JAKARTA, tniad.mil.id – Sebagai bentuk pelestarian budaya, Personel Pos Laktutus Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif Raider 142/KJ membangun rumah adat Suku Wedat di Dusun Fatuleno B, Desa Foheka.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Yonif 142/KJ Letkol Inf Ikhsanudin Belu, Nusa Tenggara Timur, Senin (21/10/2019).
Dikatakan Ikhsanudin, kegiatan ini merupakan tugas tambahan Satgas Pamtas Yonif Raider 142/KJ di bidang Binter Satnonkowil disamping tugas pokok dalam menjaga tapal batas NKRI, dan bertujuan untuk menjalin hubungan tali silaturahmi dengan masyarakat sehingga terjadi komunikasi dua arah dalam menerima masukan dan saran dari masyarakat untuk mendukung tugas pokok Satgas Pamtas Yonif Raider 142/KJ serta keberadaannya ditengah-tengah masyarakat dapat dirasakan manfaatnya.
“Sebagaimana kita ketahui bersama, di perbatasan RI-RDTL banyak terdapat berbagai macam suku yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia, penduduk masing-masing suku membentuk komunitas di tempat tinggalnya, seperti pembangunan rumah adat suku Wedat di Dusun Fatuleno B, Desa Foheka,” imbuhnya.
Pembuatan rumah adat Suku Wedat diawali dengan ritual adat memotong banyak hewan peliharaan seperti Sapi, Babi dan Ayam yang akan dimasak serta dikonsumsi secara bersama-sama oleh warga masyarakat, hal ini merupakan kebiasaan yang telah diturunkan oleh nenek moyang mereka dalam pembangunan rumah adat suku Wedat.
“Sesuai arahan Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Benny Susianto, S.Ip selaku Pangkoops Satgas Pamtas RI-RDTL pada kunjungannya ke Mako Satgas Pamtas, menumbuh kembangkan semangat gotong-royong di wilayah masyarakat perbatasan dalam setiap kegiatan merupakan warisan leluhur sehingga harus tetap di lestarikan dan terus dikembangkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa,” terangnya lebih lanjut.
Terpisah, Yakobus (71) selaku tokoh adat Suku Wedat menyampaikan ucapan terima kasih kepada personel Pos Laktutus yang telah membantu pembangunan rumah adat Suku Wedat.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak TNI dan pembangunan rumah adat ini tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai tempat seremonial adat seperti kematian, kelahiran, perkawinan dan tempat untuk mengadakan acara kebesaran adat, yang mana pembangunannya dilaksanakan secara bergotong royong tanpa mengharapkan balas jasa dan telah dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang kami terdahulu,” jelasnya.