Oleh : Kolonel Inf Yusep Sudrajat, S.I.P, M.Si.
Danpusdikif Pussenif
Pelaksanaan tes kesegaran jasmani “A” selama ini menggunakan tes lari 3200 meter berdasarkan jarak yang dicapai, hal ini berpedoman pada pendapat Keneth H Cooper dari USAF (United State Air Forces), dimana penilaiannya hanya berdasarkan katagori pencapaian VO2 Max dan tidak berdasarkan pada T-Score 1-100. Untuk mengetahui pencapaian VO2 Max dapat menggunakan tes lari 1600 meter, 2400 meter dan tes lari 3200 meteryang diciptakan oleh Keneth H Cooper dari USAF (United State Air Forces) yang kemudian digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kebugaran cardiovaskular militer Amerika Serikat dan selanjutnya digunakan oleh Angkatan Bersenjata negara-negara lain (NATO) termasuk oleh TNI (TNI AD), sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan tes lari 12 menit dan selanjutnya berubah menjadi tes lari 3200 meter. Diberbagai negara yang tingkat teknologinya sudah maju tidak lagi menggunakan baterai tes tersebut karena dianggap terlalu berat untuk personel yang usianya diatas 50 tahun kemudian adanya fakta korban personel pasca pelaksanaan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter. Tes lari 3200 meter yang digunakan oleh TNI AD pada hakekatnya adalah untuk mengukur sejauh mana kemampuan VO2 Max yang dimiliki oleh setiap prajurit sehingga dari perolehan hasil tes tersebut tingkat kebugaran setiap prajurit dapat diketahui yang selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian beban tugas.
Berdasarkan data dan fakta yang terkini, kerugian personel berupa korban meninggal dunia pada saat pelaksanaan tes kesegaran jasmani khususnya kesegaran jasmani “A” dalam kurun waktu tahun 2012 s.d tahun 2013 antara lain sebagai berikut : Pada 01 Maret 2012 Mayor Cpl Dadang Iskandar (48 Tahun) Nrp 573014 Kasidok Bagdokturjuk Sdirbincab Puspenerbad meninggal dunia karena serangan jantung pada saat melaksanakan tes garjas periodik, pada 01 Maret 2012 Pelda Sucipto (52 Tahun) Nrp 639570 Bati Koramil 0820/21 Maron/Dam V/Brw meninggal dunia karena serangan jantung pada saat melaksanakan tes Garjas periodik, pada 01 April 2012 Kapten Czi Agustinus Purba (56 Tahun) Nrp 502524 Danramil 1012-10 Dam XII / Tpr meninggal dunia karena serangan jantung pada saat melaksanakan tes Garjas periodik, pada 01 April 2012 Kapten Inf A. Rasyid (55 Tahun) Nrp 498617 Kaur Regring Minvetcaddam VII/Wrb meninggal dunia karena serangan jantung pada saat melaksanakan tes Garjas periodik, Mayor Cpl Mulyanto (49 Tahun) NRP 593073 Irdya Irda Wasrik Sisdur Itda Wasrikum Itditpalad meninggal dunia karena serangan jantung pada saat kegiatan Binsik lari keliling di Maditpalad, Mayor Kav Slamet Lahir Bathin Nrp 522337 Kasiopsdikmapa PK TNI meninggal dunia karena serangan jantung pada saat melaksanakan Olahraga Rutin/Binperorangan, Kolonel Inf Jemmy Evin Zacharias, S.IP, S.H (49 Tahun) Nrp 30823 Dosen Sesko TNI meninggal dunia karena serangan jantung pada saat kegiatan Rutin lari pagi kurang lebih 3 KM, pada 01 Mei 2012 Pelda Suprapto (52 Tahun) Nrp 532172 Bati Urpam Bagpam Ditkum meninggal dunia karena serangan jantung pada saat melaksanakan tes Garjas periodik, pada 01 Mei 2012 Kolonel Chb Mat Ali (49 Tahun) Kahubdam VII/ Wrb meninggal dunia karena serangan jantung pada saat melaksanakan tes Garjas periodik, pada Oktober 2012 Kolonel Inf Sabanlanta (52 Tahun) Siswa Sesko TNI meninggal dunia karena