Skip to main content
Berita Satuan

Peringatan Dini Tsunami Tak Berfungsi

Dibaca: 7 Oleh 04 Mar 2016Maret 8th, 2016Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Gempa 7,8 SR di barat daya Mentawai/Samudra Hindia, Rabu, 2 Maret 2016 malam, tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan parah. Hingga kemarin gempa-gempa susulan juga masih terjadi. Warga secara perlahan sudah melakukan aktivitas sebagaimana biasanya.

Kendati demikian, Badan Na­sional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai ada beberapa hal yang perlu segera dievaluasi sebagai respons atas musibah ini.

Kepala BNPB Willem Rampangilei mengungkapkan, ti­dak aktifnya Early Warning System (EWS), jalur evakuasi, dan jumlah shelter akan menjadi evaluasi utama.

Ada hikmah yang sangat besar di balik bencana gempa ini. Meskipun sempat mem­buat banyak warga mengungsi, tetapi ini  merupakan  bahan  evaluasi yang tidak ternilai har­ganya, katanya saat mengha­diri rapat evaluasi pascabencana gempa Mentawai/Samu­dra Hindia di Padang, kemarin.

Dia mengatakan, evaluasi yang penting itu mengenai apa­kah EWS sudah berjalan dengan baik. Diharapkan ke depan masyarakat benar-benar telah me­mahami apa yang harus dilaku­kan setelah EWS, bagaimana kesiapan shelter untuk menam­pung masyarakat, dan apakah jalur evakuasi sudah memadai. Ini semua sangat berkaitan dengan keselamatan masyara­kat jika benar-benar terjadi bencana, katanya.

Baca juga:  Kodim Paniai Lakukan Pengecekan Penyakit Hepatitis dan HIV

Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan, pi­haknya terus berkoordinasi de­ngan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengenai penangan­an pascagempa di barat daya Mentawai tersebut. Semalam kita upayakan agar masyarakat bisa melakukan  evakuasi de­ngan baik melalui jalur evakuasi yang ada, memanfaatkan shel­ter dan tidak panik, katanya.

Namun dia mengakui masih ada sejumlah kekurangan yang terlihat seperti tidak semua EWS berfungsi, tidak semua si­rene peringatan tsunami berbunyi dan kemacetan terjadi pada sejumlah jalur evakuasi.

Menurutnya, yang terpen­ting dilakukan pascagempa adalah sosialisasi yang lebih in­tens kepada masyarakat. Ke­marin itu, masyarakat yang tinggal di zona hijau, atau tidak terkena bahaya tsunami, ikut mengungsi ke tempat tinggi. Padahal itu tidak perlu, bahkan hanya memadatkan jalur eva­kuasi saja, katanya.

Pelaksana Tugas (Plt) BPBD Sumbar Zulfiatno mengatakan, menurut data, masyarakat Sumbar yang terancam tsunami di Sumbar berjumlah 951.000 jiwa. Data itu ada pada tujuh ka­bupaten dan kota di pesisir pantai. Untuk mengakomoda­si semua, dibutuhkan 211 shelter. Sementara yang ada saat ini baru 37 shelter, katanya. Na­mun, dari 76 ruas jalur yang di­butuhkan, belum sampai setengahnya yang telah tersedia, lanjutnya.

Baca juga:  Sehat Bersepeda Bersama Kodim 0824 Jember

Namun yang lebih penting menurutnya adalah membentuk refleks masyarakat agar saat terjadi bencana langsung tau apayangharusdikerjakan. Ini. hanya bisa dibentuk dengan si­mulasi yang rutin. Minimal tiga kali setahun untuk satu jenis bencana, katanya.

Wali kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan, un­tuk penanggulangan bencana tersebut, pihaknya merencana­kan membangun tambahan shelter dan jalur evakuasi. Un­tuk jalur evakuasi, pihaknya menyiapkan Detail Enginee­ring Design (DED) untuk 17 ruas jalan, katanya.

Sementara itu Mabes TNI  menyiagakan  sejumlah alat uta­ma sistem persenjataan (alut­sista) dan personelnya untuk membantu penanganan kor­ban gempa di Mentawai.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku, sudah menyiapkan pasukan reaksi cepat untuk membantu penanganan bencana gempa bumi yang terjadi di daerah Mentawai, termasuk kapal pe­rang dan pesawat Hercules.

Di sini sudah siap semuanya, saya juga instruksikan KSAD untuk memonitor dan berkomunikasi dengan para Danrem, Dandim dan Babinsa, ujarnya di Jakarta kemarin.

Meski belum diperlukan, kata Gatot, semua personel su­dah dalam kondisi siaga meng­ingat Indonesia merupakan da­erah rawan bencana sehingga dikhawatirkan ada gempa su­sulan.

Baca juga:  Kemajemukan Rahmat Allah yang Harus Dipelihara

Hercules sudah siap, per­sonel juga sudah siap, begitu juga dengan tim kesehatan dan kapal laut. Jadi setiap saat digerakan semuanya sudah siaga, kata Gatot.

Kekuatan personel yang disiagakan jumlahnya menca­pai tiga batalion. Terdiri atas dua batalion pasukan dan satu batalion tim medis. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini mengaku jumlah pasukan yang disiagakan tersebut ma­sih bisa ditambah. Jadi semua­nya sudah siap, tinggal digerak­kan, katanya.

Senada, Kepala Dinas Ang­katan Laut (Kadispenal) Laksa­mana  Pertama M  Zainudin  mengaku telah menyiapkan dua kapal perang untuk mengang­kut logistik, yakni KRI Teuku Umar dan KRI Imam Bonjol. Selain itu, TNI AL juga me­nyiapkan helikopter yang siap digerakkan kapan pun.

Untuk KRI Teuku Umar, po­sisinya sudah berada di Sibolga, sedangkan KRI Imam Bonjol berada di Belawan, ucapnya. (Sumber: HU Seputar Indonesia)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel