Rindam Iskandar Muda merupakan lembaga pendidikan dibawah Kodam Iskandar Muda yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan dan latihan serta membantu pembinaan latihan terhadap satuan satuan di jajaran Kodam IM. Selain tugas pokok tersebut Rindam juga mempunyai tanggung jawab teritorial secara terbatas, karena memang keberadaannya di tengah-tengah masyarakat yang menuntut warganya berbaur dengan masyarakat. Sejalan dengan visi Binter yakni keterpaduan, kebersamaan dan kesinambungan serta sesuai dengan implementasi Binter ke depan dimana Binter merupakan fungsi pemerintahan yang dilaksanakan seluruh komponen bangsa sesuai dengan bidang masing-masing, maka untuk mensinergikan peran dari tiap – tiap komponen bangsa tersebut diperlukan metoda Komunikasi Sosial (Bujuknik Komsos, 2004).
Menindaklanjuti visi tersebut, Rindam membaca suatu peluang untuk melaksanakan pembinaan teritorial selaku satuan non kewilayahan (Satnonkowil) dalam bentuk kegiatan bersama yang melibatkan berbagai komponen dari dalam asrama maupun luar asrama yang meliputi strata bapak-bapak, ibu-ibu maupun anak-anak tingkat SD sampai SMP. Kegiatan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga sanggup menyatupadukan kebersamaan antara prajurit dengan prajurit, ibu persit dengan ibu persit dan anak-anak asrama dengan anak-anak sekitar asrama yang membaur secara apik meski terkesan sangat tradisional menjadi kegiatan Komsos Kreatif. Dikatakan Komsos Kreatif karena tidak ada ketentuan yang baku tentang jenis dan bentuk kegiatannya, namun desainnya mengadopsi dari pertandingan dan perlombaan sehingga terjalinnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya untuk saling berkomunikasi. Dari gaung yang dikumandangkan melalui infomasi mulut ke mulut, informasi lewat perangkat desa maupun pengeras suara, ternyata kegiatan itu sangat menarik minat masyarakat sekitar asrama. Sekali lagi, meski terkesan sangat tradisional namun kegiatan ini sarat makna yang masing-masing mempunyai filosofi atau makna kenapa dilakukan yang demikian.
Hal tersebu disampaikan oleh Danrindam IM, Kolonel Inf Sugiyono, saat membuka upacara rangkaian kegiatan pertandingan dan perlombaan tradisional pun 11 pertandingan yang dilaksanakan di mana masing-masing pertandingan mempunyai makna sebagai berikut yaitu.
Lomba Tarik Tambang untuk bapak-bapak, peserta dalam lomba tarik tambang ini berkelompok dan mereka bekerjasama untuk menarik tali tambang untuk siap ditarik di masing-masing kubu mempertahankan tempat mereka. Kekompakan dan kekuatan sangat diperlukan dalam permainan ini. Makna dari permainan ini adalah persatuan sebagai modal utama untuk mengalahkan penjajah. Permainan ini juga mengajarkan bagaimana membentuk tim yang kompak dalam menyusun strategi yang tepat dapat memenangkan pertarungan.
Lomba Balap Karung bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak, dalam permainan ini, peserta harus masuk kedalam karung, kemudian meloncok-loncat atau bisa juga meletakkan kedua kaki di sudut karung bagian bawah supaya langkah berlari bisa maksimal untuk bisa sampai di garis finish dwngan cepat. Pemenang ditentukan melalui peserta yang sampai di garis finish terlebih dahulu. Dalam permainan ini tadak jarang, mereka bisa terjatuh hingga berguling-guling atau terpelanting. Makna pada lomba balap karung ini adalah, mengingat kembali masa-masa susah di era penjajahan Jepang. Dimana, banyak rakyat kesulitan mencari bahan pakaian karena pemerintah Jepang dengan sengaja menghambat proses distribusinya. Di saat yang terdesak itu, masyarakat kita tak kehilangan akal. Alhasil, mereka menggunakan karung goni yang dijahit untuk berpakaian. Karung goni atau kain yang berserat kasar yang biasa digunakan untuk membungkus beras dan gula tersebut tentu saja tak nyaman menjadi bahan pakaian karena penuh dengan kutu. Filosofi menginjak-injak kutu dalam balap karung ini juga diartikan bahwa kita telah meninggalkan pakaian yang tidak layak pakai. Selain itu, makna lain yang terkandung dalam balap karung adalah betapa sulitnya untuk berlari maju ketika kedua kaki terkungkung didalam karung, seperti layaknya kungkungan penjajah terhadap kebebasan rakyat untuk kemajuan berbangsa dan bertanah air.
