MPR berencana menggelar sosialisasi empat pilar kebangsaan di daerah rawan konflik. Langkah ini dipandang perlu untuk menangkal radikalisasi yang dipicu menipisnya rasa kebangsaan.
Di beberapa daerah di Indonesia saat ini ada upaya penyebaran nilai-nilai radikalisme dari pihak-pihak tak bertanggung jawab. Oleh karena itu kita harus melindungi masyarakat dengan membangkitkan kembali nilai-nilai kebangsaan di kalangan mereka, ujar Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang disela-sela sosialisasi empat pilar kebangsaan di Manado kemarin.
MPR bersama Kodam VII/Wirabuana menggelar sosialisasi empat pilar kebangsaan di Kota Manado. Acara ini digelar di aula Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) dan diikuti sekitar 2.000 orang. Mereka datang dari berbagai kalangan organisasi masyarakat, veteran, dan pelajar. Hadir dalam acara tersebut Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti, Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw, dan sejumlah anggota MPR seperti Ahmad Basarah, Bachtiar Aly, dan Beny Ramadani.
Oesman mengatakan, semua pihak harus memperhatikan bibit kekerasan di tengah masyarakat. Fenomena adanya serangan teror di Jakarta baru-baru ini menunjukkan kegiatan radikalisme masih aktif berjalan. Kondisi ini harus dilawan dengan meningkatkan intensitas pemahaman kebangsaan di kalangan masyarakat. Pelaku teror biasanya tidak mempunyai rasa cinta Tanah Air. Mereka mempunyai pemahaman bahwa Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan bagian dari diri mereka. Padahal empat pilar kebangsaan tersebut merupakan jati diri bangsa, katanya.
Sementara itu Pangdam VII/Wirabuana Mayjen Agus Surya Bakti mengatakan siap mengamankan agenda sosialisasi empat pilar di daerah rawan konflik, termasuk di Poso. Menurut dia, langkah sosialisasi makna penting Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sangat diperlukan di tengah perubahan sosial yang saat ini berjalan dengan cepat. Semakin mengglobalnya kehidupan dunia membuat nilai-nilai yang mengancam rasa kebangsaan masuk dengan mudah. Jika tidak diwaspadai, kondisi ini akan menipiskan rasa cinta Tanah Air yang ujung-ujungnya memunculkan bibit perpecahan, sebutnya. (Sumber: HU Seputar Indonesia)