
Gempa 7,8 SR di barat daya Mentawai/Samudra Hindia, Rabu, 2 Maret 2016 malam, tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan parah. Hingga kemarin gempa-gempa susulan juga masih terjadi. Warga secara perlahan sudah melakukan aktivitas sebagaimana biasanya.
Kendati demikian, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai ada beberapa hal yang perlu segera dievaluasi sebagai respons atas musibah ini.
Kepala BNPB Willem Rampangilei mengungkapkan, tidak aktifnya Early Warning System (EWS), jalur evakuasi, dan jumlah shelter akan menjadi evaluasi utama.
Ada hikmah yang sangat besar di balik bencana gempa ini. Meskipun sempat membuat banyak warga mengungsi, tetapi ini merupakan bahan evaluasi yang tidak ternilai harganya, katanya saat menghadiri rapat evaluasi pascabencana gempa Mentawai/Samudra Hindia di Padang, kemarin.
Dia mengatakan, evaluasi yang penting itu mengenai apakah EWS sudah berjalan dengan baik. Diharapkan ke depan masyarakat benar-benar telah memahami apa yang harus dilakukan setelah EWS, bagaimana kesiapan shelter untuk menampung masyarakat, dan apakah jalur evakuasi sudah memadai. Ini semua sangat berkaitan dengan keselamatan masyarakat jika benar-benar terjadi bencana, katanya.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengenai penanganan pascagempa di barat daya Mentawai tersebut. Semalam kita upayakan agar masyarakat bisa melakukan evakuasi dengan baik melalui jalur evakuasi yang ada, memanfaatkan shelter dan tidak panik, katanya.
Namun dia mengakui masih ada sejumlah kekurangan yang terlihat seperti tidak semua EWS berfungsi, tidak semua sirene peringatan tsunami berbunyi dan kemacetan terjadi pada sejumlah jalur evakuasi.
Menurutnya, yang terpenting dilakukan pascagempa adalah sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat. Kemarin itu, masyarakat yang tinggal di zona hijau, atau tidak terkena bahaya tsunami, ikut mengungsi ke tempat tinggi. Padahal itu tidak perlu, bahkan hanya memadatkan jalur evakuasi saja, katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) BPBD Sumbar Zulfiatno mengatakan, menurut data, masyarakat Sumbar yang terancam tsunami di Sumbar berjumlah 951.000 jiwa. Data itu ada pada tujuh kabupaten dan kota di pesisir pantai. Untuk mengakomodasi semua, dibutuhkan 211 shelter. Sementara yang ada saat ini baru 37 shelter, katanya. Namun, dari 76 ruas jalur yang dibutuhkan, belum sampai setengahnya yang telah tersedia, lanjutnya.
Namun yang lebih penting menurutnya adalah membentuk refleks masyarakat agar saat terjadi bencana langsung tau apayangharusdikerjakan. Ini. hanya bisa dibentuk dengan simulasi yang rutin. Minimal tiga kali setahun untuk satu jenis bencana, katanya.
Wali kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan, untuk penanggulangan bencana tersebut, pihaknya merencanakan membangun tambahan shelter dan jalur evakuasi. Untuk jalur evakuasi, pihaknya menyiapkan Detail Engineering Design (DED) untuk 17 ruas jalan, katanya.
Sementara itu Mabes TNI menyiagakan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan personelnya untuk membantu penanganan korban gempa di Mentawai.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku, sudah menyiapkan pasukan reaksi cepat untuk membantu penanganan bencana gempa bumi yang terjadi di daerah Mentawai, termasuk kapal perang dan pesawat Hercules.
Di sini sudah siap semuanya, saya juga instruksikan KSAD untuk memonitor dan berkomunikasi dengan para Danrem, Dandim dan Babinsa, ujarnya di Jakarta kemarin.
Meski belum diperlukan, kata Gatot, semua personel sudah dalam kondisi siaga mengingat Indonesia merupakan daerah rawan bencana sehingga dikhawatirkan ada gempa susulan.
Hercules sudah siap, personel juga sudah siap, begitu juga dengan tim kesehatan dan kapal laut. Jadi setiap saat digerakan semuanya sudah siaga, kata Gatot.
Kekuatan personel yang disiagakan jumlahnya mencapai tiga batalion. Terdiri atas dua batalion pasukan dan satu batalion tim medis. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini mengaku jumlah pasukan yang disiagakan tersebut masih bisa ditambah. Jadi semuanya sudah siap, tinggal digerakkan, katanya.
Senada, Kepala Dinas Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama M Zainudin mengaku telah menyiapkan dua kapal perang untuk mengangkut logistik, yakni KRI Teuku Umar dan KRI Imam Bonjol. Selain itu, TNI AL juga menyiapkan helikopter yang siap digerakkan kapan pun.
Untuk KRI Teuku Umar, posisinya sudah berada di Sibolga, sedangkan KRI Imam Bonjol berada di Belawan, ucapnya. (Sumber: HU Seputar Indonesia)