serangan jantung pada saat kegiatan Binsik lari keliling Pra Semapta, pada November 2012 Kolonel Inf Imam Basuki (51 Tahun) satuan Kodiklat TNI AD Meninggal dunia karena Serangan jantung pada saat kegiatan Pembinaan Garjas Rutin, pada 10 Januari 2013 Kopda Saeful Nrp 630033 anggota pos Megaluh Koramil Tembeleng Kodim 0814/Jombang Korem 082/CPY Kodam V/Brawijaya meninggal dunia karena mengalami serangan jantung setelah melaksanakan tes kesegaran jasmani dalam rangka seleksi Caba Reg Sus TA. 2013, pada 20 Maret 2013 Sertu Ajum Sastrawijaya Nrp 3920630120471 anggota Koramil 13 Bojong Lopang Kodim 0622/Sukabumi Korem 061/SK Kodam III/Siliwangi meninggal dunia karena mengalami serangan jantung setelah melaksanakan kegiatan tes kesegaran jasmani periodik TA. 2013, pada 14 Mei 2013 Kopda Gusmin Tuharea Nrp 319505880877 Babinsa Koramil 03/Tehoru Kodim 1502/Masohi Korem 151/BNY Kodam XVI/ Pattimura meninggal dunia karena mengalami penyempitan pembuluh darah jantung saat melaksanakan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter dalam rangka UKP, pada 28 Mei 2013 Serda Minarman Nrp 319505800374 Basipak 1 Posko Satbak Raipur A Yonarmed 18/105 Tarik Kodam VI/ Mulawarman meninggal dunia karena mengalami Radang otak dan tensi tinggi setelah melaksanakan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter dalam rangka UKP, pada 30 Mei 2013 Mayor Caj Mulyadi Nrp 522839 Kakaminvetcad VI/10 Samarinda bagian Inminvetcad Kodam VI/Mulawarman meninggal dunia saat melaksanakan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter dalam rangka tes kesegaran jasmani periodik, pada 13 Juni 2013 Serma Suharyono Nrp 542406 Babinsa Koramil 10/Tempe Kodim 0821/Lumajang Korem 083/BDJ Kodam V/ Brawijaya meninggal dunia karena mengalami Serangan jantung setelah melaksanakan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter dalam rangka UKP, pada 29 Agustus 2013 Kopda Abdurokhim Nrp 31950200350577 Takudam V/Brawijaya meninggal dunia karena mengalami serangan jantung setelah melaksanakan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter dalam rangka Seleksi Diktukba Reg TNI AD TA. 2013 dan pada 10 September 2013 Serma Sukatni Nrp 639390 Babinsa Koramil 0802/07 Badegan Kodim 0802/Ponorogo Kodam V/ Brawijaya meninggal dunia karena mengalami serangan jantung setelah melaksanakan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter dalam rangka tes kesegaran jasmani periodik serta pada 21 Oktober 2013 Serma Komaruddin Nrp 621830 Dansubintel Kodim 1426/Takalar Korem 141/T Kodam VI/ Mulawarman meninggal dunia karena mengalami serangan jantung setelah melaksanakan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter dalam rangka tes kesemaptaan jasmani untuk UKP.
Pokok-pokok Alat Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani “A”
Umum. Tingkat kesegaran jasmani prajurit dapat diketahui dengan mengukur berbagai komponen kesegaran jasmaninya, ataupun dengan mengukur tingkat kesegaran jasmani umum yang biasanya dilakukan dengan suatu rangkaian tes fisik. Adapun macam dan cara yang dapat digunakan untuk mengukur tes kesegaran jasmani ada beberapa cara antara lain Teori Keneth H Cooper dari USAF (United State Air Forces)yaitu Lari jarak tempuh 1600 meter, Lari jarak tempuh 2400 meter, Lari jarak tempuh 3200, Tes jalan cepat jarak tempuh 4820 meter, Harvard Step Test, Tes lari 15 menit (Mr. Balke), Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test).
