Babinsa Koramil 1709-03/Warbah Kopral Dua Darius Logof membantu mengolah sagu di rumah Yunus Yandewa, salah seorang warga Kampung Rondisi, Distrik Waropen Bawah, Kabupaten Waropen, Papua Senin (06/03/2017). Pengolahan sagu kali ini telah menggunakan peralatan modern berupa mesin parut.
Sagu merupakan bahan makanan yang berasal dari Indonesia bagian timur seperti di Papua dan Maluku. Di daerah tersebut Sagu digunakan sebagai makanan pokok pengganti beras. Ini dikarenakan, dikedua daerah tersebut penanaman pohon Sagu lebih mudah dibandingkan dengan menanam padi. Dalam konteks ketahanan pangan, pengembangan beragam jenis bahan makanan, baik sebagai makanan pokok maupun pengganti menjadi langkah alternatif sehingga tidak lagi mengandalkan beras.
Tanpa disadari, seiring berjalannya waktu, cadangan pohon Sagu yang ada di wilayah penghasil sagu sudah semakin menipis. Selain pembudidayaannya yang tidak maksimal, jangka waktu tanam yang lama cenderung menurunkan minat masyarakat dalam memanfaatkan pohon sagu ini.
Hal inilah yang melandasi tercetusnya ide dari Babinsa Kampung Rondisi bersama warga untuk bersama-sama membangkitkan kembali budaya tanam sagu yang akhir-akhir ini sudah jarang ditemui.
“Dengan memanfaatkan lahan yang ada, kami mencoba menanam kembali pohon sagu di wilayah ini. Selain memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, sagu juga dapat dijadikan sumber makanan cadangan sebagai pengganti beras”, ujar Kopda Darius.
Kopda Darius mengatakan, pengolahan yang efektif dengan cara-cara yang benar dan modern juga akan meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi sagu. Untuk itu, pengolahan sagu kali ini menggunakan mesin parut. Dengan penggunaan mesin parut ini, otomatis akan memudahkan serta mempercepat proses pengolahan sagu.
Yunus Yandewa menjelaskan, selain dijadikan bahan pangan pengganti beras, sagu juga dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan, seperti roti, kue dan sebagainya. Untuk itu, pihaknya sangat setuju jika pembudidayaan pohon sagu di kampungnya akan lebih diintensifkan lagi.
“Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan produksi sagu yang akhir-akhir ini semakin menipis, sehingga kedepan kita tidak hanya mengandalkan beras saja saja untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari”, pungkasnya.