JAKARTA, tniad mil.id – Setiap kali melakukan kunjungan kerja ke beberapa daerah, Panglima Kodam V Brawijaya Mayjen Farid Makruf selalu berpesan kepada prajurit TNI agar selalu menggunakan senyum teritorial untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat setempat.
“Di mana pun kalian berada dan bertugas, gunakanlah senyum teritorial yaitu, sapa, salam dan senyum. Sehingga keberadaan TNI benar-benar didambakan masyarakat. Pendekatannya harus humanis,” pesan Farid Makruf saat memberikan arahan kepada anggota TNI Kodim 0824 Jember belum lama ini.
Perwira TNI abituren Akabri 1991 ini, mengatakan senyum teritorial cukup ampuh digunakan untuk merebut hati rakyat. Dengan senyum teritorial akan mudah menjalin keakraban dengan masayarakat. Dengan senyum teritorial pula berbagai permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat dapat diselesaikan.
Seperti yang dilakukan Farid Makruf sewaktu bertugas menjadi Danrem 162/Wira Bhakti, Mataram 2016-2018 dan Danrem 132/Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Di Mataram, NTB. Di Bima, dia harus melakukan upaya menghadang laju tumbuhnya radikalisme.
Saat gempa bumi Lombok 2018, Ia menjadi Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Darurat Bencana. Kemudian di Kota Palu, Ia mendampingi Irjen Pol Abdul Rakhman Baso dalam Operasi Tinombala dan Operasi Madago Raya. Operasi itu ditujukan untuk memburu kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso.
Bertugas di Palu, mengulang apa yang sudah dikerjakannya di Mataram, NTB. Ia diperhadapkan dengan situasi pasca bencana dahsyat Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong (Padagimo) pada 2018.
Selain menjalankan tugas keseharian sebagai komandan satuan, ia juga menjadi Komandan Satgas Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sulteng.
“Saya sudah buktikan sendiri senyum teritorial mampu menyelesaikan setiap permasalahan di tengah masyarakat. Itu yang saya lalukan di NTB dan Sulawesi Tengah. Alhamdulliah semua masalah selesai,” ucap pria kelahiran Desa Petrah, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan, Madura 6 Juli 1969 ini.
Kewilayahan seperti Kodim dengan jajaran Koramil yang diperkuat dengan para Bintara Pembina Desa (Babinsa) jadi ujung tombak TNI menjaga rakyat harus menerapkan senyum teritorial.
Karena itu, dirinya meminta prajurit TNI untuk tetap memposisikan diri sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Sempatkan waktu untuk bercengkrama dengan masyarakat. Ajak mereka berkawan dan tularkan hal-hal positif kepada masyarakat.
Jika sudah mampu menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat, maka pertahankan hubungan yang kuat. Terus dijaga dan dipelihara. Sehingga keakraban dan persaudaraan tersebut tetap bertahan.
“Jika ada persoalan selesaikan dengan kepala dingin. Dengan demikian masyarakat akan menyayangi, mendambakan dan membanggakan kita sebagai anggota TNI yang notabene adalah pengayom masyarakat,” ujarnya.
Farid bilang, semua persoalan kekerasan itu bisa diruntuhkan dengan senyum yang tulus, ikhlas dan tanpa pamrih melalui semangat kemanunggalan TNI-Rakyat.
“Begitu kita senyum duluan, masyarakat itu sudah simpati. Dari pada kita datang gagah-gagahan, mereka pasti dongkol. Ingat yah! Tidak boleh menyelesaikan masalah dengan marah-marah,” tegasnya mengingatkan prajurit TNI. (Dispenad)