
Ternate, (24/07). Dalam rangka silaturahmi dan saling mengenal lebih dekat antara unsur pimpinan daerah baik tingkat prov, tingkat Kota dengan pejabat/ pimpinan TNI /Polri, Tokoh Agama, Tokoh masyarakat, di wilayah Maluku Utara, juga mengandung maksud untuk mengambil langkah awal sebagai tindakan preventif dalam rangka menyikapi dan mencegah dampak kejadian-kejadian yang sedang hangat atau menjadi “trending topic” saat ini antara lain di Tolikara – Papua, di mana seperti kita ketahui bersama telah terjadi penyerangan terhadap warga muslim yg akan melaksanakan sholat Idul Fitri pd tanggal 17 juli 2015 di desa Karubaga yg merupakan ibu kota kabupaten Tolikara Papua. Seperti yang disampaikan oleh Bupati Tolikara bapak Usman Wanimbow kejadian tersebut telah mengakibatkan kerugian baik personel maupun materil antara lain; 63 unit rumah dan kios, Mesjid dan 1 mobil terbakar, dan 1 warga meninggal, 2 luka berat serta 8 luka ringan.
Atas dasar kejadian tersebut Danrem 152/Babullah berinisiatif menggelar silaturahmi lintas sektoral dan lintas agama bertempat di Aula Babullah Makorem 152/Babullah Jl. A.M. Kamarudin No. 1 Kel. Sangaji Ternate Utara. Acara yang dihadiri oleh Gubernur Maluku Utara KH. Abdul Ghani Kasuba, LC, Kabinda Malut Laksda Eden Gunawan, Dirsabhara Polda Malut yang mewakili Kapolda Malut, Danrem 152/Babullah Kolonel Inf Syafrial, psc, Walikota Ternate Dr. H. Burhan Abdurahman, SH, MM, Ketua MUI Malut, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Malut, Ketua Gereja Protestan Imanuel, Ketua Gereja Katolik, Ketua Walubi, Ketua Umat Kong Fu Chu pimpinan OKP/Ormas serta pimpinan media masa se-Maluku Utara.
Danrem 152/Babullah dalam sambutannya menyampaikan, Seiring dengan perkembangan teknologi dan informatika, kita ketahui bersama saat ini informasi berita demikian cepatnya menyebar, sehingga semua informasi dari belahan terjauh Indonesia bahkan dunia akan cepat menyebar dalam hitungan detik dan menit. Hal inilah yang perlu kita antisipasi agar informasi-informasi yang bersifat provokatif yang bertujuan untuk menimbulkan instabilitas keamanan di wilayah, khususnya di bumi Maluku Utara dapat kita redam dengan adanya kebersamaan dari unsur pimpinan pemda, TNI Polri dan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat maupun Stake holder lainnya yang ada di wilayah Maluku Utara. Bila membaca dari sejarah dan belajar dari pengalaman yang ada kita ketahui bahwa di Bumi Maluku dan Maluku Utara pernah terjadi konflik dan pengalaman pahit yang bermotifkan dan bernuansa SARA, yg mengakibatkan banyaknya koban baik jiwa maupun harta, dan tentunya kita semuanya tidak mau kejadian tersebut terulang di bumi Maluku Utara yang kita cintai ini. Kalau kita cermati lebih dalam lagi kejadian ataupun peristiwa di Tolikara dapat berpotensi menjadi pemicu kerusuhan yang bernuansa SARA apabila ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan stabilitas yang saat ini sudah baik khususnya di wilayah Maluku Utara.
Dalam kesempatan yang sama Gubernur Maluku Utara menyajmpaikan bahwa, masyarakat Maluku Utara semenjak jaman kesultanan dahulu sudah sangat menjunjung tinggi toleransi sejarah telah membuktikan keberadaan masyarakat non muslim dapat hidup secara berdampingan dengan masyarakat muslim dibawah Kesultanan Islam, namun kerukunan tersebut sedikit terkoyak dengan adanya konflik horizontal 1999-2000 itupun bukan murni disebabkan pertentangan antar umat lokal namun adanya kepentingan-kepentingan dari luar yang menunggangi sehingga terjadinya konflik yang sangat kita sesali bersama.
Pada akhir acara dilaksanakan pernyataan bersama lintas sektoral dan lintas agama untuk bersama-sama menjaga stabilitas keamanan dan kerukunan antar umat beragama di Maluku Utara serta jangan mudah terpancing oleh isu-isu yang menyesatkan. Dengan semangat Marimoi Ngone Futuru mari kita eratkan kesatuan dan persatuan kita sebagai bangsa yang mencintai perdamaian demi kejayaan bangsa dan Negara ini. (Penrem 152/Bbl)