Skip to main content
Berita Satuan

Refleksi Diri di Hari Juang Kartika

Dibaca: 32 Oleh 22 Des 2015Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Jenderal TNI Mulyono

Kepala-Staf Angkatan Darat

Tentara hanya memiliki kewajiban satu, yaitu mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup bahwa tentara teguh memegang kewajiban ini. Lagi pula, sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tunduk kepada atasannya dengan ikhlas mengerjakan kewajibannya dan tunduk kepada perintah pimpinannya merupakan kekuatan suatu tentara. Negara Indonesia tidak cukup dipertahankan tentara saja. Karena itu, perlu sekali mengadakan kerja sama yang seerat-eratnya dengan golongan serta badan-badan di luar tentara. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau siapa pun. 

Jenderal Soedirman

Penggalan amanat yang diucapkan Panglima Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jenderal Soedirman untuk pertama kali di hadapan konferensi TKR pada 1 Januari 1946 di Yogyakarta sungguh sarat pesan moral yang melandasi jati diri TNI AD sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional yang profesional. Pesan moral itu diucapkan Jenderal Soedirman untuk pertama kali dihadapan konferensi TKR pada 1 Januari 1946 di Yogyakarta sungguh sarat pesan moral yang melandasi jati diri TNI AD sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional yang profesional. Pesan moral itu diucapkan Jenderal Soedirman di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan serta masih menghadapi ancaman agresi dari Belanda dan tentara Sekutu. Namun, pesan itu menyiratkan dengan jelas kesadaran kolektif bahwa TNI AD dan rakyat Indonesia ialah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam merebut, mempertahankan, dan menegakkan kedaulatan NKRI.

TNI dibentuk dari rakyat pejuang bersenjata yang kemudian diorganisasi menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan berubah menjadi TKR sebelum akhirnya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dan  Tentara  Nasional  Indonesia (TNI).   Digunakannya  kata  rakyat sebagai sebutan organisasi militer di awal pembentukannya merupakan refleksi dari roh perjuangan TNI yang sejatinya tidak pernah bisa dipisahkan dari rakyat sebagai ibu kandungnya.  TNI yang pada hakikatnya berasal dari rakyat dibentuk untuk  melindungi  rakyat  agar keamanan mereka terjaga dan terjamin untuk kemudian saling bahu membahu menegakkan kedaulatan negara.  Seiain itu, TNI juga dibentuk untuk mengisi pembangunan agar benar-benar menjadi negara dan bangsa yang mandiri.

Baca juga:  Presiden RI Tinjau Pameran Alutsista Rapim TNI 2016

Bagaimanapun, Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya yang diperoleh melalui perjuangan sangat panjang, oleh seluruh rakyat. Rakyat Indonesia telah mendapatkan hak sebagaimana dibunyikan dalam teks proklamasi kemerdekaan. Hak itu harus dipertahankan agar tidak diganggu dan diambil pihak lain.

Organisasi militer telah terbentuk, tapi masih dalam kondisi yang serba terbatas.  Oleh karena itu, ketika Belanda dan Sekutu melakukan agresi militer dan menduduki sebagian wilayah Indonesia, puncak perjuangan TKR bersama rakyat berhasil dengan kemenangan di Ambarawa pada 15 Desember 1945.

Hasil perjuangan

Momentum bersejarah yang didasari kemenangan TKR ber-sama rakyat dalam perebutan Kota Ambarawa  yang  diduduki Sekutu dan NlCA itulah yang kemudian dijadikan sebagai Hari  Juang Kartika atau Hari Jadi TNI AD. Perebutan Ambarawa selama 4 hari yang dipimpin Komandan Divisi V Banyumas, Kolonel Soedirman, itu juga sekaligus menandakan Indonesia sudah sepenuhnya merdeka dan berdaulat. Jadi, tidak ada seorang atau satu negara, pun yang boleh mengusik kemerdekaan dan kedaulatan NKRI yang baru saja diproklamasikan.

