Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faisal Zaini mengajak para Santri dan Kiai untuk melawan gerakan radikal karena gerakan tersebut sudah mengancam Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini dikatakan Helmy Faisal Zaini pada upacara Hari Santri Nasional di Kompleks PCNU Kabupaten Magelang, Rabu (19/10).
Helmy Faisal Zaini mengatakan santri harus bangkit melawan gerakan radikal dan harus mampu mempertahankan Pancasila dan NKRI. “Kami minta aparat untuk menindak tegas ormas anti-Pancasila dan NKRI,” katanya.
Prosesi Hari Santri Nasional dimulai dengan penyambutan Tim Ekspedisi PBNU dan Apel Kesetiaan Santri dalam rangka memperingati Hari Santri 22 Oktober di perbatasan Jateng-DIY di Salam.
Mereka kemudian dikawal ratusan Santri dan banser menuju kantor PCNU. Sebanyak 20 klub Jeep ikut mengawal rombongan tim ekspedisi PBNU. Helmy mengatakan, hari santri adalah hari bela negara sehingga sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Santri memiliki sejarah perjuangan panjang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
”Sebelum Indonesia merdeka pesantren sudah menjadi tempat pendidikan anak muda dan tempat berjuang. Ini diakui Bung Tomo. Berkat NU Indonesia bisa menjadi bangsa yang damai dan menghargai perbedaan,”himbaunya.
Dia menuturkan, jihad tidak hanya bermakna berjuang mengangkat senjata. Berjihad tidak sama dengan mengebom dan meneror masyarakat. PBNU ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang ramah, bukan marah, dan Islam itu merangkul bukan tukang pukul.
”Bagi NU, NKRI adalah format ideal, kami kampanyekan Islam for peace, Islam bagi perdamaian dunia. Kami akan berikan perlindungan untuk semua pihak. Islam itu merangkul bukan memukul. Islam adalah agama yang ramah, bukan marah,” ungkapnya.
Ketua PCNU Kabupaten Magelang, K.H Mahsun mengatakan, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
”Para santri bergabung dengan seluruh elemen bangsa melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, mengajarkan tentang arti kemerdekaan, kebhinekaan, dan kedaulatan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Herindra mengatakan Kiai dan Santri bisa menangkal atau menjadi tembok paham radikalisme. Untuk itu dirinya mengajak Kiai dan Santri bersinergi dengan TNI.
”Yang bisa menangkal paham radikalisme itu ya para Kiai dan Santri dan kalau saya kan bukan ahlinya, jadi kami minta bantuannya,” katanya di Cirebon, Jawa Barat.
Menurut Pangdam, sinergi yang dilakukan oleh para tokoh agama dan TNI, menjadi salah satu faktor penting untuk menjaga kekondusifan, khususnya di Jawa Barat.
Sumber : dit/halloapakabar.com