Pertimbangan Ilmu Kesehatan Olahraga. Berdasarkan pertimbangan ilmu kesehatan olahraga bahwa hubungan usia dan tingkat kesegaran jasmani dinyatakan bahwa pada usia anak-anak sampai usia 20 tahun daya tahan kardiovaskular meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun (golden age). Kemudian untuk usia selanjutnya kesegaran jasmani akan mengalami penurunan secara bertahap 1% s.d.3%/tahun. Kemudian untuk usia selanjutnya kesegaran jasmani akan mengalami penurunan secara bertahap.Pertimbangan-pertimbangan lainnya yaitu pertimbangan penurunan kekuatan dan daya tahan otot karena pengaruh usia serta banyak terjadinya kerugian korban personel setelah pemberlakuan tes kesegaran jasmani “A” lari jarak tempuh 3200 meter.
Landasan teori. Perbedaan tingkat umur akan berpengaruh pada setiap pencapaian tingkat kesegaran jasmani.Umur sebagai faktor hambatan dalam usaha pencapaian tingkat kesegaran jasmani merupakan hal yang alami dan wajar. Seiring bertambahnya umur,setiap prajurit akan mengalami perubahan fungsi kemampuan tubuhnya seperti kemampuan fisik menurun, kinerja menjadi lebih cepat lelah, persentase lemak tubuh umumnya meningkat dan massa otot berkurang. Terjadinya penurunan berpengaruh terhadap kemampuan daya tahan cardiovaskular, kemampuan Volume Oksigen maksimum (VO2 Max), kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, kinerja fisik dan berat badan cenderung meningkat. Beberapa teori kesehatan olahraga menyatakan bahwa pengelompokan umur, lebih didasarkan pada pertimbangan teori usia biologi tubuh (biological age) adalah sebagai berikut:
a. Hubungan umur dan daya tahan Cardiovaskuler. Apabila kita mengacu pada teori ilmu kesehatan olahraga yang menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, maka perkembangan organ dan sistem organ di dalam tubuh yang membantu menentukan potensi kemampuan fisik dalam berlatih dan pencapaian tertinggi dalam tingkat penampilan fisik, akan mengalami penurunan fungsi seiring dengan perkembangan usia (Total Training, hal :12, 2000). Pengelompokan usia lebih didasarkan pada pertimbangan teori usia biologi tubuh (biological age). Daya tahan kardiovaskuler, menurut Sharkey, BJ dalam bukunya physiology of fitness, dijelaskan hubungan usia dan kesegaran jasmani dinyatakan bahwa pada usia anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskuler meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan kemudian berbanding terbalik dengan usia. Sehingga pada orang yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimiliki pada usia 17 tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan fungsi alat-alat organ transport (jantung, paru-paru dan pembuluh darah) dan utilasi O2 yang terjadi akibat bertambahnya usia. Tetapi curamnya penurunan dapat berkurang bila tetap melakukan olahraga aerobic).
b. VO2 Max dan tingkat kesegaran jasmani.
1) Merupakan media untuk mengetahui baik buruknya kesegaran jasmani, bahwa seseorang yang mampu menggunakan kecepatan dan tempo pada pelaksanaan pengukuran VO2 Max maka akan dapat menunjukan tingkat kesegaran jasmani yang baik. VO2 Max akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia ).
2) Validitas pengukuran VO2 Max akan lebih akurat menggunakan alat ukur berjalan 4820 meter, hal ini dengan pertimbangan aspek-aspek yang harus terpenuhi yaitu durasi waktu di atas 8 menit (aerobic dominan) dan jarak tempuh di atas 3000 meter ).