Dalam kurun waktu 70 tahun perjalanan berikutnya, kebersamaan TNI AD dengan rakyat terus menjadi kunci keberhasilan dalam mempertahankan dan menegakkan kedaulatan NKRI dari berbagai ancaman. Keberhasilan menumpas berbagai pemberontakan besenjata di Tanah Air tak bisa dilepaskan dari peran masyarakat dalam mendukung tugas-tugas TNI AD.  Hanya, harus diakui kadang ada pasang surut dalam kebersamaan ini. TNI AD pernah berada pada titik terjauh dari masyarakat walaupun pada akhirnya masyarakat kembali memberikan kepercayaan tertinggi kepada TNI dan TNI AD untuk bersama-sama mengatasi persoalan bangsa.

Baca juga:  ZIARAH ROMBONGAN KOREM 161/WIRA SAKTI DI TMP DHARMA LOKA KUPANG DALAM RANGKA HUT KE-69 HARI JUANG KARTIKA

Bila melihat jauh belakang, Hari Juang Kartika sejatinya bukanlah semata-mata kemenangan TNI AD, melainkan juga kemenangan seluruh rakyat Indonesia.  Oleh karena itu, peringatan kali ini diselenggarakan tersebar di seluruh Kodam dengan berbagai kegiatan karya bakti dan bakti sosial untuk membantu masyarakat.  Berbagai kegiatan pendahuluan, antara lain pameran alutsista, membuka lahan pertanian, bedah rumah, donor darah, anjangsana, dan kegiatan sosial kemasyarakatan lain telah diselenggarakan secara serentak.  Puncak refleksi peringatan dipusatkan di Kecamatan Limboto Sulawesi Utara.

Sebenarnya, implementasi TNI sebagai tentara rakyat telah dilakukan dan dibumikan TNI  AD dalam beberapa tahun terakhir dengan lebih aktif membantu masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi berbagai persoalan di berbagai bidang kehidupan. Sebut saja dalam penanganan bencana alam dan mewujudkan program ketahanan pangan yang merupakan contoh sangat jelas. Berbagai pemberitaan dan dokumentasi media yang menggambarkan momentum kebersamaan TNI  AD dan rakyat mampu memunculkan perasaan haru dan bangga.  Hal itu juga menjadi refleksi jati diri TNI  sebagai tentara rakyat tentara pejuang dan tentara nasional yang profesional sekaligus menjadi implementasi dari pesan Jenderal Soedirman, Bapak TNI AD yang mengatakan,  Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat. Tentara tidak lain dan  tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu.  (Amanat yang tertuang dalam maklumat TKR Yogyakarta, 17 Februari 1946)

 Revitalisasi

Baca juga:  Pameran Alutsista PPRC TNI

Tema yang diusung kali ini ialah Melalui hari juang kartika, kita mantapkan jati diri TNI AD dan kemanunggalan TNI Rakyat guna mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan  berkepribadian. Sebagaimana tujuan sebuah peringatan hari ulang tahun, Hari Juang Kartika juga dilakukan untuk merevitalisasi jati diri prajurit TNI AD sebagai tentara rakyat, yang harus selalu dekat dengan rakyat dan bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa untuk semakin berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.

Momentum ini juga dimanfaatkan TNI AD untuk mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang telah mencurahkan cintanya kepada TNI AD sehingga dapat mengemban setiap tugas dan amanah yang dipercayakan. Ucapan terima kasih juga  disampaikan  secara tulus  kepada masyarakat  melalui  pemerintah  RI  yang terus  berusaha meningkatkan profesionalitas TNI AD melalui upaya pemenuhan kebutuhan alutsista moderen serta peningkatan kesejahteraan prajurit melalui peningkatan gaji dan tunjangan secara bertahap dan terus menerus. TNI AD berharap senantiasa mampu menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan rakyat melalui pengabdian yang semakin baik dan profesional.

Di usia yang ke 70 ini, TNI AD menyadari belum sepenuhnya bisa memenuhi harapan masyarakat Indonesia.  Masih ada tindakan segelintir prajurit yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.  TNI AD menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya. TNI AD bertekad terus membenahi diri dan meningkatkan kualitas pengabdiannya sekaligus mohon doa restu seluruh rakyat Indonesia agar tekad pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa, dan negara senantiasa berada pada arah yang benar.

Semoga TNI AD semakin mampu memantapkan jati dirinya serta semakin manunggal dengan rakyat guna mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Dirgahayu TNI AD.  (Sumber: HU Media Indonesia)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel