TNI AD. Pelaksanaan latihan dopper banyak dilakukan oleh militer di banyak negara, termasuk di Indonesia untuk menguji nyali prajuritnya. Hampir seluruh satuan TNI mewajibkan latihan ini kepada seluruh prajuritnya untuk menguji kemampuan meliputi uji keberanian, konsentrasi, ketahanan fisik, mental dan menumbuhkan kepercayaan diri. Salah satu hal banyak dilakukan pada dopper adalah latihan merayap pada simulasi medan perang, dengan ditembaki pada titik-titik tertentu dari atas oleh para pelatihnya.
Di Indonesia, selama ini senjata-senjata yang digunakan untuk keperluan dopper, umumnya produk generasi lawas dan sudah tidak diproduksi, seperti senapan otomatis Pindad SP-3 (kaliber 7.62mm x 51) dan senapan serbu AK-47 Rusia (kaliber 7,62 mm x 39) yang menggunakan peluru tajam. Karena karakteristiknya tersebut, membuat latihan dopper masih sering dianggap berbahaya, dan berisiko atas keselamatan prajurit. Dengan munculnya senjata dopper produksi Pindad ini diharapkan pengguna, yaitu TNI tidak perlu lagi menggunakan senapan SP-3.
Salah satu lokasi latihan dopper di Indonesia, adalah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, di mana selaku industri pertahanan nasional, Pindad pun sering diundang oleh TNI untuk menyaksikan latihan tersebut. Kehadiran para personel Pindad adalah untuk memperbaiki berbagai senjata yang rusak karena latihan.
Dari latar belakang kondisi tersebut, Pindad sesuai kapabilitasnya membantu membuat senjata untuk latihan dopper TNI. Hasilnya, saat ini sudah diproduksi senjata khusus untuk keperluan dopper, yang merupakan kerjasama Pindad dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat (Dislitbang TNI AD).
Senjata khusus dopper tersebut, walau belum memiliki nama produk, memiliki karakteristik lebih akurat dan lebih menjamin aspek keselamatan dibandingkan dengan yang selama ini digunakan. Namun senjata khusus dopper produksi Pindad ini tetap sesuai keperluannya, yaitu memiliki suara letusan yang keras sesuai kebutuhan latihan dopper untuk menguji fisik dan mental.
Senjata dopper buatan Pindad ini menggunakan sistem operasi gas operated. Namun, pengaturan model tembakannya hanya semi otomatis (tembakan satu per satu beruntun) dan tidak ada penembakan otomatis. Dari sosoknya, senjata dopper produksi Pindad ini memiliki keunggulan lain, yaitu desain modern dan ergonomis untuk mendukung karakter produk yang memiliki keakuratan tinggi.
Pada awalnya di tahun 2014, senjata dopper yang diproduksi Pindad dicoba menggunakan kaliber 7,62 mm Sabhara (7,62mm x 45), yaitu MU-11yang memiliki tekanan rendah. Untuk basic senjatanya menggunakan desain senapan serbu SS2. Namun dari produksi awal tersebut, sosok senjata baru dopper itu, oleh pengguna ternyata tekanan tembakannya dianggap terlalu ringan dan suaranya kurang keras. Perbaikan dan penyempurnaan pun dilakukan kembali, sehingga muncul senjata dopper buatan Pindad yang sekarang. Secara desainnya masih mirip awal, namun bagian ekoran dan rumah mekanik dibesarkan.
Senjata khusus latihan dopper produksi Pindad ini diluncurkan sejak tahun 2016. Produk ini merupakan jawaban yang diharapkan mampu meningkatkan keamanan bagi para prajurit dalam melakukan latihan. Dopper produksi Pindad ini pun sudah disertifikasi pada tahun 2016.
Peluru Khusus Dopper
Selain senjata jenis baru, Pindad juga mengembangkan peluru jenis khusus untuk digunakan dalam latihan dopper, yaitu kaliber 7,62mm x 51 dengan menggunakan proyektil khusus jenis parabolic, seperti yang digunakan Sabhara Polri.