3) Tingkat Kapasitas VO2 Max berdasarkan pengelompokan umur secara teori dilakukan klasifikasi antara pria dan wanita, landasan teori ini diperkuat oleh pengklasifikasian yang dilakukan beberapa ahli antara lain;
a) Norma kriteria penilaian (Dr. Imran Agus Nurali, SpKO 2006).
(1) Pria.
(2) Wanita.
b) Norma kriteria penilaian (Heywood 1998).
(1) Pria.
(2) Wanita.
Analisa
Umum. Dalam kajian tes kesegaran jasmani “A” bagi personel kategori usia 50 tahun ke atas merujuk pada konsep dan teori para ahli dengan melalui proses penganalisaan pada VO2 Max yang selanjutnya diperhitungkan waktu tempuh untuk pria maupun wanita. Cooper mengatakan : seseorang yang terlatih dengan baik dan melakukan olahraga secara teratur, dalam keadaan istirahat frekuensi denyut jantungnya = 60 denyut permenit atau kurang, sedangkan orang yang tidak terlatih, dalam keadaan istirahat frekuensi denyut jantungnya = 80 denyut permenit ).
Ruang lingkup analisa.
a. Analisa pengelompokan umur. Dari pendapat para ahli di atas, puncak kesegaran jasmani berkisar pada umur 18-30 tahun ( golden age), pada umur selanjutnya mulai terjadi penurunan. Dari pertimbangan tersebut disarankan untuk mengkaji kembali pemberlakuan tes kesegaran jasmani “A” lari jarak 3200 meter bagi prajurit jajaran TNI AD khususnya kelompok umur ≥50 tahun dengan alasan :
1) Sering terjadi kecelakaan fatal dalam pelaksanan tes kesegaran jasmani “A” lari jarak 3200 meter (korban personel meninggal).
2) Masih ada alternatif alat tes kesegaran jasmani yang lebih aman untuk kategori kelompok umur ≥50 tahun :
a) Tes jalan cepat jarak tempuh 4820 meter (Cooper).
b) Tes bersepeda dalam waktu 12 menit (Cooper).
b. Analisa perolehan tabelVO2 Max. Tabel VO2 Max sesuai kelompok umur diperoleh dengan mengkonversi dari teori norma kriteria penilaian Dr. Imran Agus Nurali, SpKO dan norma kriteria penilaian dari Heywood (USA) kemudian disusun rentang pengelompokan usia per 4 tahun dari usia awal 18 tahun dan berakhir pada usia 57 tahun. Untuk memperoleh pengklasifikasian nilai VO2 Max perkelompok umur mengacu pada teori Jakson AS 1996 ( penurunan VO2 Max bagi yang terlatih sebesar 0,5%-0,6 % per tahun ), dari hal tersebutmaka penghitungan diawali dengan menentukan nilai VO2Max sebagai patokan ( Pok I nilai 48 =Baik ) kemudian dimasukkan dalam perhitungan yaitu 0,5s.d 0,6 % x 48 x 4 tahun= 0,96 s.d 1,5 ( bila dibulatkan menjadi 1s.d 2 ), sehingga untuk nilai Baik kelompok II yaitu 47 ( 48 dikurangi 1), dan seterusnya untuk kelompok berikutnya pengurangan 1 s.d 2. Berdasarkan rumusan tersebut diatas maka diperoleh tabel pengklasifikasian sebagai berikut.
1) Pria.
2) Wanita.
c. Analisa penentuan alat tes dan pengukuran bagi personel kategori usia ≥50 tahun. Dari penjelasan dan uraian di atas kami menyarankan untuk mencari alternatif pengganti tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter.
