
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat menyatakan, meriam Giant Bow yang digunakan dalam latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI 2017 di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, masih layak digunakan. Pernyataan ini menepis anggapan perihal kondisi salah satu alat utama sistem persenjataan TNI AD tersebut.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal TNI Alfret Denny Tuejeh menjelaskan, meriam yang digunakan dalam latihan PPRC memang bukan barang baru. Pengadaan meriam asal Cina itu dilakukan pada 2003 dan masuk ke Tanah Air pada 2004. TIdak baru, tetapi meriam itu masih layak, masih bisa untuk menembak, ujar Denny kepada Republika di Jakarta, kemarin, 18 Mei 2017.
Denny mengatakan, setiap akan digunakan, meriam Giant Bow diperiksa terlebih dahulu oleh tim yang berkompeten, yaitu Direktorat Peralatan Angkatan Darat. Pengecekan peralatan, menurut dia, bahkan dilakukan setiap hari, tidak hanya menjelang latihan PPRC.
Oleh karena itu, Denny mengaku, tidak mengetahui secara pasti penyebab kerusakan meriam tersebut. Hal terpenting saat ini bagi TNI, lanjut dia, adalah menunggu basil investigasi terkait peristiwa tersebut. Kenapa rusaknya, kenapa ada insiden, kita masih menunggu hasil investigasi, kata Denny.
Ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Mulyono belum mengetahui secara perinci penyebab dari insiden di Natuna. Saat ini TNI AD masih melakukah investigasi. Saya sendiri belum ke sana (Natuna). Ya mungkin ada kelainan barang kali, tapi masih diinvestigasi,” kata Mulyono.
Dia menjelaskan, meriam yang didatangkan dari Cina ini hares di investigasi. Tujuannya agar penyebab utama peristiwa nahas itu dapat diketahui.
Sejauh ini, menurut Mulyono, sudah ada tim di lapangan yang siap melakukan investigasi. Dalam investigasi, macetnya meriam ketika digunakan juga akan dicari tahu. Karena ditakutkan ada hal teknis yang membuat kecelakaan tersebut terjadi. Selain itu, tim juga akan melakukan penyelidikan atas anggota yang memegang mesin rudal, sehingga diketahui pasti bagaimana kronologis kejadian, ujar Mulyono. Terkait santunan bagi keluarga korban, dia memastikan TNI AD akan mengurus dan memberikan sesuai hak masing-masing.
Peristiwa nahas terjadi pada geladi bersih kesiapsiagaan operasi latihan PPRC TNI 2017 di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, Rabu, 17 Mei 2017. Sabanyak 12 prajurit TNI yang menjadi korban sehagian besar dari Satuan Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1 Komando Cadangan Strategis TNI AD.
Empat prajurit tewas, sedangkan delapan prajurit lainnya mengalami luka ringan dan berat. Insiden tersebut terjadi sekitar pada Rabu, lalu, pukul 11.21 WIB.
Penyebabnya adalah salah satu pucuk pembatas laras meriam Giant Bow tidak berfungsi. Akibatnya, laras meriam bergerak liar hingga memakan korban.
Geladi Bersih latihan PPRC TNI 2017 dilakukan menjelang puncak kegiatan pada Jumat, 19 Mei 2017. Dijadwalkan, Presiden Joko Widodo akan menghadiri kegiatan tahunan TNI tersebut.
Sehari sebelum peristiwa nahas tersebut, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo didampingi sejumlah petinggi TNI. antara lain, KSAD Mulyono menyaksikan secara langsung geladi bersih latihan PPRC. Dalam kesempatan itu, Panglima TNI meninjau kesiapan pasukan dan peralatan yang akan digunakan.
Kasus menyerupai insiden di Natuna pernah muncul di Afrika Selatan pada 17 Oktober 2007. Ketika itu, meriam jenis Mark V twin-barrelled dengan kaliber 35 mm menyalak tak terkendali di tengah latihan militer. Insiden meriam menewaskan sembilan tentara dan melukai 15 lainnya.
Dikebumikan
Jenazah korban tewas dalam latihan PPRC di Natuna telah dikebumikan di daerah asal masing-masing (Pekanbaru, Padang, Semarang,dan Palopo), kemarin. Sementara sebagian korban luka-luka masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Kartika Husada Kodam XII/TPR, Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Salah seorang korban tewas, yaitu Danrai Kapten Arh Heru Bahyu dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara Lolong, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Ayah korban, Bahri, saat pelepasan jenazah di rumah duka Lubuk Alung, Kabupaten Padangpariaman, Sumbar, mengatakan jenazah almarhum tiba di rumah duka di Nagari Pungguang Kasiak, Lubuk Alung, Kamis kemarin 18 Mei 2017 dini hari sekitar pukul 01.00 WIB.
Almarhum Kapten Arh Heru Bahyu meninggalkan seorang istri bernama Yana Tristiani dan dua anak lain-lain. Menurut Bahri, almarhum merupakan anak sulung dari empat bersaudara yang berprestasi.
Sementara salah seorang sahabat korban, Irwan Fadli mengaku kehilangan Heru yang dikenal sebagai sosok yang cerdas. Selain itu, almarhum kerap membantu masyarakat sekitar apabila mengalami masalah.
Terpisah, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XII/TPR. Kolonel (Inf) Tri Rana Subekti menyatakan, keempat prajurit TNI AD peserta latihan PPRC pada Rabu kemarin malam dievakuasi ke Rumah Sakit Kartika Husada Kodam XII/TPR di JaIan Adi Sucipto, Kabupaten Kubu Raya. la menjelaskan, keempat prajurit Batalyon Arhannud I Kostrad tersebut tiba di rumah sakit sckitar pukul 19.00 WIB. Alasan dievakuasi di sini (Kubu Raya) karena memang lokasinya berdekatan dengan tempat latihan ujarnya.
Rana menjelaskan, saat ini keempat prajurit tersebut sedang dalam perawatan, sehingga awak media belum diperbolehkan untuk masuk ke rumah sakit. Hingga saat ini, masih belum diketahui berapa lama waktu perawatan yang harus dijalani para korban. (Sumber: HU Republika)