Dari penggunaan amunisi, senjata khusus dopper ini juga menyesuaikan dengan ide awalnya, yaitu harus aman. Proyektil amunisi yang ditembakan menggunakan 7,62 mm jenis parabolic dimana saat menancap ke tanah tidak pecah dan tidak memantul. Begitu pula kebutuhan tekanan gas, yang ketika menancap ke tanah harus tidak memantul lagi atau tidak tumbling. Pada karakter amunisi ini, yang diperhatikan adalah kecepatan dan kemampuan isian dorongnya.
Berangkat dari kebutuhan itu, penggunaan amunisi senjata khusus sabhara 7,62 mm parabolic itu ternyata bagus namun dari suaranya kurang keras. Sesuai karakternya, untuk menambah suara letusan amunisi, isian dorong dan tekanan pun harus dinaikan lagi. Pilihan pun kemudian berubah menjadi menggunakan kaliber 7,62 mm dengan menggunakan proyektil dengan panjang 51mm. Maka, lahirlah senjata khusus dopper berikut jenis amunisi yang kini diperkenalkan Pindad ini. Jika mengenai manusia, peluru khusus 7,62mm x 51 parabolic pada senjata dopper produksi Pindad ini tidak mematikan karena bentuk ujung proyektil peluru ini didesain tidak runcing, namun tetap memiliki akurasi tinggi. Tembakan peluru khusus tersebut pun sudah dirancang, jika terkena air dan tanah lembek, muncratannya akan tinggi untuk menguji mental prajurit. Walau ujung pelurunya tidak lancip, akan menembus kedalam tanah dan tidak memantul.
Senjata dopper produksi Pindad ini sebenarnya dapat menggunakan pula jenis peluru yang beragam, sehingga kemampuan jarak tembaknya pun berlainan tergantung amunisi yang digunakan. Dengan kelebihan itu, senjata dopper ini bukan hanya berfungsi untuk keperluan latihan dopper, tetapi juga dapat digunakan untuk pertempuran sebenarnya sesuai kebutuhan medan.
Jika menggunakan amunisi parabolic, senjata ini mampu menyasar jarak efektif 300 meter (sebagai gambaran, untuk latihan dopper biasanya pada jarak sekitar 100-200 meter). Lain halnya jika menggunakan amunisi tajam, senjata dopper memiliki jarak efektif mencapai 1 kilometer. Walau ditujukan untuk mendukung latihan, namun senjata dopper buatan Pindad ini sebenarnya dapat digunakan untuk medan perang sesungguhnya. Karena penggunaannya dipasang pada suatu platform, senjata dopper produksi Pindad ini dari beratnya tidak terlalu diperhitungkan.
Potensi Pasar
Khusus untuk pangsa militer Indonesia sendiri, senjata dopper buatan Pindad ini diproduksi untuk mengikuti kebutuhan prajurit lnfanteri dan unit latihan dopper. Dopper buatan Pindad akan memenuhi kebutuhan semua angkatan di TNI, baik Angkatan Darat, Laut, dan Udara yang memiliki unit latihan dopper.
Kedepannya senjata khusus dopper produksi Pindad ini diharapkan dapat menangkap potensi kebutuhan negara-negara tetangga yang meminati senapan latihan ini. Diproduksinya senjata dopper dan munisinya oleh Pindad merupakan langkah yang tepat karena industri senjata yang khusus memproduksi senjata dan munisi jenis ini belum ada.
Senjata dopper juga telah diserahkan secara simbolis oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemhan) Sutrimo kepada Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu dalam acara penyerahan 15 produk First Article (FA) Program Pengembangan Teknologi lndustri Pertahanan (Bangtekindhan) TA. 2016 yang dilaksanakan di Kementerian Pertahanan pada tanggal 14 Februari 2016. (sumber: pindad update edisi 11 April 2017)