Jakarta, tniad.mil.id,- Kunjungan Dansatgas Nepal, Leutnan Colonel Rajendra Pant ke Satgas Indobatt XXIII-M tidak hanya mempererat silaturahmi sebagai pasukan perdamaian UNIFIL, namun juga mempererat hubungan dan kerjasama antar negara.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Indobatt XXIII-M/UNIFIL, Letkol Inf Arfa Yudha Prasetya, dalam rilis tertulisnya di Adchit Al Qusayr, Lebanon Selatan, Senin (25/11/2019)
Diungkapkan Dansatgas, pada kunjungan yang baru pertama kali dilakukan pada Minggu (24/11/2019) di Markas Indobatt UNP 7-1, Dansatgas Nepal menyampaikan rasa terima kasih atas kerjasama yang ditunjukan Indobatt, dimana hingga saat ini hubungan kedua Batalyon sudah terjalin sangat baik.
“Selama menjalani penugasan bersama-sama di Lebanon, Indobatt dan Nepbatt telah banyak melakukan interaksi dengan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan seperti Latihan Urban Combat, Joint Training Patrol, Joint Training Markmanship, Female Analys Suport Team (FAST) dan latihan MSOPP (Military Staff Officer Planing Proces),” ungkap Arfa.
“Selain itu dilaksanakan pula olahraga bersama yang dilakukan di Camp masing-masing batalyon secara bergantian,” imbuhnya.
Dari kegiatan tersebut, diperlihatkan kerja sama dan interaksi yang baik diantara personel Indobatt dan Nepbatt, sehingga dalam menjalankan tugas pokok dapat dilaksanakan dengan maksimal, khususnya kegiatan di sepanjang Blue Line dimana sampai saat ini tidak ada insiden yang dapat memicu ketegangan politik antara Israel dan Lebanon.
“Secara batas wilayah daerah operasi, Batalyon Nepal (Nepbatt) bersinggungan langsung dengan Indobatt, sehingga koordinasi melekat dan kerjasama yang baik tentunya sangat dibutuhkan guna mendukung tugas pokok di wilayah perbatasan antara Israel dan Lebanon,” terangnya.
Selanjutnya diantara keduanya juga membahas tentang prosedur dan mekanisme penugasan yang dilakukan oleh masing-masing Batalyon, untuk mencari kesamaan dan menentukan prosedur yang disepakati bersama, dengan tujuan agar diperoleh keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai pasukan perdamaian.
“Kesamaan prosedur pelaksanaan operasi dan koordinasi yang melekat antara kedua negara tentunya sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil yang maksimal dan menghindari terjadinya kesalahpahaman diantara keduanya yang bisa menimbulkan kegagalan dalam penugasan,” pungkas Arfa. (Dispenad)