Skip to main content
Berita Satuan

Ketahanan Pangan: Pemerintah Mendorong Percepatan Tanam Padi

Dibaca: 16 Oleh 01 Mar 2016Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Peme­rintah mendorong percepatan tanam untuk menggenjot pro­duksi sehingga target swasem­bada beras pada 2017 tercapai. Akan tetapi, petani menilai per­cepatan tanam sulit dilakukan karena tidak diimbangi penye­diaan pupuk, tenaga kerja, upaya mekanisasi, dan perluasan lahan irigasi.

Hal itu terungkap saat panen raya di Desa Securai Selatan, Ke­camatan Babalan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Senin, 29 Februari 2016, yang dihadiri Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Kementerian Pertanian Ali Ja­mil, Kepala Dinas Pertanian Su­matera Utara Aspan Sofian Ba­tubara, Kepala Staf Daerah Mi­liter I Bukit Barisan Brigadir Jen­deral TNI Widagdo Hendro, dan Bu­pati Langkat Ngogesa Sitepu.

Pada panen raya itu, petani bersama pemerintah mengguna­kan mesin pemanen kombinasi (pombine harvester), yaitu mesin yang menggabungkan tiga ope­rasi, yakni menuai, merontokkan, dan menampi padi. Mereka juga langsung menanami sawah de­ngan mesin tanam padi (Indo Jarwo Transplanter).

Ali Jamil mengatakan, peng­gunaan alat itu merupakan sim­bol pengembangan mekanisasi dalam sistem pertanian di In­donesia. Alat ini memangkas masa produksi, antara lain masa penanaman dan masa panen yang selama ini sangat lama ka­rena dilakukan manual, ujar Ali Jamil.

Baca juga:  Yonif Kostrad Rehab Rumah Warga

Selain itu, kata Ali Jamil, pe­ngembangan mekanisasi perta­nian juga dinilai menjadi jawaban minimnya tenaga kerja pertanian yang diakibatkan urbanisasi tenaga muda yang masif.

Dengan mesin pemanen kom­binasi, satu mesin dapat mema­nen 3 hektar sawah per hari dengan jumlah tenaga kerja de­lapan orang. Sementara jika di­panen manual, dibutuhkan 75 tenaga kerja untuk memanen 3 hektar sawah dalam sehari.

Menurut Ali Jamil, hingga saat ini, sebagian besar sawah di Indonesia masih diolah dengan ca­ra manual. Kementerian Perta­nian akan memberikan 100.000 mesin pertanian, bibit sebanyak 116.500 ton, dan pupuk subsidi sebanyak 9,55 juta ton kepada petani untuk menunjang perce­patan tanam.

Sangat rendah

Di Banyuasin, Sumatera Se­latan, petani menilai, harga po­kok pembelian gabah kering panen yang ditetapkan pemerin­tah masih sangat rendah. Bah­kan, jika dibandingkan dengan tahun lalu, perolehan mereka jauh menurun. Pemerintah ber­upaya mendongkrak harga di tingkat petani dengan memotong rantai distribusi dengan metode toko tani.

Pada Senin,  29 Februari 2016,  petani  di Kecamatan Desa  Talang  Rejo,  Kabupaten  Muara  Telang, Ba­nyuasin, tengah menjalankan pa­nen raya. Namun, petani tak se­penuhnya gembira karena harga Gabah Kering Panen (GKP) lebih rendah ketimbang tahun lalu.

Baca juga:  Mutasi Jabatan 59 Perwira TNI

Hal ini dialami Marsudin (30), petani setempat yang harus me­nerima harga rendah dari GKP yang dihasilkannya. Harga yang diterimanya sekitar Rp 3.400 – Rp 3.800 per kg di tingkat tengkulak.  Harga ini  lebih  rendah  diban­dingkan  dengan  harga  tahun lalu  yang Rp 4.000 – Rp 4.400 per kg di tingkat tengkulak.  (Sumber: HU Kompas)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel