Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dalam rangka meningkatkan profesionalisme prajuritnya rutin melaksanakan berbagai latihan, baik latihan tingkat perorangan, unit/ kelompok, tingkat satuan maupun latihan antar negara. Seperti yang dilaksanakan beberapa saat lalu yaitu latihan bersama dengan Tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army), yang diberi nama Latihan ‘Garuda Shield’, bertempat di daerah latihan Kostrad, Gunung Sentul, Cibenda, Sukabumi. Latihan tersebut dibuka dan ditutup oleh Kepala Staf Divisi Infanteri 1 Kostrad Brigjen TNI Agus Suhardi didampingi Wakil Komandan Divisi Infanteri 25 USARPAC (United States Army Pacific), Brigadir Jenderal Gary Brito. Penutupan latihan Garuda Shield juga disaksikan oleh Panglima Corp 1 Angkatan Darat Amerika, Mayor Jenderal Edward F. Dorman.
Latihan Garuda Shield tahun 2015 ini merupakan yang ke-9 kalinya dilaksanakan, dengan melibatkan 830 prajurit dari kedua negara yang terdiri dari prajurit TNI Angkatan Darat 380 orang dari satuan Yonif Linud-328/17/1 Kostrad dan Prajurit Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) sebanyak 450 orang berasal dari satuan Divisi Infanteri 25 Usarpac. Latihan dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 24 hingga 28 Agustus dengan materi latihan difokuskan pada materi operasi perdamaian dengan metode gladi posko CPF (Command Post Exercise), latihan geladi lapang FTE (Field Trairdng Exercise) dan materi patroli dalam rangka operasi pemeliharaan perdamaian serta materi perawatan dan evakuasi kesehatan yang diperuntukkan bagi personel kesehatan.
Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Mulyono, dalam amanat penutupan latihan yang dibacakan Kasdivif 1 Kostrad Brigjen TNI Agus Suhardi mengatakan, latihan bersama ini selain bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan profesionalisme prajurit, juga sebagai sarana untuk meningkatkan kerjasama dan jalinan persahabatan antar Angkatan Darat kedua negara. Oleh karena itu, Kasad berharap interaksi antar prajurit peserta latihan, baik dalam kegiatan latihan maupun kegiatan lain yang menyertainya, dapat menjadi wahana yang efektif untuk membangun komunikasi dan berbagi pengalaman, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan sikap saling percaya, saling mengerti dan saling menghargai. Kasad berharap latihan bersama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang, dan dilaksanakan secara konsisten sehingga terwujud interoperabilitas/kerjasama militer internasional yang sangat diperlukan untuk mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan yang menjadi perhatian kedua negara.
Pernyataan hampir senada juga disampaikan oleh Brigadir Jenderal Gary Brito, Wakil Komandan Divisi Infanteri 25 USARPAC, yang menyatakan bahwa Garuda Shield merupakan latihan penting yang memungkinkan Indonesia dan Amerika Serikat untuk berhubungan, bukan saja dalam latihan militer, tapi juga sebagai partner dalam wilayah Asia Pasifik.
Garuda Shield adalah salah satu latihan bersama antara TNI Angkatan Darat dengan Angkatan Darat Amerika Serikat dibawah naungan USPACOM (United States Pacific Command), dan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kerja sama, mempererat hubungan bilateral serta menumbuhkan saling pengertian diantara Angkatan Darat kedua negara, khususnya dalam penyamaan persepsi proses pengambilan keputusan yang berada dalam suatu komando pengendalian tingkat brigade ke bawah dengan menggunakan prosedur pengambilan keputusan yang disamakan standarnya oleh PBB dengan menggunakan MDMP (Military Décision Making Process) yang juga banyak digunakan oleh militer negara-negara lain di dunia. Namun sesuai dengan perkembangan dan keberhasilannya, latihan Garuda Shield saat ini tidak lagi hanya melaksanakan latihan tentang proses pengambilan keputusan saja yang dikembangkan dalam CPX (Command Post Exercise), tetapi USARPAC dalam hal ini US Army menambahkan kegiatan FTX (Field Training Exercise) dan ENCAP (Engineering Civic Assistance Project) pada latihan Garuda Shield guna lebih mempererat kerjasama kedua Angkatan Darat, khususnya dalam berbagi ilmu pengetahuan di bidang kemiliteran dan lebih mendekatkan hubungan US Army dengan masyarakat Indonesia yang berada di pedesaan dengan membangun atau merenovasi fasilitas-fasilitas umum masyarakat. Latihan Bersama ini juga merupakan salah satu upaya pelaksanaan fungsi pembinaan latihan dan meningkatkan profesionalisme bagi personel satuan jajaran TNI Angkatan Darat yang akan melaksanakan tugas sebagai pasukan operasi perdamaian PBB.
