Sistem ini dapat memberikan informasi sampai dengan 20 target yang ditampilkan pada layar multi fungsi di kokpit. Sistem ini sangat membantu pilot dalam mendeteksi ancaman serta mengurangi beban kerja di kokpit. Informasi yang diperoleh oleh helikopter yang dilengkapi dengan radar longbow dan MTADS ini dapat juga disebarkan kepada pasukan kawan (tank, infanteri, artileri, posko) secara instan.
Senjata andalan yang diusung yakni AGM-114 Hellfire, adalah peluru kendali yang bekerja berdasarkan homing laser semi aktif. Hellfire didesain untuk menghancurkan sasaran bergerak seperti tank dan ranpur infanteri (IFV). Rudal ini dapat menghancurkan sasaran yang terletak sampai dengan 8 kilometer dari helikopter. Dengan demikian rudal ini memberikan tingkat perlindungan yang tinggi bagi helikopter serang yang terbang mendekati sasaran.
Sistem penginderaan dilengkapi dengan FLIR (Forward Looking Infrared) yaitu perangkat elektro optik yang dapat melihat obyek pada kondisi gelap dengan menggunakan kemampuan pendeteksi infra merah. Kamera tersebut mampu melihat jauh dengan jelas serta memberikan informasi tentang obyek yang dilihat berupa arah dan jarak, kecepatan bergerak, serta koordinat. Dengan demikian, praktis tidak ada yang tersembunyi dari kemampuan deteksi helikopter Apache ini.
Senapan mesin yang terletak dibagian bawah body dikendalikan dari helm pilot. Helm yang dipakai pilot telah didesain sedemikian rupa sehingga pergerakan kepala pilot akan serta merta diikuti oleh moncong laras senapan mesin M230 kaliber 30 mm. Dengan demikian tanpa mengubah arah helikopter, pilot dapat menembaki sasaran yang dilihatnya secara cepat. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh helikopter serang manapun di dunia.
Angkatan Bersenjata dari berbagai negara telah menggunakan helikopter Apache sebagai unsur helikopter serang mereka karena berbagai fitur andalan di atas serta kiprahnya dalam pertempuran di Afganistan, Irak, dan Kosovo. Negara-negara pengguna antara lain United States Army, Israel Air Force, Royal Netherlands Air Force, Japan Ground Self-Defense Force, Yunani, Kuwait, Arab Saudi, Singapura, Uni Emirat Arab, Mesir dan AD Inggris.
Helikopter AH-64E Apache yang dioperasikan oleh Penerbangan Angkatan Darat merupakan suatu force multiplier bagi TNI AD. Alutsista yang pada teknologi tersebut akan memaksa satuan Penerbad khususnya dan TNI AD secara keseluruhan untuk lebih maju dan berubah ke arah yang lebih baik. Walaupun ada kelemahan dalam sistem pemeliharaan helikopter Apache ini, akan tetapi secara operasional helikopter tersebut akan memberikan dampak yang lebih positif.(majalah Palagan)