Surabaya, Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo menjadi inspektur upacara pada peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-70 Tentara Nasional Indonesia (TNI) tahun 2015 yang diikuti kurang lebih sekitar 3.984 personel, di lapangan Makodam V/Brawijaya, Senin 5/10/2015. Ribuan warga berbondong-bondong menyaksikan rangkaian upacara dan atraksi lainnya di moment perayaan tersebut.
Presiden Republik Indonesia Jokowi dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Guberhur Jawa Tmur Soekarwo mengatakan, bahwa di usianya yang ke-70 TNI bisa menggunakan momentum ini untuk mengingat kembali jati diri TNI sebagai sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional. Untuk itu, saya mengapresiasi tema HUT TNI ke 70, yaitu “Bersama Rakyat TNI Kuat, Hebat, Profesional Siap Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian”.
Sejarah mencatat bahwa TNI dilahirkan dari “rahim” rakyat. Panglima Besar Jenderal Soedirman menyatakan bahwa hubungan TNI dan rakyat adalah ibarat ikan dan air. Ikan tidak akan hidup tanpa air. Rakyatlah yang mengandung, merawat, dan membesarkan TNI. TNI harus menegaskan jati diri sebagai tentara rakyat. Sebagai tentara rakyat, TNI tidak boleh melupakan rakyat. TNI tidak boleh menyakiti hati rakyat. TNI tidak boleh berjarak dengan rakyat serta harus selalu bersama-sama rakyat. Hanya dengan bersama-sama rakyat, TNI akan kuat dalam menjalankan tugas pengabdian pada bangsa dan negara. Hanya bersama-sama rakyat, TNI menjadi kekuatan militer yang hebat, kekuatan militer yang disegani serta kekuatan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam darah TNI juga mengalir jati diri sebagi tentara pejuang. Sebagai tentara pejuang, TNI harus memiliki daya juang dan semangat pantang menyerah untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian. Dengan semangat juang, TNI harus mampu menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. TNI harus mampu menghadapi para penjarah sumberdaya laut dan perikanan kita. TNI harus mampu menjaga wilayah perbatasan dan pulau-pulau terdepan kita.
Sebagai Tentara Nasional, TNI tidak boleh tersekat-sekat dalam kotak suku, agama dan golongan. TNI adalah satu, yakni Tentara Nasional, yang bisa berdiri tegak di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi dan kelompok, yang mempersatukan ras, suku, dan agama dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Bersama-sama rakyat, TNI harus terus menjaga kebhinneka tunggal ika-an. Hanya dengan itu, Indonesia bisa menjadi bangsa majemuk yang kuat dan solid.
Dalam amanat terakhirnya Presiden Jokowi menekankan, bahwa keragaman dan perbedaan janganlah menjadi sumber konflik. Kemajemukan seharusnya semakin melengkapi atas kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Sehingga keragaman justru menjadi perekat bangsa, menjadi energi kolektif mencapai kemajuan bangsa. Kita harus mampu menjadikan kemajemukan itu sebagai kekuatan kita dalam menyongsong masa depan.
Sementara itu pasukan yang terlibat dalam upacara Parade dan Defile sejumlah 3.984 personel terdiri dari, Batalyon Upacara I Gabungan Perwira TNI (Pamen dan Pama), Batalyon Upacara II Gabungan TNI yang meliputi anggota Pom TNI dan Wan TNI, Brigif Upacara TNI AD, TNI AL, Marinir dan Brigif Gabungan terdiri dari TNI AU, Polri, PNS dan FKPPI.
Upacara selesai digelar demonstrasi prajurit dan alutsista TNI, di mana TNI AD akan menampilkan Demo Yongmoodo, demo ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan prajurit dalam teknik beladiri militer dengan baik, Kolone Senapan dari Rindam V/Brawijaya, Drama Kolosal dari Korem 084/Bhaskara Jaya dan dilanjutkan dengan Defile.
Hadir pada acara tersebut Pangdam V/Brawijaya, Pangarmatim, Gubernur AAL, Kapolda Jatim, Dan Kobangdikal, Wagub Jatim, Danlanud Surabaya, serta para Perwira dari matra TNI AD, TNI AL, TNI AU dan POLRI se-Kogartap III Surabaya. Autentifikasi : Wakapendam V/Brawijaya Letkol Inf Drs. Heriyadi, M. SI