Skip to main content
Berita Satuan

TNI AD Wujudkan Cita-cita Kemandirian Aiutsista Dalam Negeri

Dibaca: 921 Oleh 11 Apr 2014April 14th, 2014Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

BISA memproduksi Aiutsista sendiri dengan teknologi berbasis tinggi merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang sudah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Sebab upaya tersebut tidak hanya mengangkat nama Indonesia di mata Internasional, tetapi juga mewujudkan keman­dirian bangsa untuk bisa meminimalisir risiko ke­tergantungan persenjataan dari negara lain.

Dalam konteks tersebut, Ten­tara Nasional Indonesia Ang­katan Darat (TNI AD) mela­lui Kepala Staf Angkatan Da­rat (Kasad) Jenderal TNI Bu­diman telah meluncurkan 15 hasil riset pengembangan alat utama sistem pertahanan (aiut­sista) berbasis teknologi tinggi yang digarap bersama Univer­sitas Surya. Hasil riset tersebut telah dipamerkan di Markas Be­sar Angkatan Darat (Mabesad), Senin, (7/4).

Riset Aiutsista diperuntuk­kan selain untuk mendukung rekayasa teknologi modern di lingkungan TNI AD, juga un­tuk mewujudkan cita-cita ke­mandirian persediaan aiut­sista di dalam negeri. TNI AD berusaha mendorong supa­ya bisa mengembangkan Alut­sista kemudian memperbesar hasil teknologi sehingga tidak berpikir dari luar saja kebutu­han alutsistanya yang ternyata bisa membuat Alutsista dengan kualitas lebih baik dengan har­ga yang lebih murah.

Adapun 15 program riset teknologi Aiutsista yang telah diselesaikan antara lain: Superdrone, yakni pesawat tanpa awak untuk pemantau­an suatu daerah. Dibeberapa negara digunakan sebagai pe­sawat pembom. Alat konver­si BBM ke BBG, yang akan menjadikan kendaraan bermo­tor TNI AD akan menggunakan bahan bakar hibrid, yakni ben­sin dan gas. Bioetanol dari sor­gum dilengkapi dengan gensetyang sudah dimodifikasi sehingga cocok dengan bieothanol. La­ser gunyakni senjata untuk ber­latih menembak, dengan sen­jata tersebut peluru dapat di­gantidengan berkas sinar laser. Open BTS dengan alat tersebut TNI AD bisa membuat jaringan selular sendiri saat berada di daerah-daerah pedalaman.

Baca juga:  Puspomad Gelar "Pomad Virtual Run 2021"

VOIP Based MESH Network, alat tersebut merupakan sistem jaringan yang tidak tergantung pada salah satu poin, artinya ketika satu titik rusak, sitem yang lain tidak akan mati dan mudah di-install.APRS and MESH Network, sistem untuk mengatur aiutsista dan tenta­ra ketika berada di lapangan. Nanosatelit, satelit yang be­ratnya hanya 1 kilogram. Integrated Optronic Defense Sys­tem, sistem pertahanan dengan memanfaatkan sistem optik dan elektronika. Simulasi kom­puter 1, software yang dikem­bangkan untuk menganali­sa tank atau alat perang lain­nya dan mempelajari kekuran­gan dan kelemahan alat ini ke­tika dipakai di Indonesia. Sim­ulasi komputer 2, software un­tuk menganalisa berbagai sena­pan. Gyrocopter, prototipe mo­tor terbang, diharapkan dapat membantu transportasi antar pulau-pulau kecil di Indonesia. IPv6, tiap komputer punya alamat yang disebut IP. Multirotor, dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah. Frapping bird, dipakai untuk pengin­taian dan pemantauan daerah.

Biaya riset 31 miliar

Dengan riset dan mem­produksi Aiutsista sendiri yang menghabiskan biaya mencapai 31 miliar, TNI Angkatan Darat mengharapkan akan banyak keuangan negara yang dapat dihemat sehingga tidak harus membeli Alutsista di luar negeri karena Angkatan Darat sudah bisa membuat sendiri sebagai produksi dalam negeri. Con­tohnya, membuat radio manpack 1 unit harganya hanya Rp80 juta, sedangkan kalau beli dari luar negeri harganya men­capai di atas Rp200 juta. Bila dihitung bisa menghemat ang­garan Rp 120 juta.

Baca juga:  5.000 Pelari Ramaikan Sriwijaya Run 2020

Adanya pengembangan riset tersebut membuktikan bahwa militer Indonesia tidak selalu bergantung dengan negara lain. Ini adalah kesempatan bagi TNI Angkatan Darat untuk melaksanakan riset berbagai pera­latan dalam rangka meningkat­kan Aiutsista demi kemandirian bangsa. Dengan memproduksi Aiutsista sendiri, dapat meminimalisir risiko ketergantungan persenjataan dari negara asing. Kalau Alutsista beli di luar, pas­ti alat terhebatnya dipakai sen­diri, sedangkan layer kedua me­reka berikan kepada sekutunya, dan layer ketiga baru diberikan kepada Negara yang mau mem­belinya.

Selain menguntungkan dari sisi ekonomis, kemandirian aiutsista juga diperlukan un­tuk menghindari pengawasan militer negara asing terhadap kekuatan militer nasional. Di samping itu, dampak” ketergantungan kebutuhan alutsista ke­pada negara lain yaitu penera­pan standar ganda dari negara penyedia alutsista kepada nega­ra dunia ketiga seperti Indone­sia bisa dihindari.

Dalam riset Alutsista ini, para peneliti dari Universitas Surya melatih para prajurit TNI AD yang terpilih untuk menger­jakan riset berbiaya miliaran tersebut secara bersama-sama. Riset ini diharapkan dapat menciptakan proses transfer alih teknologi dari lembaga akademis ke lembaga TNI AD. Con­tohnya pada pembuatan nanosatelit. Para prajurit TNI AD di­latih untuk belajar membuat nanosatelit dari nol. Mereka merakit, menyolder, membuat program elektronika, dan lain-lain. Semua harus bisa diker­jakan sendiri oleh prajurit, (Slamet Supriyadi: Perwira Staf Penerangan Khusus Dispenad), Sumber Koran: Pelita (11 April 2014/Jumat, Hal. 09)

Baca juga:  Satgas pamtas Yonif 142/KJ Ajarkan Anak-anak Metode bercocok Tanam

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel