Skip to main content
Berita Satuan

Orang Rimba Mengungsi: 700 Aparat Padamkan Kebakaran Lahan di Papua

Dibaca: 9 Oleh 20 Okt 2015Oktober 22nd, 2015Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Kabut asap yang menyelimuti wilayah hunian komunitas orang rimba di ekosistem Bukit Duabelas, Provinsi Jambi, mulai memicu gelombang pengungsian. Sebagian kelompok orang rimba diperkirakan telah mengungsi hingga ke Riau, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat.

Antropolog dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Robert Aritonang, menga­takan, kondisi asap paling pekat di bagian selatan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Kabu­paten Sarolangun. Di wilayah itu, ada tiga kelompok orang rimba yang mulai meninggalkan huni­annya ke wilayah yang dinilai lebih aman. Mereka adalah kelompok Miring, Besiring, dan Betaring. Jumlah seluruh anggota dalam kelompok itu diperkirakan 350 hingga 400 orang.

Namun, tidak semua warga­nya mengungsi karena sebagian lainnya telah hidup menetap, dan masih bertahan di sana, ujar Robert, Senin, tanggal 19 Oktober 2015.  Minggu, tanggal 18 Oktober 2015, anggota polisi lalu lintas mendapati belasan orang rimba di Jalan Sudirman, Pekanbaru. Mereka mengungsi akibat asap yang menyelimuti tempat asal mereka. Sebelumnya, sekelompok orang rimba juga berada di Jalan Lintas Timur wilayah  Bayunglencir, Kabupaten  Musi  Banyu­asin  Mereka meminta-minta ke­pada pengendara yang melintas.

Kepindahan orang rimba ter­sebut selain karena kabut asap, juga diperparah oleh kondisi pa­ceklik dalam hutan. Karena ke­habisan sumber penghidupannya di tempat asal, mereka mencari tempat yang baru, kata Robert.

Kebakaran di areal perkebun­an sawit pada bulan lalu, ujar Robert, lebih dulu memicu ge­lombang pengungsian warga rim­ba di Kabupaten Batanghari me­nuju Kabupaten Tebo. Mereka berpindah sementara ke wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang kondisi asapnya lebih tipis.  Robert mengatakan, kabut asap telah menyengsarakan selu­ruh warga Sumatera, tetapi dira­sakan lebih berat lagi oleh komu­nitasorang rimba. Sebagian dari mereka masih hidup dalam ten­da-tenda terpal beralaskan kayu. Kondisi itu membuat mereka nyaris tak terlindungi oleh pa­paran asap.

Baca juga:  Satgas Yonarmed 3/105 Tarik, Wujudkan Impian Masyarakat Desa Fatuneno

Dua pekan lalu, pihaknya per­nah mengusulkan agar tim medis puskesmas terdekat mendatangi dan memeriksa kondisi kesehat­an orang rimba, tetapi itu ditolak. Jumlah orang rimba diperkira­kan 3.500 jiwa. Mereka tersebar di ekosistem Bukit Duabelas Jambi dan sebagian lagi di perba­tasan Jambi-Sumatera Selatan. Masih banyak orang rimba ting­gal dalam hutan dengan cara hi­dup tradisional.

Kepala Bidang Pemberdayaan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi  Provinsi  Jambi  Sarifudin  mengatakan  baru  me­ngetahui  perihal  gelombang pengungsian orang rimba terse­but Pihaknya akan terlebih da­hulu memetakan kelompok ma­na saja yang mengungsi dan mendata kebutuhan mereka.

Bantuan shelter pengungsian sementara sebenarnya dimung­kinkan, tetapi pihaknya masih mempertimbangkan lokasinya Masalahnya,  kabut  asap terjadi di mana-mana. Kami belum da­pat menentukan tempat yang aman bagi mereka, ujarnya.

Semakin tebal

Kemarin, kabut asap semakin tebal di Jambi. Jarak pandang pada pukul 07.00 hanya 500 me­ter, dan cenderung menurun. Pu­kul 08.00, jarak pandang 400 meter. Sore hari, jarak pandang membaik menjadi 700 meter.

Masyarakat pun  kian  menge­luhkan  asap  yang kembali pekat dalam tiga hari terakhir, terlebih anak-anak yang tidak diliburkan sekolahnya di tengah kualitas udara yang sangat berbahaya. Badan lingkungan hidup daerah mencatat kondisi udara pada le­vel berbahaya selama empat hari berturut-turut, dengan rata-rata indeks standar pencemar udara (ISPU) berada di atas angka 400. Pada pukul 07.00 kemarin, di saat anak-anak bersekolah, ISPU mencapai angka 633.