1) Tes jalan cepat jarak tempuh 4820 meter (Cooper). Meskipun jumlah kalori yang dibakar dengan berjalan cepat tidaklah terlalu besar (tergantung berat badan dan berapa lama Anda melakukannya, yaitu sekitar 400-700 kkal/jam) dibandingkan olahraga cardio lain yang intensitasnya lebih tinggi, tetap saja olahraga jalan cepat ini akan meningkatkan ekstra kalori yang terbakar dalam tubuh, apalagi jika dilakukan dalam jangka panjang. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dipublikasikan oleh Annals of Internal Medicine (2000) yang menyatakan bahwa terjadi penurunan sekitar 6.1 kg lemak tubuh pada pria obesitas yang secara rutin melakukan 60 menit cardio (baik itu jalan cepat maupun jogging ringan) setiap hari selama 12 minggu dan lemak yang hilang itu berasal dari lemak yang dibawah kulit, yang biasanya merupakan lemak yang paling banyak menutupi otot sixpack Anda.
Baru-baru ini, sebuah penelitian menemukan bahwa ada cara sederhana untuk memperpanjang umur Anda, yakni dengan cara menambah kecepatan langkah saat berjaan kaki. University of Pittsburgh mengumpulkan data dari 35.000 peserta survei yang semuanya wanita berusia 65 tahun ke atas. Dikutip dari situs Oprah, mereka yang berjalan lebih cepat 0.1 meter/detik terhubung dengan penurunan risiko kematian sebesar 12%. Sedangkan mereka yang berusia 75 hingga 84 tahun, 92% dari mereka yang suka berjalan cepat (1.4 meter/detik atau lebih cepat), hidup 10 tahun lebih lama ketimbang mereka yang lebih lambat (35% wanita berjalan lambat=0.4meter/detik). “Alasan mengapa kecepatan bisa mempengaruhi vitalitas seseorang adalah banyak organ dan sistem tubuh bekerja saat kita bergerak lebih cepat: jantung, paru-paru, otot, sendi, tulang dan otak,” ujar Stephanie Studenski, MD, penulis dari studi tersebut berspekulasi bahwa suatu saat nanti, kecepatan bergerak akan menjadi tolok ukur dari para dokter untuk mengetahui tingkat kesehatan pasiennya. Berjalan lambat bisa menjadi indikasi masalah kesehatan.Dari kecepatan berjalan juga bisa diatur tekanan darah, diet hingga fitnes yang ideal.
Adapun manfaat jalan cepat menurut Stephanie Studenski, MD,:
* Mengencangkan tubuh
* Membakar lemak
* Meningkatkan fleksibilitas
* Memperbaiki fungsi jantung dan paru-paru
* Mendorong tingkat energi
* Mendorong sirkulasi darah
* Anda merasa sehat!
Tahukah Anda bahwa olahraga jalan cepat lebih baik untuk jantung dari pada lari marathon? Pertanyaanya adalah mengapa olahraga jalan cepat baik untuk jantung? Sebelum penelitian ini dipastikan bahwa hasil jalan cepat lebih baik, terdapat perdebatan mengenai manfaat latihan kardio intensitas tinggi dan latihan ringan. Tentu banyak yang menganggap semakin berat latihan, semakin sehat tubuh kita. Namun jika tubuh terutama jantung tidak kuat dalam melakukan latihan kardio intensitas tinggi justru dapat memperparah kondisi jantung dimana detak jantung meningkat drastis dan pembuluh jantung melebar. Anda pernah mendengar seorang yang tiba-tiba meninggal setelah melakukan olahraga? Hal ini disebabkan karena jantung tidak kuat sedangkan tubuh melakukan latihan kardio intensitas tinggi seperti pada olahraga. Oleh karena itu latihan jalan cepat selain baik juga tidak beresiko untuk memperburuk kondisi jantung. Lantas mengapa olahraga jalan cepat baik untuk jantung? Alasannya adalah, jalan cepat juga termasuk olah raga. Sebenarnya jalan cepat membutuhkan trik khusus dimana membutuhkan langkah yang lebar dan gerakan tangan yang tepat serta mengontrol pergerakan tubuh. Hal sederhana dari jalan cepat adalah mengontrol tubuh dan berat badan agar tubuh dapat jalan dengan tempo cepat. Gerakan sederhana tersebut efektif membakar kalori dan mengaktifkan seluruh otot pada tubuh. Berbeda dengan marathon yang hanya mengaktifkan otot tubuh bagian bawah. Oleh karena itu jantung lebih menerima beban yang tepat dan proposional dengan manfaat yang besar.