Pertandingan Kasti ibu-ibu, peserta dalam lomba kasti yang berjumlah bias 9 orang, bisa 11 orang atau berapa saja secara beregu saling berkelompok dan bekerjasama untuk memancing musuh (lawan) dalam mengambil bola yang kita pukul, sementara kita mengelilingi benteng (bisa berbentuk tiang) sebagai simbol wilayah yang menjadi tanggungjawab kita. Bila kuat memukulnya berarti kita lebih leluasa mengecoh musuh tidak memperhatikan wilayah kita. Makna dari permainan ini adalah mengajarkan bagaimana memberikan pancingan kepada musuh sehingga musuh lengah dengan kedudukan kita yang berarti kita dapat mempertahankan wilayah kedaulatan (NKRI) dari belenggu penjajah. Strategi pengelabuan kepada musuh untuk memperhatikan yang lain (bola) sementara kita pertahankan wilayah kita.
Lomba Balap Bakiak beregu ibu-ibu, permainan ini sangat asyik untuk dimainkan karena sisi kompetisi yang ditawarkan. Selain itu bermain bakiak mempererat persaudaraan karena harus menyelaraskan gerakan kaki. Hal ini yang menjadi moral dari permainan ini adalah kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan menyelaraskan hati dan pikiran untuk satu tujuan merdeka. Saat ini banyak orang harus belajar bermain bakiak bersama dengan maksud untuk melangkah bersama dan selaras dalam mencapai tujuan yang pasti. Kemenangan ditentukan melalui peserta yang sampai di garis finish terlebih dahulu dan itu diperoleh bagi yang langkahnya seirama. Makna yang dikirim dalam lomba ini adalah bahwa kita harus menjaga melangkah secara bersama dan serasi serta menjaga keseimbangan dalam mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai itu dilakukan melalui rencana yang matang, melangkah serasi dan seimbang sehingga mencapai sasaran yang diinginkan dengan cepat serta dilakukan dengan tenang.
Lomba Sepeda Lambat bapak-bapak dan anak-anak, sepeda lambat memang sering dilombakan dalam perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Biasanya pemenang setiap lomba adalah yang paling cepat mencapai garis finish. Tapi berbeda dengan lomba sepeda lambat. Barang siapa yang mengayuh paling lambat mencapai garis finish dan tidak terjatuh maka dialah pemenangnya. Makna dalam lomba ini mencoba mengirim pesan bahwa kita harus menjaga keseimbangan dan tidak terburu-buru dalam mengejar tujuan. Kadang kala, kita berpikir bahwa siapa cepat dia yang dapat. Namun jika dilakukan dengan tergesa-gesa, bukan tidak mungkin kita akan terjatuh dan gagal sebelum mencapai tujuan.
Lomba Makan Kerupuk anak-anak, memperlombakan dengan cara memakan kerupuk yang diikat diatas seutas tali dan digantung tinggi-tinggi jauh diatas mulut peserta lomba. Peserta harus berusaha menghabiskan kerupuk itu hingga ludes untuk menjadi pemenang. Hebohnya, tak boleh menggunakan tangan karena kedua tangan kita akan diikat. Sekali sentuh dengan mulut, kerupuk akan berayun-ayun dan semakin susah kita menghabiskannya. Makna dari pemainan ini sebenarnya mengajarkan kepada kita bahwa, di zaman penjajahan dulu rakyat mengalami berbagai kesulitan, salah satunya kesulitan pangan. Makanan sesederhana kerupuk misalnya, susah sekali mereka dapatkan karena hasil panen penduduk diambil paksa oleh para penjajah. Tak heran saat masa merebut kemerdekaan banyak rakyat mengalami kelaparan dan kekurangan gizi.
