Setelah digiring dan dikejar selama beberapa hari, Gerakan Separatis Bersenjata (GSB) Negara Pasundan yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi akhirnya terkepung di bukit Cakra, kampung Gunung Sentul, kecamatan Cibenda.
GSB Negara Pasundan adalah kelompok yang anggotanya adalah simpatisan ISIS (Negara Islam Irak Suriah) dan pengikut DI\TII. Mereka meneror dan memaksa warga untuk mendukung rencana mereka memisahkan diri dari NKRI. Pemerintah pun memerintahkan TNI yang kemudian menugaskan Brigif Linud 17\Kujang untuk menumpas gerakan ini.
Untuk melemahkan posisi separatis, sejak Jumat (19\9) siang belasan meriam dari Yon Armed 9\Pasopati dan Yon Armed 10\Brajamusti menghujani bukit cakra dengan munisi 105mm dan 76 mm. Sementara tank-tank Scorpion dari Yonkav 1\Badak Ceta Cakti terus merayap mendekati bukit cakra sambil terus menembakkan meriamnya.
Dan sabtu menjelang subuh (20\9, pasukan gabungan dari Yonif Linud 305, Yonif Linud 330 dan Yonif 321 menggrebek sejumlah rumah yang diduga menjadi markas GSB. Untuk mencegah kaburnya kelompok bersenjata itu, pasukan Yonif 203\ AK dengan Panser Anoa-nya menutup jalur kabur gerombolan itu.
Kontak tembak sengit pun tak terhindarkan. Namun berkat kesigapan para prajurit Kostrad itu, puluhan anggota GSB berhasil dilumpuhkan.
Hanya Latihan
Aksi prajurit Kostrad itu merupakan skenario latihan Brigade Tim Pertempuran (BTP) yang diselenggarakan Divisi Infanteri (Divif) 1 Kostrad. Latihan ini mengerahkan sekitar 2700 personil dan sejumlah peralatan tempur seperti meriam artileri medan, senjata penangkis serangan udara, Tank, Panser dan helikopter.
Menurut Panglima Divif 1 Kostrad, Mayjen TNI Fransen G. Siahaan, latihan ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesiapan dan profesionalisme prajurit Kostrad dalam mengantisiasi setiap gangguan keamanan yang bisa mengganggu keutuhan NKRI.
Skenario latihan yang dibuat itu juga disesuaikan dengan perkembangan situasi global yang mungkin bisa berdampak pada keamanan nasional. “Latihan ini memang diupayakan untuk selalu mengacu pada situasi dan kondisi global. Sehingga prajurit kita akan selalu waspada dan siap kapanpun dibutuhkan negara,” kata Mayjen TNI Fransen saat menutup kegiatan latihan itu, Sabtu siang (20\9).
Sementara itu Komandan Brigif Linud 17\ Kujang Kostrad, Letkol Inf Christian Tehuteru mengatakan, latihan ini dirancang sedemikian rupa mendekati situasi aslinya, seperti adanya “musuh” yang mengganggu dan menyergap prajurit yang sedang patroli. “Sehingga meski ini latihan, tapi pasukan kita selalu dalam kondisi siaga tinggi, karena mereka bisa sewaktu-waktu disergap musuh,” jelas Letkol Inf Christian Tehuteru.
Selain melakukan operasi tempur dan intelijen untuk mengejar “musuh” , prajurit yang berada di garis belakang juga melakukan berbagai kegiatan teritorial seperti mendatangkan “mobil pintar” atau perpustakaan keliling ke sejumlah SD, “joy ride” atau jalan-jalan naik panser, perbaikan masjid, pengobatan gratis dan sebagainya.
Dalam operasi melawan gerakan separatis, operasi teritorial ini sangat penting untuk memenangkan hati rakyat, sehingga mereka tak terpengaruh janji separatis. Tapi dalam konteks kegiatan, ucap Letkol Inf Christian Tehuteru, disetiap lokasi latihan pasti akan selalu ada operasi teritorial agar kehadiran dan keberadaan prajurit TNI bisa dirasakan sekaligus bermanfaat bagi masyarakat.
“Kita latihan disini kan bukan sekali ini saja, tapi akan sering kali. Jadi kita akan berbuat yang bisa meninggalkan kesan positif bagi masyarakat yang sudah menerima kita dengan tangan terbuka. Apalagi TNI kan tentara rakyat yang lahir dan besar bersama rakyat,” pungkas alumni Akmil 1993 ini.