Jombang – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menghadiri peresmian sentra pelayanan pertanian padi terpadu (SP3T) milik Korem 082 CPYJ di Desa Denanyar, Kecamatan/Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Fasilitas ini digadang-gadang mampu menekan biaya pasca panen Rp 27 triliun jika diterapkan di seluruh Indonesia.
Peresmian SP3T ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Kepala Staf TNI AD (KSAD), Jendral TNI Mulyono dan Komandan Korem 082 Mojokerto Kolonel Kav Gathut Setyo Utomo. Acara ini dihadiri ratusan Komandan Kodim dari seluruh daerah di Indonesia. Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko juga nampak hadir.
Usai peresmian, Mentan diajak KSAD meninjau berbagai fasilitas pertanian yang ada di SP3T Korem 082. Fasilitas milik TNI AD ini dilengkapi traktor untuk mengolah lahan, mesin pembibitan, mesin pengering gabah, lantai pengering gabah, pengepakan beras, gudang penyimpanan gabah dan dedak, hingga alat angkut beras untuk dijual ke Bulog.
“Kami apresiasi Pak KSAD dan seluruh jajarannya, ini teknologi luar biasa, bekerja dari hulu ke hilir,” kata Amran kepada wartawan, Jumat (27/1/2017).
Amran menjelaskan, ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan para petani secara langsung dengan memanfaatkan sarana SP3T.
“Bisa menekan biaya produksi sampai 50%, menekan biaya olah sampai Rp 2,5 juta per hektar, meningkatkan kualitas beras karena pecahan kurang, harganya juga bisa meningkat. Artinya, ini bisa meningkatkan pendapatan petani, tetapi menekan harga di tingkat konsumen. Sehingga nanti kemiskinan dan inflasi di pedesaan turun,” terangnya.
Hemat biaya
Amran menuturkan, jika dikelola dengan baik, fasilitas SP3T patut dikembangkan di seluruh daerah di tanah air. Jika diterapkan secara nasional, fasilitas pengelolaan pertanian padi terpadu milik TNI AD ini akan mampu menghemat biaya pengolahan gabah para petani sebesar Rp 27 triliun.
Selain itu, lanjut Amran, komitmen manajemen SP3T yang membeli gabah petani Rp 4.000 per Kg, akan meningkatkan pendapatan para petani secara nasional hingga Rp 23 triliun.
“SP3T ini mengangkat harga gabah di tingkat petani dari HPP kita Rp 3.700 menjadi Rp 4.000, ada selisih Rp 300 ribu per ton. Kalau dikali 79 juta ton (produksi padi nasional), itu Rp 23 triliun. Artinya, sudah kita bisa dapatkan Rp 50 triliun, itu baru dua item, belum benih,” ujarnya.
Sementara Jendral TNI Mulyono menjelaskan, pembangunan fasilitas SP3T untuk membantu mengatasi berbagai persoalan yang selama ini dihadapi para petani. Salah satunya terkait harga gabah petani yang selalu anjlok saat musim panen yang bertepatan dengan musim penghujan.
Para petani terpaksa menjual gabah dengan harga murah lantaran takut membusuk. Pasalnya, pengeringan gabah petani masih mengandalkan matahari.
“Kami membuat uji coba SP3T dari hulu sampai hilir, dari mengolah tanah sampai menjual beras. Ternyata banyak yang bisa diefisiensikan. Ke depan kami kembangkan di seluruh wilayah, maka Dandim se-Indonesia kami minta hadir. Saya targetkan setiap Kodim punya lahan binaan 400 hektar, tentunya Kodim yang di wilayah perkotaan tak bisa dipaksaan,” tandasnya. (hns/hns)