TABEL TES JALAN CEPAT JARAK 4,82 KM (COOPER)
Sumber :Cooper,The Aerobics Way
2) Tes bersepeda dalam waktu 12 menit (Cooper). Bersepeda merupakan salah satu jenis olahraga yang menarik dan dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang status usia dan jenis kelamin. Beberapa penelitian bahkan telah menunjukkan sejumlah keuntungan dari aktivitas sederhana ini sebagai alat untuk mempromosikan kesehatan secara keseluruhan. Ingin tahu lebih banyak apa saja manfaat kesehatan dari bersepeda? Berikut ini adalah ulasannya : Berikut hasil interview dengan Prof. Froböse dan Team di Center of Health of the German Sports Academy of Cologne, dikutip dari cyclingandhealth.com .
Sakit punggung biasanya sering diakibatkan hasil secara langsung karena kurangnya berolahraga. Dengan kurangnya berolahraga maka menyebabkan discs (piringan-piringan) pada tulang punggung tidak mendapatkan pasokan nourishment (nutrisi) secara optimum sehingga kemampuan dari piringan-piringan tadi menjadi berubah dan suatu saat dibebani dengan pekerjaan yang agak berat maka piringan-piringan tadi tidak sanggup dan menyebabkan nyeri. Dengan bersepeda akan dapat mengatasi masalah ini yaitu pertama, latihan fisik secara terus menerus yang akan membantu mengembalikan kemampuan discs berikut suplai “makanan” menjadi optimal kembali. Kedua, Otot besar pada punggung menjadi lebih kuat sehingga dapat membantu kerja tulang belakang. Jadi bersepeda juga dapat menstabilkan kinerja tulang punggung.
Penyebab umum terjadinya nyeri lutut biasanya karena kerusakan pada tulang rawan/muda. Tekanan berlebihan yang terletak pada sambungan lutut, sebagai contoh dikarenakan jogging, atau terlalu gemuk, menghambat atau menolak pasokan nutrisi ke tulang rawan. Konsekuensinya tulang rawan menjadi lemah dan mulai rusak. Awal dari kerusakan/nyeri lutut saat dimana mineral-mineral berharga tidak bisa masuk ke tulang rawan. Semenjak tulang rawan tidak dialiri darah maka mineral-mineral berharga tidak bisa masuk ke tulang rawan. Pergerakan pada persambungan lutut dapat mendorong nutrisi kepada tulang rawan. Bersepeda adalah salah satu cara olah raga yang paling sedikit terjadi tekanan pada lutut dan cara yang paling baik untuk menguatkan tulang rawan.
Jantung adalah satu-satunya “motor” kita dan karena alasan itulah kita harus benar-benar merawatnya. Gejala stres dan mengerasnya arteri-arteri (arteriosclerosis) sebagai contoh, menyebabkan efek yang merusak pada jantung dan menghasilkan tekanan darah tinggi. Hal ini berakibat seseorang akan mengalami serangan jantung. Bersepeda akan memperbaiki sirkulasi darah secara keseluruhan. Yang terpenting adalah jantung akan bekerja lebih ekonomis karena performa pemompaan menjadi lebih efisien sehingga mengurangi tekanan darah secara keseluruhan dan mengurangi resiko penyakit jantung.
