TNI AD – Agats. KRI Banjarmasin dan Satuan Petugas (Satgas) Ekspedisi Bakti PMK beserta bantuan sosial akhirnya telah tiba di Agats, setelah Crew KRI Banjarmasin mengantar mereka dengan menggunakan sebuah LCVP (Landing Craft Vehicle Personel) dan LCU (Landing Craft Utility), Minggu (22/11/2017). Pasalnya KRI Banjarmasin harus lego jangkar 17 Mil dari pelabuhan Agats akibat laut Arafuru di sekitar Agats tidak bisa dilalui oleh Kapal tersebut.
Kehadiran Satgas PMK di daerah itu berbarengan dengan Festival Budaya Asmat, sehingga semakin memeriahkan acara itu.
Baru beberapa langkah berjalan menginjakkan kaki di Agats, mereka sudah disambut tarian masal Suku Asmat, yaitu tarian orang awyu. Para penari tersebut mengenakan penutup kepala yang khas dari bulu burung Cenderawasih yang dipilih menggunakan akar hutan. Warganya juga kebanyakan mengenakan penutup kepala dengan bulu berwarna hitam, ada beberapa yang mengenakan bulu berwarna putih dan kuning dengan paruh burung Cenderwasih. Hal ini biasanya melambangkan jabatan yang tinggi dalam suku tersebut.
Wanita suku Asmat juga tidak kalah menarik. Dengan hiasan tas nuken, mereka turut menari bersama para pria Asmat. Melihat serunya dalam acara penyambutan tersebut, Satgas Bhakti PMK juga tidak mau kalah, mereka saling sahut menyahut dengan yel-yel. “Siapa kita? Agats. Siapa kita ? Bhakti PMK. Siapa Kita? NKRI,” sahut rombongan Satgas Bhakti PMK.
Bupati Agats, Eliza Kambu yang turut menyambut Satgas Bakti PMK mengucapkan terima kasih dan selamat datang kepada Satgas bakti PMK du daerahnya. “Atas nama Pemerintah Kabupaten Agats, saya berterimakasih dan mengucapkan selamat datang di tanah Asmat kepada satgas,” ucapnya.
“Terimakasih atas kepedulian dan niat baik untuk membangun negeri bersama-sama. Saya percaya pertemuan dan kehadiran kita bukan ini yang terakhir, tapi jalan menuju masa depan yang lebih baik,” tambahnya.
Bupati Eliza juga meminta kepada masyarakat Indonesia, khususnya Satgas PMK untuk tidak takut datang ke tanah Asmat. Menurutnya bahwa Asmat merupakan bagian dari NKRI dan menjadi tanggung jawab bersama. “Orang Asmat selalu terbuka bagi siapa saja yang datang untuk membangun tanah Asmat,” tandasnya.
Eliza juga berharap, kelak suatu saat masyarakat Asmat bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di mata dunia.
“Kondisi kehidupan dan masyarakat Asmat memang berat, tapi jika bisa bersinergi antar masyarakat dan pemerintah, saya pikir berat ini bisa dipukul bersama sama,” tegasnya.
Usai simbolisasi penyerahan bantuan, Tim Satgas Bakti PMK dari Pramuka segera menemui Pengurus Kwartir Cabangnya di kantor Kwartir Cabang yang berjarak 6 Kilometer dari pelabuhan.
Dalam kesempatan itu Satgas menyerahkan bantuan 18 dus bantuan yang terdiri dari pakaian barokah dan perlengkapan Kepramukaan.