Harianjogja.com, JOGJA – Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen TNI Sunindyo menyatakan akan melakukan upaya nyata untuk mempersempit ruang gerak Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Salah satu terobosan yang dilakukan, yakni dengan melakukan pengefektifan unit intelijen dan Badan Pembina Desa (Babinsa).
Pangdam menyadari, ISIS kemungkinan besar masih ada daerah lain yang sudah melakukan perekrutan anggota. Hanya saja, keberadaan mereka masih belum terdeteksi.
Pangdam juga memerintahkan Babinsa untuk mendata seluruh masyarakat dan pemuda. Pendataan meliputi ke mana perginya para pemuda dan aktivitas yang dilakukan.
“Jadi kita tidak terkaget-kaget lagi seperti sekarang ternyata tahu-tahu 56 orang sudah pergi. Siapa yang mendanai, mestinya kan ada. Kalau jadi early warning system untuk negara mestinya bisa dicegah,” tegas Pangdam usai memberikan pengarahan di Kamodim 0734 Jogja, Rabu (6/8/2014) siang.
Selain beberapa daerah yang sudah diketahui, Pangdam meyakini masih ada daerah lain yang juga sudah merekrut dan membaiat anggota ISIS baru. Hanya daerah itu belum terdeteksi. Terlebih pola rekrutmen yang dilakukan berbeda dari sebelumnya. Saat ini, rekrutmen dilakukan lebih terbuka karena harus dibaiat.
“Seperti di Solo ada pengajian ternyata dibiarkan di situ. Tapi ada juga yang menolak. Babinsa yang setiap haru bertemu masyarakat harus tahu persoalan seperti ini. Intelijen kami akui ada kekurangan dan harus bekerja keras lagi agar ke depan tidak seperti ini,” tegasnya.
Tak hanya itu, Pangdam juga meminta agar media turut mengajak masyarakat untuk lebih waspada dan memiliki daya tangkal. Sehingga negara ini tetap berdiri dan memiliki daya tangkal yang baik.
“Early warning system seperti tamu wajib lapor 1×24 jam harus dihidupkan lagi,” tambahnya. (Arif Wahyudi/JIBI & Editor: Nina Atmasari)