TNI AD – Pekalongan. Dalam rangka menghadapi radikalisme dan tindak kekerasan yang terjadi di masyarakat, diperlukan kerja sama antara TNI dengan rakyat untuk menangkal semua itu. TNI dan rakyat harus bersatu menghadapinya.
Hal tersebut disampaikan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Tatang Sulaiman dalam kegiatan pengajian yang diselenggarakan Kompi C Yonif 407/Padma Kusuma, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (23/5/2017).
Pengajian yang menghadirkan pembicara Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dihadiri oleh para alim ulama, sesepuh, pejabat Forkopimda Kabupaten Pekalongan dan para pejabat Kodam IV/Diponegoro.
Pangdam mengapresiasi kegiatan pengajian yang diselenggarakan di Mako Yonif 407/Padma Kusuma Kompi C. “Tempat tersebut merupakan markas prajurit, sehingga bisa digunakan sebagai dasar penanaman moral spritual bagi para prajurit,”ujarnya.
Pangdam menyampaikan, prajurit Diponegoro secara spiritual harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat menjalankan agamanya. “Prajurit sama seperti manusia biasa, warga negara lainnya yang tidak akan bebas dari perbuatan dosa, maka spiritual harus diutamakan,” ungkap Mayjen TNI Tatang Sulaiman.
Selain itu, Pangdam mengingatkan, prajurit harus disiplin, memiliki jati diri, militansi yang tinggi dan secara mental ideologi. “Prajurit Kodam IV/Diponegoro harus berkedudukan sebagai kesatria yang berideologi Pancasila,”sambungnya.
Pangdam menegaskan, secara kejuangan, prajurit harus memiliki militansi yang tinggi, pantang menyerah, rela berkorban serta harus unggul mental spiritualnya, unggul mental kejuangannya dan unggul agamanya. “Prajurit yang memiliki militansi yang tinggi, pantang menyerah, rela berkorban diartikan dengan pengabdian prajurit untuk bangsa dan negara,”ungkapnya.
“Setiap saat, prajurit harus siap berangkat perang dan siap meninggalkan keluarganya dan itu harus terus dibina. Disisi lain, walaupun bersikap tegas dan disiplin, namun pajurit Kodam IV/Diponegoro harus dekat dengan rakyat dan bisa mengayomi rakyat,”ungkap Mayjen TNI Tatang Sulaiman.
Sementara itu, Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dalam ceramahnya menyampaikan, kekuatan semua elemen masyarakat dan aparat melebihi kekuatan nuklir. “Pembangunan SDM seutuhnya dapat diwujudkan dengan kesadaran beragama, sadar bernegara, sadar untuk sesama kita,”tegasnya.
Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya mencontohkan, secara tradisi dalam membangun sebuah rumah terdapat bendera merah putih dan kebutuhan lainnya sebagai ubarampe dalam proses mendirikan rumah. “Dari segala ubarampe yang dipasang akan layu, namun hanya satu yang tidak layu yaitu bendera merah putih,”tuturnya.
Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya berpesan, merah putih tidak akan pernah luntur dari kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. “Kekuatan TNI dan Rakyat akan terjaga dalam rangka tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia,”tuturnya.