Memanasnya situasi keamanan Ibukota yang menimbulkan gelombang demo besar–besaran pada tanggal 4 Nopember 2016 lalu dan mengharuskan TNI turun lapangan dalam membackup Polri, guna menjaga dan mempertahankan stabilitas keamanan di Jakarta.
Akibat dari demo tersebut yang dampaknya terasa hingga tingkat nasional, sehingga Panglima TNI menghimbau dan mengajak segenap komponen bangsa untuk turut menjaga stabilitas keamanan. Sementara itu, riak panas terasa meluas dan tentu saja tidak lepas dari peran media dalam memberitakan berbagai situasi dengan berbagai warna berita, ada berita yang transparan, ada yang persuasif dan ada juga yang cenderung provokatif. Pada akhirnya, berita-berita tersebut mampu menyedot partisipasi seluruh masyarakat Indonesia.
Menyikapi hal tersebut, Danrem 082/CPYJ Kolonel Kav. Gathut Setyo Utomo, S.IP., Senin (21/11/2016), bertempat di Aula Makorem 082/Mojokerto, berinisiatif menggelar pertemuan dengan insan media se-Wilayah Korem 082/Mojokerto. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam menangkal dan mencegah meluasnya dampak negatif atas demo Jakarta, sehingga tidak perlu ada pengerahan massa ke Jakarta. Untuk itu diharapkan melalui peran insan media di wilayah Korem 082/Mojokerto agar dapat menyajikan berita–berita yang berorientasi pada stabilitas keamanan nasional, dan bukan berita-berita yang cenderung memprovokasi masyarakat.
Dihadapan 60 insan media, Danrem mengatakan bahwa kasus hukum yang menimpa Ahok adalah bagian kecil dari sebuah skenario besar oleh beberapa negara tertentu yang ingin menguasai dan membagi NKRI menjadi lima bagian. Hal tersebut karena dimasa depan dipastikan akan terjadi krisis energi dunia, dan beralihnya energi fosil ke energi nabati, dimana Indonesia yang berada dibawah Ekuator merupakan negara kaya raya akan sumber daya alam dan sumber energi yang berbasis nabati, sehingga tak heran apabila sejak puluhan tahun lalu Indonesia telah masuk dalam bidikan oleh negara–negara tertentu untuk dikuasai sumber daya alamnya.
“Jika kita terbuai dan hanyut pada dampak yang ditimbulkan atas permasalahan hukum Ahok, maka ancaman nyata yang sangat serius ada didepan mata kita, yaitu ancaman yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kekuatan besar yang mampu mempersatukan bangsa saat ini yang masih kokoh dan tangguh adalah TNI dan Umat Islam Indonesia, namun sebagian dari kita tidak menyadari bahwa ada upaya–upaya tertentu untuk memecah belah kekuatan dan persatuan Umat Islam, dengan cara membenturkan antara kelompok Islam yang satu dengan kelompok Islam yang lain,” tegas Danrem.
“Kebhinekaan Indonesia saat ini sedang terancam, dan kondisi seperti itu harus disadari oleh semua pihak, dan melalui insan media yang diharapkan dengan menyinergikan peran dalam kebersamaan membangun bangsa di wilayah, yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara, maka dalam menyajikan berita–berita diharapkan mampu membangkitkan semangat membangun, bukan semangat untuk merusak tatanan negara yang konstitusional,” ungkap Danrem.
Danrem menegaskan kembali bahwa jangan sampai suatu saat nanti generasi penerus akan bercerita dahulu kala pernah berdiri sebuah negara yang bernama Indonesia. “Maka dalam menghadapi pengaruh atau provokasi asing, dapat ditangkal dengan meningkatkan serta memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus mampu jadi pemenang di negeri sendiri,” pungkasnya.
Disamping 60 insan media dari wilayah jajaran Korem 082/CPYJ, juga hadir Para Dan/Ka Bapras wilayah Mojokerto, para Kasirem 082/Mojokerto, para Kasdim jajaran Korem 082/Mojokerto mewakili Dandimnya, serta seluruh perwira Makorem 082/CPYJ. (Penrem 082)