Latihan bersama Garuda Shield merupakan latihan bersama antar negara yang diselenggarakan oleh host Nations Indonesia khususnya TNI dengan konteks peacekeeping operations yang telah dimulai sejak tahun 2007. Latihan ini juga salah satu bagian dari program GPOI (Global Peacekeeping Operation Initiative) di kawasan Asia Pasifik dalam rangka menyiapkan personel militer yang memenuhi standar untuk penugasan misi PBB di seluruh dunia.
Pada tahun 2015 ini, latihan Garuda Shield telah dilaksanakan untuk kesembilan kalinya dan hasil dari latihan ini telah banyak pengetahuan yang didapat oleh prajurit TNI, khususnya TNI Angkatan Darat, baik itu dalam sistem penyelenggaraan latihan berskala internasional, doktrin dalam pengambilan keputusan maupun kerjasama militer internasional (interoperability) dan kerjasama sipil militer dalam hubungan organisasi internasional (interagency).
Latihan bersama ini juga telah mencetak banyak prajurit TNI yang memenuhi standar penugasan PBB, mulai dari level Perwira Tinggi sebagai Force Commander, Perwira Menengah sebagai Sector Commander dan Stafnya, maupun Perwira Pertama sebagai staf dalam misi PBB. Ditambah ribuan prajurit yang telah mengikuti FTX dianggap mampu dan layak melaksanakan tugas di medan penugasan PBB yang sebenarnya.
Saat ini terdapat beberapa latihan GPOI di Asia Pasifik, seperti Cobra Gold di Thailand, Shanti Doot di Bangladesh, Khan Quest di Nepal, Keris Strike di Malaysia dan khusus di Indonesia latihan tersebut diberi nama dengan sandi, code name, operation ‘GARUDA SHIELD’. Untuk kawasan Asia Pasifik sendiri, latihan GPOI seluruhnya berada dibawah supervisi USPACOM dan khusus latihan antar Angkatan Darat diselenggarakan oleh USARPAC.
Cikal bakal terbentuknya latihan bersama Garuda Shield, bermula dari kerjasama bilateral antara TNI AD dan USPACOM melalui forum USIBDD (United States Indonesia Bilateral Defence Discussion) pada tahun 2006, pada saat itulah tercetus permintaan dari TNI AD agar Indonesia memiliki latihan dalam rangka melatih calon-calon pasukan yang akan terlibat dalam kontingan Garuda dengan materi sesuai SGTM (Standard Generic Training Module) sebelum diberangkatkan ke Misi PBB yang sebenarnya.
Permintaan TNI Angkatan Darat tersebut direspon oleh USPACOM sehingga pada tahun 2007 untuk pertama kalinya diselenggarakanlah Garuda Shield 01/07 di Divisi Infanteri 1 Kostrad Cilodong, dengan materi CPX, Geladi Posko setingkat Brigade gabungan yang beroperasi dalam tingkat staf Sektor Misi PBB. Dengan kesuksesan Garuda Shield 01/07 maka pada tahun berikutnya dilaksanakan kembali Latihan Garuda Shield 02/08 yang diselenggarakan Kodam Jaya dengan materi yang sama setingkat Brigade pada Sektor Misi.
Perlu diketahui, dalam satu tahun USPACOM melaksanakan seluruh latihan GPOI di berbagai negara seluruh kawasan Asia Pasifik dan memilih salah satu latihan sebagai latihan puncak yang dinamakan Capstone. Garuda Shield 03/09 yang lalu merupakan event Capstone, latihan puncak di kawasan Asia Pasifik, sehingga kerjasama bukan lagi bilateral namun menjadi multilateral dengan melibatkan 22 negara. Materi yang dilatihkan pun berbeda dengan dua latihan Garuda Shield sebelumnya, yakni ada tambahan materi FTX, yaitu latihan drill teknis setingkat peleton. Untuk latihan CPX diselenggarakan di Padalarang Bandung dengan materi 1 tingkat lebih tinggi yakni pada level United Nations Force HQUNFHQ sedangkan FTX dilaksanakan di Pusat Pendidikan Infanteri Cipatat.
Pada Garuda Shield 04/10 diselenggarakan Kodiklat TNI AD dan pelaksanaan CPX hanya bersifat bilateral antara Indonesia-Amerika. Adapun untuk materi CPX diturunkan 1 tingkat lebih rendah, kembali seperti awal pelaksanaan Garuda Shield yakni Misi PBB setingkat Sektor Misi dan pelaksanaannya bertempat di Padalarang Bandung. Sedangkan FTX, dilaksanakan di Pusdikif Cipatat dengan melibatkan lima negara sebagai peserta latihan. Pada Garuda Shield 04/10 mulai diadakan CIMIC (Civil Military Coordinations)/program HCA (Humanitarian Cwic Action) diantaranya program ENCAP yang mana konsep dasarnya mirip seperti TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) dan MEDCAP (Medical Civic Actions Programs) yang mirip Program Pengobatan Massal.
