Skip to main content
Berita Satuan

Organik Akmil Ikuti Sosialisasi Bintal Kejuangan

Dibaca: 129 Oleh 25 Sep 2014Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Lembah Tidar (24/09). Bertempat di Gedung Lily Rochli Akademi Militer seluruh organik militer, PNS dan perwakilan Persit KCK Cabang BS Akmil mengikuti sosialisasi Bintal kejuangan. Sosialisasi Bintal kejuangan tersebut disampaikan langsung oleh Sesdisbintalad Kolonel Inf Bambang Sudiono, S.I.P dengan tema “Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Turut hadir dalam acara tersebut, Para Pejabat Distribusi Akademi Militer, Ketua dan Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang BS Akmil beserta Pengurus dan Pengurus Yayasan Kartika Jaya Cabang XII, serta Ibu-ibu Persit Kartika Chandra Kirana Cabang BS Akmil.

Dalam sambutan Gubernur Akmil Mayjen TNI Sumardi mengatakan, bahwa seiring dengan dihapuskannya istilah Empat Pilar Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang selama ini kita kenal oleh Mahkamah Konstitusi karena menganggap kedudukan Pancasila sebagai dasar negara lebih tinggi dibandingkan dengan UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia maka istilah Empat Pilar Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ini diubah menjadi Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, dimana memiliki nilai-nilai yang sama dengan apa yang terkandung di dalam Empat Pilar Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang meliputi : Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara adalah empat komponen strategis yang dimiliki Negara Indonesia. Empat konsensus ini memiliki peran yang sangat sentral dan menentukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”, ungkap Mayjen TNI Sumardi.

Baca juga:  TNI Bentuk Sikap dan Mental Generasi Muda Melalui Kegiatan Long March

Selanjutnya dalam ceramah yang disampaikan oleh Kolonel Inf Bambang Sudiono, S.I.P menyatakan bahwa, “The Youth is the hope for tomorrow” bahwasannya pemuda adalah harapan bangsa yang akan mengisi dan memimpin negara ini pada masanya sebagai bagian dari peralihan generasi bangsa. Melihat urgensi dan proporsi kehadiran pemuda yang sedemikian hebat, mengutip dari pernyataan Presiden RI pertama Ir. Soekarno yang menyatakan “Datangkanlah kepadaku sepuluh orang pemuda, maka akan kutaklukan dunia ini”. Peryataan ini menunjukkan betapa besarnya harapan dan keyakinan Pendiri Bangsa kepada para pemuda yang dinilai mampu membawa bangsa Indonesia kepada kehidupan yang lebih baik.

Persoalan peningkatan kualitas Generasi Muda sebagai Penerus Bangsa, bukan hanya pada tataran peningkatan wawasan dan keterampilan saja. Ada hal yang lebih fundamental yang menyangkut persoalan moral dan budi pekerti. Masalah-masalah moral yang serius sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia antara lain menyangkut persoalan kejujuran, kebenaran, keadilan, penyelewengan, penipuan, korupsi, kolusi dan perbuatan naif lainnya.

Mengingat persoalan moral menjadi ancaman yang serius, maka pendidikan moral perlu dikedepankan. Sebagai generasi muda pandai saja belum cukup untuk melengkapi profil intelektual dan moralitas, oleh karena itu Akademi Militer harus mampu mencetak manusia yang pandai, jujur dan berwawasan kebangsaan. Pandai tanpa kejujuran akan membawa kerusakan mental dan moral. Jujur tanpa kepandaian akan mudah dikendalikan dan dijajah lagi. Oleh karena itu, wawasan kebangsaan sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan NKRI. Genderang reformasi yang ditabuh oleh Generasi muda pada tahun 1998, merupakan kesempatan emas yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk merevitalisasi semangat dan cita-cita para pendiri negara kita untuk membangun Negara Republik Indonesia yang berkarakter. Dengan demikian, diperlukan suatu kebulatan tekad untuk mereaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan agar tujuan nasional sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat terwujud.

Baca juga:  Peringati Hut Ke-60, Akmil Ziarah Ke Taman Makam Pahlawan

Generasi muda yang digembleng di Lembaga Pendidikan ini harus mampu menjiwai nilai-nilai 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai landasan pelaksanaan tugas pengabdian kepada Negara Indonesia tercinta. Duduk termenung dan apatis bukanlah sikap generasi muda yang siap mengabdi untuk mengisi kemerdekaan. Berbuat yang bermanfaat bagi bangsa dan tidak hanya sekedar ikut-ikutan adalah sikap yang bijak, arif, inovatif, aktif dan responsif. Untuk mewujudkan hal tersebut, kepada seluruh Organik Akmil khususnya para Tenaga Pendidik dituntut harus memahami dan menjiwai nilai-nilai 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga mampu mentransfer kepada Taruna/ Taruni Akademi Militer.

Generasi muda lulusan Akademi Militer harus mampu memberikan pengabdian yang terbaik untuk Indonesia melalui profesi yang dicita-citakan, dengan kecintaan kepada Bangsa Indonesia (Nasionalisme). TNI dan generasi muda sebagai komponen bangsa mempunyai visi yang sama untuk tetap tegaknya NKRI dengan tetap menjaga 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan lebih mantap lagi apabila generasi muda dan TNI serta komponen bangsa lainnya bersatu padu mengatasi kesulitan bangsa.

Baca juga:  Wakasad: Capaja Akmil Harus Menjadi Contoh Bagi Anggotanya

Indonesia sebagai negara kaya akan sumber daya alam yang menarik dan menggiurkan bagi negara lain untuk berusaha menguasainya dengan berbagai cara salah satunya melalui perang asimetris. Melalui perang asimetris negara lain akan berupaya untuk menghancurkan keutuhan NKRI, oleh karena itu landasan bertindak kita harus menjiwai nilai-nilai 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Lanjut Kolonel Inf Bambang Sudiono, S.I.P. mengatakan, bahwa musuh yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, tidak satupun menunjukkan sikap kebencian, kemarahan dan muka garang kepada kita lazimnya seorang petarung melainkan dilancarkan melalui perang asimetris baik secara langsung maupun melalui media informasi. Lalu sampai kapan kita akan terbuai dengan tipu muslihat, bujuk rayu mulut manis yang ternyata akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan Bangsa Indonesia. Salah satu cara menandingi virus perang asimetris dan Proxy War adalah membudayakan nilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika kepada generasi muda yang akan terus eksis untuk masa depan bangsa. Oleh sebab itu, sebagai Tenaga Pendidik yang profesional kita harus mampu membentuk generasi muda untuk mampu membangun kewaspadaan dalam menghadapi ancaman perang tersebut dengan berani, tulus dan ikhlas.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel