TNI AD – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa pahlawannya. orang bijak mengatakan “ History Repeats Itself”. Sejarah itu akan berulang kembali, hal yang pernah terjadi di masa lampau, suatu saat akan terjadi kembali dengan variasi yang berbeda tapi esensinya tetap sama. Selain itu para pendahulu mengatakan hargai sejarah, tentara yang mengerti sejarah bangsanya maka dia akan selalu menjaga dan memelihara agar bangsanya tetap berdaulat dan disegani dunia. “Dengan mempelajari catatan sejarah, kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki sebagai bangsa. Betapa besar perjuangan para pahlawan kita untuk merebut kemerdekaan dari penjajah, dengan pengorbanan harta dan nyawa, semua itu harus kita sadari, hormati dan kita jadikan teladan dalam hidup,” tutur Pangdam.
Untuk merepleksikan hal tersebut Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak, S.IP., M.Sc., ditengah kesibukannya masih menyempatkan untuk mengunjungi keluarga besar Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) I Gusti Ngurah Rai di kediamannya, Jalan Nangka, Denpasar Utara. Pangdam menyampaikan rasa hormat dan penghargaannya. “Semoga momentum yang baik ini juga akan dapat menjadi penanda bagi segenap generasi penerus bangsa, untuk menjadikan nilai-nilai luhur perjuangan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai sebagai suri tauladan dan pedoman bagi kita semua,” ujar Pangdam.
Nilai-nilai yang harus terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, tidak saja bagi Prajurit TNI, tetapi juga bagi segenap warga masyarakat. Nilai-nilai yang tak akan pernah luntur oleh jaman, tak akan lekang oleh tantangan apapun. Serangkaian pedoman dalam upaya mengabdikan diri kepada bangsa dan negara sesuai profesi masing-masing, serta terus menggelorakan semangat juang untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga tetap tegak kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. I Gusti Ngurah Rai selain sebagai Pahlawan Nasional juga sebagai bapak, sebagai orang tua dan sebagai pendahulu Prajurit Praja Raksaka Kodam IX/Udayana, dengan semangat patriotisme yang tinggi merasa terpanggil untuk mendarmabaktikan jiwa dan raganya demi mengusir penjajah. “Oleh karena itu kita patut menundukkan kepala, memberikan penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasa yang telah beliau persembahkan kepada bangsa dan negara,” ujar Pangdam.
Lebih lanjut dalam siaran persnya pada Senin (28/8/2017) di Makodam IX/Udayana, Pangdam sangat menyayangkan saat ini masih ada kelompok masyarakat walaupun kecil jumlahnya yang tidak mengerti sejarah sehingga selalu mendiskusikan Pancasila dan Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang sesungguhnya sudah final, tidak perlu diragukan dan didiskusikan lagi. Terkait dengan ormas garis keras di Bali, Pangdam IX/Udayana terus memantau dan mengawasi pergerakannya, sosialisasi dan pendekatan terus dilakukan terhadap gerakan garis keras ini agar mereka kembali sadar dan mengakui Pancasila sebagai Dasar Negara. Setiap warga Negara Indonesia yang terkontaminasi aliran garis keras pasti sudah terdeteksi dan sudah diketahui posisinya dan itu sudah ada datanya.
Kemudian Pangdam berharap semoga semangat juang Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai yang diabadikan berupa Patung Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai, di Monumen Carangsari, senantiasa dapat mengingatkan dan sekaligus memotivasi generasi muda bangsa. “Kita sadari bahwa kemerdekaan Bangsa Indonesia tercapai berkat perjuangan para pahlawan, yang perlu dikenang dan dilanjutkan oleh generasi muda.Orang-orang yang masih meragukan Pancasila menandakan mereka belum mengerti sejarah sehingga perlu diluruskan,” tegas Pangdam.
Lebih lanjut, Pangdam menyampaikan bahwa tentara harus dekat dengan pahlawan sehingga jiwa kepahlawanan akan terpatri dalam diri prajurit. “Selaku tentara masa kini harus selalu dekat dengan para pahlawannya, karena dekat dengan pahlawan maka titisan nilai-nilai kepahlawanannya secara otomatis akan terpatri dalam diri prajurit,” pungkas Pangdam.