Infeksi adalah penyebab utama anda absen dari tempat kerja anda. Satu dari beberapa alasan adalah kurang efektifnya kinerja sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan reaksi alergi dan ketidakmampuan melawan flu dan demam. Bersepeda dapat meningkatkan kualitas sistem kekebalan dengan mengijinkan tubuh untuk melindungi dirinya dari virus dan bakteri. Bersepeda adalah metode olahraga yang paling banyak memiliki manfaat untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh. Keneth H Cooper dari USAF (United State Air Forces) telah membuat tabel tes bersepeda dalam waktu 12 menit yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani prajurit adalah sebagai berikut :
Sumber :Cooper,The Aerobics Way
Kesimpulan dan Saran
a. Terjadi Korban Personel sejumlah 20 (dua puluh) orang meninggal dunia pada kurun waktu tahun2012 s.d tahun 2013 karena mengalami Serangan jantung setelah melaksanakan tes kesemaptaan jasmani khususnya kesegaran jasmani “A” dalam rangka Seleksi Pendidikan maupun tes kesegaran Jasmani Periodik.
b. Adanya korelasi antara usia dan tingkat kesegaran jasmani bahwa pada usia anak-anak sampai usia 20 tahun daya tahan cardiovaskular meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun (golden age). Kemudian untuk usia selanjutnya kesegaran jasmani akan mengalami penurunan secara bertahap 1% s.d.3% /tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan faal organ transportasi (jantung, paru-paru dan pembuluh darah) dan utilasi O2 yang terjadi akibat bertambahnya usia. Tetapi curamnya penurunan faal dapat berkurang bila tetap melakukan olahraga aerobic secara teratur.
c. Masih ada alternatif alat tes untuk kesegaran jasmani yang lebih aman untuk kategori kelompok umur ≥50 tahun : Tes jalan cepat jarak tempuh 4820 meter (Cooper) danTes bersepeda dalam waktu 12 menit (Cooper).
d. Olahraga jalan cepat lebih baik untuk jantung dari pada lari marathon. Karena latihan cardio intensitas tinggi justru dapat memperparah kondisi jantung dimana detak jantung meningkat drastis dan pembuluh jantung melebar. Karena jantung tidak kuat sedangkan tubuh melakukan latihan cardio intensitas tinggi seperti pada olahraga Aerobic akan berakibat terjadinya gagal jantung.
Saran.
Guna dapat mencapai sasaran yang diharapkan dalam pelaksanan Tes Kesegaran jasmani untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani prajurit dalam rangka menilai hasil pembinaan setiap periodik, disamping itu digunakan untuk kepentingan seleksi pendidikan, evaluasi pendidikan, penugasan maupun tujuan pembinaan karier disarankan :
a. Untuk mencegah kerugian personil meninggal dunia dalam setiap kegiatan tes kesemaptaan jasmani dengan cara menyiapkan personil dengan baik meliputi kesiapan fisik, mental dan kesehatan untuk menghadapi pelaksanaan tes kesemaptaan jasmani dalam rangka Seldik, UKP, Uji kompetensi dan Tes kesemaptaan jasmani periodik.
b. Untuk personil yang kategori kelompok umur ≥50 tahun agar tetap melaksakan Olahraga aerobic secara teratur untuk mencegah penurunan kemampuan faal dengan curam melalui olahraga (Jalan cepat, Jogging, Bersepeda dan Renang).
c. Memilih alternatif alat tes untuk kesegaran jasmani ‘’A’’ yang lebih aman untuk personil yang kategori kelompok umur ≥50 tahun dengan melaksanakan Tes jalan cepat jarak tempuh 4820 meter (Cooper) atau Tes bersepeda dalam waktu 12 menit (Cooper).
d. Untuk mencegah terjadinya gagal jantung karena kegiatan olahraga, personil yang kategori kelompok umur ≥50 tahun agar tidak memaksa melakukan kegiatan olahraga dengan intensitas Cardio tinggi dan ada daya kejut mendadak pada jantung serta dilaksanakan dalam waktu yang lama sedangkan kondisi fisik kurang baik.
Penutup.
Demikian Naskah tentang Kajian Tes Kesegaran Jasmani “A” bagi personel kategori usia 50 tahun ke atas, dibuat sebagai bahan masukan dan pertimbangan pimpinan dalam menentukan kebijakan yang akan datang.