
Dunia pendidikan menangis, yang diakibatkan hentakan Gempa Bumi berkekuatan 6,5 SR yang terjadi di Provinsi Aceh khususnya di Kabupaten Pidie Jaya pada 7 Desember 2016 lalu. Kepala Dinas Perhubungan Kebudayaan Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Pidie Jaya, Nasir, menyatakan, sebanyak 30 persen fasilitas pendidikan di kabupaten tersebut rusak akibat gempa bermagnitudo 6,5 SR.
Kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi tersebut bervariasi, yaitu ada yang rusak ringan, sedang sampai rusak berat. Dinas Pendidikan Pidie Jaya mencatat ada sekitar 84 sekolah mengalami kerusakan, diantaranya 60 unit bangunan Sekolah Dasar (SD), 4 unit bangunan SMK, 15 unit bangungan SMP dan 5 unit bangunan SMA. Akibat kerusakan sarana sekolah tersebut, menyebabkan aktivitas belajar mengajar menjadi lumpuh total.
Terkait kondisi tersebut, Batalyon Infanteri 113/JS menugaskan prajuritnya yang memiliki kemampuan mengajar untuk menjadi guru sukarela di wilayah yang terkena dampak gempa bumi.
Seperti di SD Negeri Jiem-jiem, Bandar Baru, ada tiga prajurit dari Batalyon Infanteri 113/JS yang menjadi guru sukarela di sekolah tersebut. Meraka adalah Praka Sagita yang mengajarkan materi agama islam, Praka Teuku Kausar mengajarkan Bahasa Indonesia dan Pratu Beni sebagai guru olah raga.
Praka Sagita mengatakan bahwa proses belajar mengajar tersebut dalam rangka membantu masyarakat khususnya anak-anak sekolah dasar yang terhambat pelaksanaan pendidikannya akibat bencana gempa.
“Meskipun proses belajar-mengajar dilaksanakan di tenda-tenda sederhana yang didirikan oleh TNI, tetapi setidaknya kita ikut serta dalam membantu melancarkan dan memberikan pelajaran dengan baik,” ucap Praka Sagita, Rabu (14/12).