Tahun 2011, pelaksanaan CPX Garuda Shield 05/11 dilaksanakan berbeda tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu dilaksanakan di kompleks militer tepatnya di Pusdikzi, Bogor. Hal ini dikarenakan GPOI tidak lagi memberikan bantuan dana, sehingga mulai tahun 2011 program ini hanya dibiayai oleh kedua belah pihak saja, USARPAC dan TNI. Perubahan tersebut membuat konsep latihan ini kembali ke konsep asal yakni latihan bilateral Indonesia-Amerika (TNI AD dan USARPAC). Adapun yang berbeda pada materi CPX yakni penambahan pelaku setingkat Batalyon sebagai Player dalam rangka penyiapan unsur inti Satgas UNIFIL yang akan bertugas di Libanon pada tahun tersebut dengan dua tingkat yang dikendalikan, yakni pada level Brigade (Sector Level) dan level Batalyon (Battalion Level). Untuk progam FTX dan HCA tetap, dilaksanakan seperti tahun sebelumnya.
Tahun ke-6, yaitu tahun 2012, pelaksanaan Garuda Shield dilaksanakan di Malang dengan penyelenggara Divif 2 Kostrad, dilaksanakan di kompleks militer tepatnya PLDC (Patriot Leadership Development Center), Pusdik Belanegara, Rindam VBrawijaya. Konsep CPX dikembalikan ke konsep asal yakni hanya 1 tingkat saja, level Brigade (Sector Level). Untuk progam FTX dan HCA tetap dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan pelaksanaan latihan Garuda Shield yang ke-7 tahun 2013 dilaksanakan di Depo Pendidikan Latihan Tempur (Dodiklatpur) Rindam V/Brawijaya dan Pusat Latihan Tempur Marinir (Puslatmar), Situbondo dan dibagi menjadi Kolat Gabungan (CTOX), Geladi Posko (CPX), Geladi lapang (FTX), Penerbang (Aviation) dan Kesehatan (Medical) serta kegiatan Bhakti sosial dilaksanakan selama 1 bulan mulai 1 September sampai dengan 30 September 2013.
Dalam pelaksanaan Latma Garuda Shield Tahun 2014 merupakan yang ke-8, pelaksanaannya difokuskan pada beberapa materi latihan. Pertama, materi operasi perdamaian (PBB) dengan metode Gladi Posko (CPX). Selanjutnya, peserta yang berbeda akan melaksanakan Latihan Geladi Lapang (FTX) dengan materi Operasi Lawan Insurjensi. Yang ketiga, materi perawatan dan evakuasi kesehatan bagi personel kesehatan, dan yang terakhir adalah latihan bersama personel Penerbad atau Aviation dalam operasi taktis dengan bantuan serangan udara.
Hingga saat ini, Garuda Shield telah terselenggara sebanyak sembilan kali, dan sukses memberikan pengalaman bagi Perwira Angkatan Darat kedua negara dalam hal proses pengambilan keputusan dengan menggunakan MDMP, sehingga jika kedua Angkatan Darat dilibatkan dalam satu wilayah untuk menjaga perdamaian terhadap negara yang sedang berkonflik maka diharapkan tidak terjadi kesalahan prosedur dan tidak memakan waktu yang lama dalam memutuskan cara bertindak yang benar. Tidak hanya memperoleh ilmu tentang MDMP saja bagi peserta yang tergabung dalam CPX, namun para peserta latihan lainnya yang tergabung dalam kelompok FTX dan ENCAP akan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ruang lingkup organisasi dan tugas-tugas yang ada di PBB serta pengetahuan tentang organisasi, prosedur, aturan dan hukum-hukum yang berlaku dalam suatu misi PBB beserta unsur NGO pendukung lainnya.
Secara, umum, dari pelaksanaan latihan Garuda Shield dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan ini telah memberikan peserta latihannya suatu wawasan yang luas, pengetahuan taktik, teknik militer yang terbaru dari pengalaman aplikatif yang didapatkan oleh US Army saat melaksanakan penugasan misi PBB di berbagai belahan dunia, dan secara khusus perwira-perwira TNI AD yang terlibat langsung dalam CPX mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan wawasan luas tentang mekanisme pelaksanaan gladi posko, proses pengambilan keputusan yang lazim digunakan oleh militer negara-negara maju di dunia, sehingga sangat memungkinkan untuk terjadinya percepatan kemajuan pada TNI AD dalam kesetaraan pengetahuan militer, kemampuan militer, modernisasi manajemen militer, modernisasi sistem komunikasi, modernisasi sistem pembinaan latihan dengan militer negara-negara maju di dunia.(Sumber: HU Pelita)