Setelah puluhan tahun menanti, warga Desa Gumbrih dan Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Jembrana, Bali akhirnya bisa tersenyum. Akses Desa Gumbrih dan Desa Pengeragoan kini terhubung dengan layak setelah infrastruktur jembatan segera rampung dibeton.
Sebelumnya, kedua desa ini hanya dihubungkan melalui jembatan bambu yang sangat membahayakan bagi keselamatan penyeberangnya khususnya anak-anak sekolah SMPN 2 Pekutatan yang tidak jauh dari lokasi jembatan dibangun. Bahkan, disaat masih jembatan bambu, anak anak sekolah takut melaluinya dan harus menempuh jalan panjang memutar menuju sekolah.
“Penantian panjang kami akhirnya akan segera menjadi kenyataan. Betapa tidak, setelah 15 tahun kami menunggu, jembatan impian tersebut sedang dalam proses pengerjaan berkat program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-97 Kodim 1617/Jembrana”. ungkap warga Gumbrih Ketut Artha Widana, Kamis (22/9).
“Terima kasih Pak TNI, berkat program TMMD ini, masyarakat sangat bersyukur karena pembangunan jembatan ini dapat terealisasi dan anak-anak kami dapat menyeberang dengan aman tanpa rasa takut,”ungkapnya.
Kepala Desa I Ketut Nurjana mengatakan, dulu, disaat jembatan masih terbuat dari bambu, saat musim hujan kami sangat ketakutan, takut hanyut oleh air hujan, Tetapi, kini berkat program TMMD TNI bersama Pemerintah telah membuatkan jembatan itu dengan beton sehingga memudahkan akses antar desa.
Kades I Ketut Nurjana mengungkapkan pembangunan jembatan panjang 20 x 3,5 meter dengan betonisasinya merupakan pengalokasian dana dari Alokasi Dana Desa (ADD). Desa Gumbrih dan Desa Pengerogoan sejak lama mengharapkan sekali dibangunnya jembatan beton. Mengingat jembatan bambu yang ada cukup berbahaya. Pemerintah desa dibantu aparat TNI Kodim 1617/Jembrana bahu-membahu mengerjakan jembatan ini hingga rampung.
Pada kesempatan lain, Babinsa Gubrih Serda I Nyoman Adi Rosadi mengisahkan ide awal pembangunan jembatan ini karena masyarakat sangat membutuhkan akses yang lebih mudah menuju kota. Jika tidak ada jembatan, jalan Desa Gumbrih dan Desa Pengeragoan merupakan jalan mati yang tidak dipergunakan karena sulitnya dilalui kendaraan.
I Nyoman Adi Rosidi juga menyampaikan selama ini masyarakat sangat kesulitan dalam memasarkan hasil pertaniannya, karena harga hasil panen yang rendah tetapi biaya transportasi begitu tinggi. Selama ini masyarakat Desa Gubrih banyak memiliki lahan pertanian di Desa Pengeragoan dan begitu juga sebaliknya.
(Dispenad)