Baca juga:  Kepakan Sayap Garuda, Satgas Indo RDB Gelar Karya Bakti di Afrika

Kabut asap di Sumatera Barat juga semakin pekat Berdasarkan data Stasiun Pemantauan Atmos­fer Global Koto Tabang Agam, pada pukul 10.00, kategori ISPU tidak sehat karena kandungan polutan PM10 mencapai 286 mikrogram per meter kubik. Satu jam kemudian, kandungan PM10 menjadi 422 mikrogram per me­ter kubik atau kategori bahaya.

Kebakaran hutan dan lahan di sumber titik panas menyebabkan kiriman asap masih terus ke Sumbar, kata Peneliti Bidang Observasi, Analisa dan Informasi di Stasiun Pemantauan Atmosfer Global Koto Tabang, Agam, Al-berth Nahas. Dengan masih ba­nyaknya titik panas di Sumatera Selatan, katanya, Sumbar masih akan terdampak kabut asap.

Berdasarkan pantauan Kom­pas di Kota Padang, kawasan pinggir kota, terutama dekat ka­wasan perbukitan, paling ter­dampak kabut asap. Di pusat ko­ta, kabut asap tidak sampai mengganggu  jarak pandang. War­ga masih mengenakan masker, terutama saat berkendara.

TNI dikerahkan 

Di Papua, Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih mengerahkan 700 personel untuk memadamkan api di dua kabupa­ten di Papua, yakni Mappi dan Merauke. Mereka berasal dari   sa­tuan  tugas   yang   mengamankan   perbatasan Indonesia – PNG dan Komando Resor Militer 174/ ATW Merauke. Kebakaran lahan menyebabkan arus transportasi udara di Timika dan Manokwari terganggu beberapa hari ini.

Kepala Penerangan Koman­dan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) Teguh Pudji Raharjo di Jayapura, Senin, mengatakan, kebakaran lahan tersebut dipicu pembukaan   la­dang   baru   oleh  masyarakat   dan   berburu hewan-hewan   yang ber­sembunyi di balik alang-alang.

Warga tidak menyangka per­buatan itu telah menyebabkan terjadinya bencana sebesar ini.  Kami telah bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua, Basarnas, dan BMKG untuk memantau per­kembangan jumlah titik api di kedua daerah ini,  ujar Teguh.

Baca juga:  Panglima TNI Terima Kunjungan Chief of the Australian Army

Prakirawan cuaca dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapu­ra, Sulaeman, mengatakan, titik api di wilayah Papua menurun drastis.  Minggu,tanggal 18 Oktober 2015 kemarin, titik api mencapai 169 lokasi. Saat ini, berdasarkan pantauan satelit/ha­nya terdapat 38 titik api di Papua. Sementara di Papua Barat tak lagi terdapat titik api, katanya.

Dia mengatakan, sejumlah da­erah masih berasap, antara lain Timika, Kaimana, Sorong, dan Fakfak. Jarak pandang di Timika hanya 4 kilometer, Kaimana 3 kilometer, Sorong 2 kilometer, dan Fakfak 1 kilometer, ujar­nya

General  Manajer  Maskapai  Garuda  Indonesia Wilayah Ja­yapura Yudhi Krisna menga­takan, pihaknya akan membuka kembali rute penerbangan ke Bandara Rendani di Manokwari karena jarak, pandangnya telah mencapai 8.000 meter. Kami be­lum membuka rute penerbangan ke Bandara Moses Kilangin di Timika karena jarak pandangnya hanya 1.200 meter,  kata Yudhi

Kemarin, kabut asap kiriman dari Papua yang melanda Kota Ambon, Maluku, mulai mereda Jarak pandang yang sebelumnya di bawah 4 kilometer, sudah menjadi 7 kilometer.

Kebakaran hutan juga terjadi di Gunung Klabat, Sulawesi Uta­ra Api yang berkobar terus sejak Minggu masih membakar seri­buan hektar hutan lindung  dan  hutan  produksi.  Api  telah  me­rembet hingga ke puncak gunung setinggi 2.100 meter. Pemerintah Provinsi Sulut meminta bantuan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup mendatang­kan pesawat, penyemprot air untuk memadamkan api dari udara. (Sumber: HU Kompas)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel