
Universitas Teknologi Bandung menggelar Kuliah Umum yang diisi oleh Panglima Kostrad Letnan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dengan tajuk “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War” pada Rabu (30/4) di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB). Hadir pada kuliah umum tersebut Rektor ITB Prof. Dr. Akhmaloka yang diwakili Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB bapak Prof. Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, dan Alumni ITB bapak Prof.Dr.Ir. Hasanuddin Z. Abidin, M.Sc, Dekan Sekolah Farmasi Prof. Dr. Daryono Hadi Tj. Apt.,M.Si, para Asisten Kaskostrad, Kepala Penerangan Kostrad dan segenap civitas akademi ITB temasuk ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan.
Dalam kuliah umumnya, pangkostrad Letjen TNI Gatot Nurmantyo memaparkan tentang sifat dan karakteristik perang saat ini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi serta dampaknya terhadap bangsa Indonesia. Di masa yang akan datang, disaat energi fosil diperkirakan akan habis pada tahun 2043 dan digantikan dengan bio energi, sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi. NKRI sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara dunia. Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi dan persiapan yang matang agar bangsa Indonesia mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
lebih lanjut Pangkostrad menjelaskan bahwa dengan bertambah pesatnya populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru. Dengan adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan perang-perang jenis baru diantaranya perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy sehingga dewasa ini kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara semakin kecil. Pangkostrad menjelaskan bahwa Perang Proxy atau Proxy War merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Perang proxy tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan aktor bukan negara (non state actor). Indikasi adanya Proxy War diantaranya adalah Gerakan separatis, Demonstrasi massa dan Bentrok antar kelompok.
Pangkostrad menekankan bahwa Pemuda Indonesia sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara demi generasi mendatang. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal proxy war diantaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter. Intinya yang terbaik adalah “Back to basic”, mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi diatas kepentingan segala-galanya. Dengan demikian, para mahasiswa dapat menjadi warrior-warrior dalam proxy war sekaligus pengawal bangsa ini dengan bertindak sebagai agen perubahan.
Akhirnya Pangkostrad mengajak mahasiswa/mahasiswi ITB bersama dengan generasi pemuda Indonesia yang lain untuk mempersiapkan diri dan bahu-membahu antar komponen bangsa dalam melaksanakan dan menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan negara dengan niat tulus ikhlas hanya untuk memberikan pengabdian terbaik kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita cintai bersama.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB bapak Prof. Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, menyampaikan apresiasi kepada pangkostrad “Suatu kehormatan dan kebanggaan bagi civitas akademika ITB dengan ada nya suatu kuliah umum yng diisi oleh Pangkostrad, Letjen TNI Gatot Nurmantyo yang mana mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan yang bisa bermanfaat bagi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa indonesia nantinya” ungkap Wakil Rektor.
Diharapkan melalui kuliah umum ini, para mahasiswa yang merupakan kekuatan terbesar bangsa mampu memperkuat diri dan menyatukan tekad untuk mengawal program pembangunan nasional dengan cara menjaga stabilitas negara serta menyebarkan energi sosial ini kepada seluruh komponen bangsa. Selain itu dapat memicu para mahasiswa untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup, keahlian dan keterampilan sesuai bidangnya, wawasan yang luas serta menyiapkan diri dengan pengalaman nyata di lapangan untuk membentuk karakter individu yang kuat dan berwawasan kebangsaan sehingga pada akhirnya akan mampu melawan dan menghancurkan proxy war di Indonesia.