
Mayor (Inf) John De Fretes, prajurit Kodam XVII/Cenderawasih, tewas di Desa Namunaweja, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua, Selasa, tanggal 1 Desember 2015. Korban diduga ditembak dan dianiaya anggota kelompok separatis bersenjata.
Berdasarkan data dari Polres Mamberamo Raya, John beserta dua bawahannya, yakni Kopral Dua Simon Sopacua dan Kopral Dua Affan, diserang sekitar 20 anggota kelompok separatis saat menunggu jemputan kapal cepat di pinggiran sungai di Namunaweja.
John beserta dua bawahannya hendak melakukan sosialisasi bagi warga, tetapi tidak ada orang. Ketika hendak kembali ke Kasonaweja, ibu kota Mamberamo Raya, tiba-tiba mereka diserang sekitar 20 anggota separatis, kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Patrige Renwarin, di Jayapura, Selasa kemarin.
Simon dan Affan selamat setelah melarikan diri dari terjangan anak panah dan peluru yang dilepaskan anggota kelompok itu. Affan terluka di tangan kiri akibat terkena anak panah.
Pada saat kejadian, korban tidak melarikan diri dan hendak berbicara dengan anggota kelompok itu. Namun, mereka menangkap John dan merampas pistol jenis FN 46 miliknya. Mereka pun menembaknya dengan senjata itu, tuturnya.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw memerintahkan Polres Mamberamo Raya menangkap semua tersangka. Upaya pengejaran dilaksanakan pada Rabu ini. Anggota Polres Mamberamo Raya telah menyelesaikan olah tempat terjadinya perkara. Pistol milik korban belum ditemukan hingga saat ini, kata Patrige.
Panglima XVII/Kodam Cenderawasih Mayor Jenderal Hinsa Siburian mengatakan, jenazah John de Fretes diterbangkan dengan pesawat ke rumah keluarganya di Semarang, Jawa Tengah, Selasa siang. Atas jasanya selama masih hidup, korban mendapatkan penghargaan kenaikan pangkat dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi letnan kolonel anumerta, kata Hinsa.
Ia pun menyesalkan tindakan pelaku yang dinilai tidak berperikemanusiaan. Korban adalah seorang pendeta lulusan dari sekolah tinggi teologi di Jakarta. Tugasnya sebagai perwira penghubung yang biasanya memberikan bimbingan rohani dan sosialisasi bagi warga, ujar Hinsa.
Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, aparat TNI bekerja sama dengan Polri masih mengejar penembak John De Fretes. Penyelidikan masih harus dilakukan TNI bersama kepolisian. Dipastikan demikian (Organisasi Papua Merdeka/OPM), tetapi masih harus dicari lebih dalam lagi kejelasannya, katanya.
Dua anggota OPM tewas
Di Kepulauan Yapen, Erick Maniatori, pemimpin kelompok OPM Wilayah III Saireri, bersama bawahannya, Yulianus Robaha, tewas tertembak dalam kontak senjata dengan polisi di Desa Wanapompi, Kecamatan Angkaisera. Keduanya tewas tertembak saat mencoba menghadang polisi yang sedang menuju ke Wanapompi, Selasa sekitar pukul 07.30 WIT.
Erick terkena tembakan di bagian perut sebelah kanan, sedangkan Yulianus mengalami luka tembak di paha kanan dan tangan kiri. Setelah kontak senjata reda, bawahan Erick lainnya melarikan diri ke arah hutan. Kedua jenazah korban telah dibawa ke RSUD Serui.
Patrige mengakui terjadi kontak senjata antara polisi dan kelompok Erick. Sebenarnya kami sudah mengetahui rencana mereka akan mengibarkan bintang kejora di markasnya di Wanapompi. Oleh sebab itu, kami menyiapkan pasukan untuk menggagalkan aksi itu sejak pukul 06.30 WIT. Saat perjalanan ke sana, tiba-tiba Erick bersama 20 anggotanya menghadang kami dan berulang kali mengeluarkan tembakan, tuturnya.
Koordinator Jaringan Damai Papua Pastor Neles Tebay menyesalkan terjadinya tindak kekerasan yang melibatkan kelompok separatis dan aparat keamanan di Papua. Sebaiknya pemerintah mencari solusi terbaik untuk menghentikan kekerasan ini, ujarnya. (Sumber: HU Kompas)