Lomba gigit koin pada buah bagi anak-anak, memperlombakan kecepatan menggigit atau mencabut koin yang ditancapkan pada buah yang bulat dengan bahan buah-buahan yang bulat, seperti jeruk, semangka atau papaya. Peserta lomba harus berusaha menghabiskan uang koin yang ditancapkan pada buah tadi, dengan penilaian siapa yang mendapat paling banyak dialah pemenangnya. Hebohnya dalam perlombaan ini, peserta tidak boleh menggunakan tangan sedangkan buah dan koin yang tertancap padanya dilumuri norit yang dilembutkan/diserbukkan. Pemenangnya ditentukan bagi yang sanggup mengumpulkan koin yang banyak meskipun mulut harus berlepotan warna hitam pada bagian mulut dan sekitarnya, makna dari pemainan ini sebenarnya mengajarkan kepada kita bahwa untuk mendapatkan kemuliaan (uang koin) harus ditempuh dengan susah payah. Rela belepotan serta mengalami berbagai kesulitan menangkap dan menggigit koin. Dengan usaha yang tak kenal menyerah akhirnya berhasil mendapatkan koin, lomba memasukkan pensil ke dalam botol bagi anak-anak. Memperlombakan anak-anak dengan sebatang pensil diikat dengan seutas tali (benang) dan digantung pada pinggang belakang untuk dimasukkan ke dalam botol. Pensil yang digantung itu diletakkan di belakang badan sehingga cara memasukan ke dalam botol dengan jongkok serta melalui pandangan yang sangat sempit, bias lewat ketiak kanan dan kiri serta lewat selangkangan. Peserta harus berkonsentrasi dan fokus sehingga pensil dapat masuk pada lubang botol yang sempit itu dengan cepat.
Makna dari pemainan ini mengajarkan kepada kita keserasian organ tubuh kita sehingga tepat sesuai dengan yang diharapkan. Untuk dapat menaklukkan lawan yang jauh harus diawali dengan menghadapi lawan yang terdekat (hawa nafsu), bila tidak bisa mengendalikan kita akan kesulitan memasukkan pensil dalam botol itu. Itulah arti perjuangan, suatu tujuan mulia yang harus ditempuh dengan kesabaran dan kehati-hatian.
Lomba Lari Kelereng bagi anak-anak, memperlombakan anak-anak dengan menggigit sendok yang di dalamnya dibekali kelereng 1 buah. Pemenang ditentukan melalui siapa yang lebih dahulu mencapai garis finish dengan lengkap sendok dan kelereng masih berada di dalamnya. Sendok yang digigit dengan ada satu kelerang tadi tidak akan sampai di finish dengan utuh bila membawanya tidak dengan hati-hati. Peserta harus berkonsentrasi dan ekstra hati-hati sehingga dapat mencapai garis finish dengan cepat dan utuh. Makna dari pemainan ini mengajarkan kepada kita keseimbangan dan konsentrasi pada organ tubuh kita harus sesuai dengan yang diharapkan. Untuk dapat menaklukkan tantangan (sendok dan kelerang) kita harus seimbang dan konsentrasi, bila tidak maka kita akan kesulitan sampai pada garis finish dengan sendok dan kelereng yang masih utuh. Itulah arti perjuangan, garis finish beserta kelengkapannya yang ditempuh dengan kesabaran dan kehati-hatian.
Main Batu (domino) bagi bapak-bapak, cara memainkannya dengan menyambung salah satu ujung dari batu yang ada angkanya. Pemenangnya ditentukan bila seseorang berhasil melengkapi sambungan batu (kartu) tersebut dan yang belum berhasil melengkapi dinyatakan kalah. Bukan merupakan tradisi di masa perjuangan, tetapi sangat banyak manfaat dari permainan ini sekaligus mengasikkan. Makna dari pemainan ini dari sisi strategi adalah menghitung kemampuan diri (kartu yang kita pegang) diadu dengan ketiga peserta yang lain, kalau tepat menempatkannya akan bisa memenangkan permainan ini. Adapun dari sisi territorial mengajarkan kepada kita untuk bergaul dengan berbagai kalangan sehingga saling kenal serta mengajak sambil bermain. Di Aceh tradisi berkumpul di tempat umum dapat dimanfaatkan sebagai wahana komunikasi da silaturrahmi.
Lomba Sepeda Hias untuk umum, memperlombakan kemeriahan peringatan proklamasi kemerdekaan yang disambut dengan gegap gempita karnaval yang bernuansa kebangsaan. Dengan tema proklamasi kemerdekaan, peserta berkreasi menampilkan nuansa perjuangan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Makna dari kegiatan ini adalah untuk merefleksikan pekik perjuangan kemerdekaan dengan kemeriahan merah putih. Tidak ada yang jelek dan tidak ada yang kalah, yang ada hanyalah kegembiraan yang diwujudkan dengan pemberian ratusan doorprize bagi peserta yang beruntung masuk finish dan diundi. Dalam kegiatan ini menyedot cukup banyak peserta baik bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak dan bahkan anak bayi yang digendong ibu atau bapaknya yang tujuannya memeriahkan peringatan ke-69 Republik Indonesia. Dirgahayu ke-69 Republik Indonesia, Jaya selalu bangsaku !!!